Pemerintah merespons kelesuan ekonomi dan tren penurunan suku bunga acuan. Terkait ini, target volume pemesanan surat berharga ritel ditetapkan konservatif.
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Target volume pemesanan Surat Berharga Negara ritel seri ORI 016 ditetapkan sebesar Rp 9 triliun. Hal itu merespons kondisi ekonomi yang lesu dan tren penurunan suku bunga acuan.
Catatan Kompas, peminat Surat Berharga Negara ritel (SBN ritel), terutama instrumen ORI, cukup tinggi. Volume pemesanan ORI dalam lima tahun terakhir relatif tinggi, misalnya ORI 012 sebesar Rp 27,7 triliun (2015), ORI 013 sebesar Rp 19,8 trilliun (2016), ORI 014 sebesar Rp 8,97 triliun (2017), dan ORI 015 sebesar Rp 23,4 triliun (2018).
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, target volume pemesanan ORI 016 ditetapkan atas berbagai pertimbangan dan masukan dari mitra distribusi. Tren penurunan suku bunga acuan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi turut memengaruhi.
Tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia menyebabkan tingkat kupon yang ditawarkan ORI 016 ikut turun menjadi 6,8 persen per tahun. Tingkat kupon ORI 016 jauh lebih rendah dibandingkan dengan pendahulunya, ORI 015 yang sebesar 8,25 persen. Bahkan, tingkat kupon ORI 016 ini terendah keempat sepanjang sejarah setelah ORI 014 sebesar 5,85 persen.
”Penurunan suku bunga acuan BI selama tiga bulan berturut-turut menjadi basis perhitungan kupon SBN ritel. Meski demikian, ORI 016 dinilai tetap menarik karena ada kecenderungan suku bunga acuan akan turun. Tingkat kupon bisa lebih rendah lagi,” kata Luky di sela-sela peluncuran ORI 016, di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Luky mengatakan, target volume pemesanan ORI 016 juga disesuaikan dengan strategi pembiayaan defisit APBN 2019. Realisasi penerbitan SBN ritel untuk pembiayaan defisit APBN per September 2019 sebesar Rp 40,22 triliun. Adapun target penerbitan SBN ritel sepanjang tahun 2019 berkisar Rp 60 triliun-Rp 80 triliun.
Masa penawaran ORI 016 dibuka pada 2-24 Oktober 2019. ORI 016 dapat dibeli dengan minimum pemesanan Rp 1 juta dan maksimum Rp 3 miliar. Berbeda dengan jenis SBN ritel lain, ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder kepada investor domestik setelah satu periode pemegangan (holding period) pada 15 Desember 2019.
Pembelian dan pemesanan ORI bisa dilakukan melalui 23 mitra distribusi Kemenkeu yang terdiri dari perbankan, perusahaan efek, perusahaan efek khusus, dan perusahaan teknologi finansial. Proses pembelian dan pemesanan ORI 016 juga bisa dilakukan secara daring atau online.
Mitra distribusi, kata Luky, akan terus ditambah untuk memperluas akses pembelian dan pemesanan ORI secara daring. Penambahan mitra distribusi ini akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan baru yang akan dirampungkan akhir tahun 2019. Langkah ini untuk semakin memperluas basis investor domestik.
Dihubungi terpisah, Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya, yang juga mitra distribusi ORI 016, menambahkan, kanal digital untuk pembelian dan pemesanan SBN ritel terbukti meningkatkan minat investor milenial. Saat ini, sekitar 70 persen pembeli SBN ritel di Modalku berasal dari generasi milenial di kota-kota besar di Indonesia.
”Kanal daring membuka akses investasi kepada semua generasi dari pelosok negeri. Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah untuk memberikan kesempatan berinvestasi kepada milenial,” kata Reynold.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menambahkan, saat ini investor dan volume pemesanan ORI masih didominasi generasi babyboomers berusia 55-73 tahun. Porsi investor babyboomers 36,27 persen dan volume pemesanan 45,96 persen.