Australia Pengimpor Senjata Terbesar Kedua di Dunia
Alih-alih menjadi pengekspor terbesar, para analis mengatakan bahwa negeri itu bahkan kini menjadi pengimpor senjata terbesar dunia sesudah Arab Saudi.
Oleh
Harry Bhaskara (dari Melbourne, Australia) dan Mh Samsul Hadi
·3 menit baca
Cita-cita Australia untuk masuk 10 pengekspor terbesar senjata di dunia belum terwujud. Alih-alih menjadi pengekspor terbesar, para analis mengatakan bahwa negeri itu bahkan kini menjadi pengimpor senjata terbesar dunia sesudah Arab Saudi.
Menurut lembaga riset asal Swedia, Stockholm International Peace Research (SIPRI), Australia tahun lalu turun dari urutan eksportir terbesar ke-18 menjadi peringkat ke-25. Pada saat yang sama, Australia melompat dari pengimpor terbesar senjata di urutan keempat pada 2017 ke urutan kedua pada 2018.
Tahun lalu, pemerintahan Malcolm Turnbull mengumumkan rencana yang ambisius untuk menjadikan Australia masuk daftar 10 negara pengekspor senjata terbesar di dunia dengan memberikan suntikan modal bagi perusahaan-perusahaan senjata yang berniat menjual produknya ke luar negeri. Saat itu, mantan Menteri Pertahanan Christopher Pyne memprediksi Australia mencapai posisi itu dalam sembilan tahun.
”Sangat sulit untuk masuk ke kelompok itu, dan saya kira tidak ada prospek yang realistis untuk masuk 10 besar,” kata analis pertahanan terkemuka Andrew Davies, seperti dikutip Australian Broadcasting Corporation (ABC).
”Namun, tidak berarti sektor pertahanan tidak berkembang jika Australia tidak bergerak naik dalam daftar pengekspor karena semua berusaha untuk menjual lebih banyak. Jadi, tak ada yang aneh jika Australia mengekspor lebih banyak, tetapi tidak naik dalam urutan daftar pengekspor,” imbuhnya.
Pembayaran tahun lalu untuk belanja pesawat terbang, seperti Joint Strike Fighters, dan proyek kapal selam buatan Perancis telah mendongkrak belanja impor Australia ke dekat puncak tangga pengimpor dunia.
Menteri Pertahanan Melissa Price mempertanyakan angka- angka yang diumumkan SIPRI. ”Dalam sistem penghitungannya, SIPRI tidak memasukkan jumlah besar yang diekspor Australia, terutama pasar-pasar khusus pelayanan perawatan dan peningkatan kemampuan,” ujar Price dalam jawaban tertulisnya kepada ABC.
Davies maklum, dari angka- angka yang dihasilkan, ada yang patut diragukan. Meski demikian, ia tetap yakin temuan SIPRI bisa dijadikan patokan dalam memonitor tren global perdagangan senjata.
”Saya kira setiap orang yang melihat angka-angkanya akan mempertanyakan metodologi znya, tetapi mereka sudah memakai teknik itu setiap tahun. Jadi, saya kira soal tren itu masih bisa dipegang,” tuturnya kepada ABC.
Anggaran militer
Bulan Agustus lalu, Pemerintah Australia mengumumkan belanja militer sebesar 500 juta dollar Australia (sekitar Rp 4,7 triliun) untuk peningkatan kemampuan pasukan khususnya. Anggaran itu merupakan alokasi tahap pertama dari anggaran 3 miliar dollar Australia dalam rancangan jangka waktu 20 tahun.
Canberra mengatakan, langkah itu merupakan upaya meningkatkan kemampuan respons pasukan khusus Australia dalam menangkal ancaman di dalam negeri maupun dari luar negeri. Alokasi anggaran ini diputuskan setelah kejadian beberapa insiden keamanan di Sydney dan Melbourne dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, langkah tersebut juga terkait keinginan Australia untuk memainkan peran lebih guna mengimbangi pengaruh China.
”(Langkah) ini bakal menjadi bagian sangat penting dalam komitmen kami, komitmen tunggal terbesar untuk meningkatkan kemampuan kekuatan pertahanan kami sejak Perang Dunia II,” ujar Scott Morrison, Perdana Menteri Australia, kepada wartawan di Pangkalan Holsworthy Army di Sydney.
Sebulan sebelumnya, Australia menyatakan akan membentuk unit baru militer yang akan melatih dan mendampingi para mitra di Pasifik. Seorang pejabat Pemerintah Australia mengungkapkan, sikap Barat terhadap kebangkitan China menyerupai respons Perancis menghadapi Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
”Adalah kepentingan nasional Australia untuk mengupayakan kawasan Indo-Pasifik yang independen dan berdaulat tempat semua negara di dunia bisa saling berhubungan secara bebas sesuai norma internasional dan aturan hukum,” ujar Morrison.
Pemerintah Australia mengungkapkan, anggaran belanja pertahanan akan mencapai 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun fiskal yang berakhir Juni 2021. Data Bank Dunia menunjukkan, pada tahun 2018 anggaran belanja militer Australia mencapai 1,89 persen dari PDB.
Morrison mengatakan, langkah Australia membelanjakan 200 miliar dollar AS guna meningkatkan kemampuan pertahanan dalam satu dekade ke depan itu sejalan dengan sasaran untuk fokus pada kawasan Indo-Pasifik, seperti dipaparkan dalam Buku Putih Pertahanan Australia 2016.
(REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.