Wilayah Maluku dan Maluku Utara rawan dilanda gempa dan tsunami. Karena itu, rumah dan bangunan lain harus dirancang tahan gempa.
AMBON, KOMPAS Sebanyak 1.774 desa di Maluku dan Maluku Utara berisiko dilanda gempa dan tsunami. Untuk meminimalkan risiko bencana, sekitar tiga juta penduduk yang mendiami wilayah itu dibekali pengetahuan tentang kebencanaan termasuk pembangunan hunian tahan gempa.
Akibat gempa di Pulau Ambon dan sekitarnya, Kamis (26/9/2019), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 4.380 rumah rusak, 1.771 unit di antaranya rusak berat.
Pantauan Kompas di Desa Liang, Selasa (1/10), kebanyakan rumah yang rusak berat dibangun tak sesuai dengan standar tahan gempa. Rumah Umar Rehalat (40), misalnya, berukuran 12 meter x 8 meter hanya ditopang besi pada empat sudut. Untuk mengeratkan tembok, setiap tiga meter dipasang paku pengait.
Beberapa detik setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,5, rumah itu langsung runtuh hingga rangka atap menyentuh fondasi. Empat rumah lain di dekatnya juga roboh. Namun, beberapa rumah lain tampak kokoh. ”Rumah yang masih berdiri itu memakai banyak besi penguat dan campuran semennya kuat,” kata Umar.
Gempa membuka mata warga setempat agar ke depan mereka membangun hunian tahan gempa. Umar mengakui, konstruksi rumahnya tak terlalu kuat. Namun, untuk membangun rumah yang kokoh perlu biaya besar. Tidak semua warga mampu. ”Mungkin ke depan kami bikin rumah papan saja,” katanya.
Kepala BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo yang dihubungi dari Ambon mengatakan, hampir semua rumah yang rusak di lokasi gempa di seluruh Indonesia tidak memenuhi standar tahan gempa.
Rumah yang rusak akibat gempa di Banten 923 unit, Lombok 211.498 unit, Palu 110.214 unit, dan Halmahera Selatan 2.671 unit. Menurut Doni, setelah masa tanggap darurat berakhir pekan depan, BNPB bersama kementerian terkait segera melakukan penilaian kondisi bangunan. Hal itu untuk menetapkan kategori kerusakan, yakni berat, sedang, atau ringan.
Data BNPB, tiga kabupaten/kota terdampak gempa, yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Akibatnya, 30 orang meninggal, 156 orang luka, dan 136.780 orang mengungsi. Gempa merusak 698 rumah, 2 fasilitas kesehatan, 16 rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 19 fasilitas pendidikan, 2 jembatan, dan 1 pasar.
Segera pulang
Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengimbau warga yang rumahnya tidak mengalami kerusakan agar segera kembali ke rumah. Dengan demikian, aktivitas ekonomi warga pulih. ”Frekuensi gempa sudah berkurang. Jangan terpengaruh isu-isu,” katanya.
Beberapa warga di Desa Liang mulai membersihkan puing-puing rumah. Namun, malam hari mereka masih mengungsi ke dataran tinggi. ”Butuh waktu untuk mengobati trauma,” ujar Abua.
Desa Liang di Kabupaten Maluku Tengah merupakan desa di Pulau Ambon yang terkena dampak paling parah. Total warga yang terdampak 17.471 orang, termasuk 556 anak balita dan 510 warga lansia. (FRN)