Antisipasi Kanker Serviks, Deteksi Dini untuk Perempuan Pekerja Diperluas
Deteksi dini kanker leher rahim bagi perempuan pekerja tidak hanya dapat mencegah kanker serviks, tetapi juga menjaga produktivitas kerja. Cakupan deteksi dini penyakit mematikan itu pun terus diperluas.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Deteksi dini kanker leher rahim bagi perempuan pekerja tidak hanya dapat mencegah kanker serviks, tetapi juga menjaga produktivitas kerja. Cakupan deteksi dini penyakit mematikan itu pun terus diperluas dengan melibatkan perusahaan.
Untuk itu, Ibu Negara Ny Iriana Joko Widodo bersama istri Wakil Presiden Ny Mufidah Jusuf Kalla dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) terus mendorong cakupan deteksi dini kanker serviks. Pada Kamis (3/10/2019), deteksi dini kanker serviks lewat pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) dilakukan di PT Embee Plumbon Textile, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Kegiatan yang digelar sejak Senin (30/9/2019) hingga Jumat (4/10/2019) itu menargetkan 1.024 perempuan pekerja menjalani pemeriksaan IVA. Hingga Kamis siang, cakupan deteksi dini sudah mencapai 600 pekerja.
”Saya senang, hasilnya rata-rata baik semua. (Dengan begitu) otomatis kerjanya juga baik. Kami keliling (daerah) terus menyosialisasikan deteksi dini kanker serviks. Ini untuk kebaikan Indonesia,” ujar Ny Iriana.
Dalam kesempatan tersebut, Ny Iriana didampingi Ny Mufidah, istri Gubernur Jabar Atalia Praratya, dan istri menteri Kabinet Kerja. Selain berdialog dengan perempuan pekerja, Ny Iriana juga membagikan hadiah seperti sepeda, televisi, dan kulkas kepada pekerja yang menjawab pertanyaan dengan benar terkait kanker serviks.
Kami keliling (daerah) terus menyosialisasikan deteksi dini kanker serviks. Ini untuk kebaikan Indonesia.
”Bagaimana cara mencegah kanker serviks?” tanya Ny Iriana. ”Pencegahan dilakukan dengan menjalankan pola hidup sehat dan jangan berganti-ganti pasangan,” jawab Siti Maemunah, seorang pekerja, yang mendapatkan sepeda dari Ny Iriana.
Anggota OASE-KK Marifah Hanif Dhakiri mengatakan, pemeriksaan IVA merupakan program nasional untuk peningkatan kesehatan tenaga kerja wanita dalam pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan 2015-2019. Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan.
Hingga kini, 17.953 perempuan pekerja yang telah menjalani pemeriksaan IVA. ”Kami selalu kontinu melakukan pemeriksaan IVA di perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hasilnya, yang positif sangat sedikit, tidak sampai 2 persen. Perempuan yang bekerja juga sudah membuka diri dan mau memeriksakan kesehatan (reproduksinya),” ujar istri Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri tersebut.
Marifah mengatakan, pemeriksaan IVA di perusahaan sudah 10 kali dilakukan. Ia meminta perusahaan menindaklanjuti pemeriksaan IVA kepada karyawannya yang perempuan dan sudah menikah. Deteksi dini, lanjutnya, dapat mencegah human papilloma virus (HPV) mengganas karena dapat segera ditangani.
Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAU DR Hardjolukito Yogyakarta Eka Putra mengatakan, jika 100 orang yang didiagnosis awal lewat pemeriksaan IVA menderita kanker serviks stadium 1, diperkirakan peluang hidup sekitar 98 orang untuk lima tahun ke depan lebih besar. ”Kalau sudah stadium 4 baru menjalani pemeriksaan IVA, penanganannya sulit. Peluang hidup lima tahun ke depan sekitar 20 orang,” katanya.
Eka menuturkan, pemeriksaan awal melalui IVA dapat mempermudah dokter untuk menangani kanker serviks. ”Sayangnya, selama ini banyak yang datang ke dokter saat stadium akhir. Padahal, waktu sebelum menjadi kanker hingga stadium akhir kanker serviks umumnya 15 tahun sampai 20 tahun. Ada waktu yang panjang untuk melakukan deteksi dini,” ungkapnya.
Selain deteksi dini kanker serviks, dia juga mendorong masyarakat agar menggunakan vaksin HPV. Menurut dia, ada vaksin yang mampu mencegah empat jenis virus dengan harga sekitar Rp 1 juta untuk satu kali injeksi. Setidaknya, dibutuhkan tiga kali injeksi. ”Masyarakat juga harus menjalani hidup sehat dan jangan merokok,” ucapnya.