Sambil bergoyang mengikuti irama musik yang mengentak, Darmaji (49) sesekali menebar senyum kepada ribuan warga dan penonton yang berdiri di sepanjang jalan di Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (22/9/2019) sore. Semua larut dalam sukacita Festival Kampung Cempluk ke-9.
Wajah Darmaji disaput cat hitam dan putih, kecuali bagian mata dan bibir. Sebuah tongkat menyerupai tombak pendek ada dalam genggaman. Untaian bulu-bulu unggas menghiasi kepalanya. Pakaian rumbai- rumbai yang didominasi warna hitam dan merah melengkapi penampilannya.
”Ini kostum Indian Apache,” ucap Darmaji, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang batu. Nama Festival Kampung Cempluk (FKC) merujuk lampu minyak yang disebut ”cempluk”, yang turut diarak dalam pawai. Era 1990-an, saat kampung itu belum teraliri listrik, keberadaan lampu minyak itu cukup vital bagi warga. Selain Darmaji, 74 warga RT 006 RW 002 di Dusun Sumberjo juga mengenakan pakaian senada.
Peserta pawai menampilkan atraksi menarik. Ada yang menari memadukan dandanan tradisional dengan musik modern, ada pula yang mengarak ”cempluk” dan patung singa besar yang menjadi lambang tim sepak bola Arema.
”Semuanya dilakukan secara swadaya dan gotong royong antarwarga. Termasuk kostum ini, saya menyewa Rp 75.000 satu set. Tidak apa-apa mahal demi bisa ikut partisipasi ikut festival,” ucap Darmaji yang setiap tahun ikut FKC. Tahun lalu ia mengenakan kostum pahlawan asal Madura, Sakerah.
Pawai hanya salah satu bagian dari festival yang berlangsung 22-28 September. Kegiatan lain di antaranya sarasehan budaya, pertunjukan seni tradisi dan kontemporer, fashion show, dan video mapping. Selama sepekan itulah warga Sumberjo atau yang biasa dikenal sebagai warga ”Kampung Cempluk” merayakan event tahunan yang mereka sebut sebagai ”Hari Raya Kebudayaan”.
Sebelumnya, rangkaian menyambut FKC ke-9 telah dilakukan Agustus lalu dalam bentuk gelar seni. Salah satunya penampilan mahasiswa asing yang tergabung dalam Association International des Etudiants en Sciences Economiques et Commmerciales (AIESEC) di Universitas Brawijaya.
Salah satu penggagas FKC, Redy Eko Prastyo, mengatakan, 70 persen pengisi kegiatan FKC ke-9 adalah warga Dusun Sumberjo. Sisanya, 30 persen, kolaborasi dengan komunitas lain. ”Yang membedakan dengan event sebelumnya, kali ini banyak mahasiswa yang terlibat, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kegiatan,” ujarnya.
Sejak pertama kali digelar tahun 2009, FKC ditujukan untuk menciptakan ruang inspirasi dan kreasi bagi warga Sumberjo yang berada di lingkar Kampus Universitas Brawijaya. Ruang inspirasi yang dimaksud tidak hanya menyangkut seni, tetapi ini juga menghidupkan nilai-nilai kearifan lokal, seperti gotong royong dan sinergi antarwarga yang berasal dari berbagai latar belakang.
Redy, yang juga pendiri Jaringan Kampung Nusantara, mengatakan, selama ini ada stereotip minor terhadap warga kampung. Mereka dianggap warga kelas dua. Demikian pula dengan posisinya di lingkar kampus, ada anggapan bahwa mereka hanya memanfaatkan kampus dari sisi ekonomi saja. Semestinya mereka juga merasakan atmosfer akademik dan berinteraksi sosial dengan penghuni kampus.
”Warga kampung harus dipantik menjadi berdaya dan produktif. Harapannya tidak ada lagi anggapan warga kampung sebagai kelas dua. Karena itu, tema yang kami usung dalam FKC kali ini adalah Kampung sebagai Serambi Utama Indonesia,” tuturnya.
Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani, yang hadir dalam pembukaan festival, mengatakan, pihaknya siap membantu memberdayakan warga kampung, baik yang ada di sekitar kampus maupun daerah lain yang lokasinya jauh.
Sementara Pelaksana Tugas Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengatakan, semangat gotong royong serta mengangkat kembali nilai budaya dalam festival ini bisa dicontoh oleh kampung lain.
Jika kampung-kampung di Indonesia sudah bersinergi, kemungkinan masyarakat terbelah jadi sangat kecil. Kemunculan ideologi intoleransi juga bisa dikurangi. Pada akhirnya akan muncul kepercayaan diri dari kampung untuk mandiri.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.