Antisipasi Kekeringan, Bulog Serap Beras dari Luar Jawa
Mengatasi dampak kekeringan terhadap pasokan beras nasional, Perum Bulog mengandalkan penyerapan dari luar Pulau Jawa. Harapannya, pengadaan ini dapat menyangga cadangan beras pemerintah selama masa kekeringan.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Mengatasi dampak kekeringan terhadap pasokan beras nasional, Perum Bulog mengandalkan penyerapan dari luar Pulau Jawa. Harapannya, pengadaan ini dapat menyangga cadangan beras pemerintah atau CBP selama masa kekeringan.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian mencatat, realisasi pengadaan CBP dari dalam negeri per 1 Oktober 2019 mencapai 1,05 juta ton setara beras. “Saya sudah bersurat ke semua divisi regional untuk mengoptimalkan panen gadu selama Oktober hingga Desember mendatang,” kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar saat ditemui di ruang kantornya, Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Adapun pengadaan sejumlah 1,05 juta ton itu senilai 57,52 persen dari target yang sebesar 1,8 juta ton. Daerah kontributor utama realisasi tersebut berasal dari wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat.
Berdasarkan data yang dihimpun Bulog, Bachtiar mengatakan, masih ada harapan penyerapan untuk panen gadu di sejumlah wilayah di Jawa. Dia mencontohkan, pengadaan gabah/beras dar Situbondo dan Bondowoso, Jawa Timur, dapat mencapai 600 ton per hari saat ini.
Namun, agar menguatkan stok CBP, Bachtiar menyatakan, Bulog akan mengandalkan penyerapan di luar Pulau Jawa karena cenderung tidak terdampak kekeringan. Salah satu wilayah yang potensial ialah, Sopeng dan Palopo, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan asumsi perhitungan korporasi, rata-rata penyaluran beras untuk operasi pasar ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) dalam tiga bulan ke depan mencapai 5.000 ton per hari. Selain KPSH, Bulog juga akan menyalurkan beras untuk bantuan pangan nontunai (BPNT) sebanyak 700.000 ton hingga akhir 2019.
Artinya, total penyaluran Bulog selama Oktober-Desember 2019 diperkirakan mencapai minimal 1,15 juta ton. Dengan stok yang saat ini sebanyak 2,35 juta ton, Bachtiar menyatakan, CBP masih berada dalam angka yang aman dan Indonesia belum membutuhkan impor beras. Stok tersebut dinilai aman karena masih dalam batas minimal yang sebesar 1 juta ton – 1,5 juta ton.
Berdasarkan data Bulog, pengadaan CBP dari dalam negeri sepanjang Oktober-Desember 2018 mencapai 43.551 ton. Di sisi lain, korporasi pada pertengahan September lalu memperkirakan, penyerapan dalam negeri hingga akhir tahun dapat mencapai 200.000 ton – 300.000 ton.
Berkaca dari tahun lalu, realisasi pengadaan beras/gabah dalam negeri untuk CBP gagal mencapai target. Bulog ditargetkan mampu menyerap 2,7 juta ton. Akan tetapi, realisasinya berkisar 1,5 juta ton.
Terkait strategi Bulog untuk mengandalkan penyerapan di luar Jawa, Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja mengingatkan, sebaran sentra produksi beras nasional mayoritas masih berpusat di Jawa. Oleh sebab itu, optimalisasi panen gadu di Jawa juga tetap harus menjadi sorotan.
Secara umum, Guntur berpendapat, pompanisasi dan pengairan dapat menjadi langkah strategis untuk mengoptimalkan panen gadu. “Namun, solusi ini membutuhkan sumber air yang debit dan alirannya tergolong stabil dan tahan selama kekeringan,” ujarnya.
Saat ini, mayoritas petani belum bisa mulai menanam padi akibat kekeringan. “Padahal biasanya, September sudah mulai bisa tanam karena sudah ada hujan sejak Agustus,” kata Guntur.