Pembalakan Liar Masif di Lokasi Kebakaran Jambi
Pembalak liar yang tertangkap menyebut nama pemodal pencurian kayu. Keterkaitan kebakaran dan pembalakan masih ditelusuri.
Muaro Jambi, KompasLebih dari 3.000 meter kubik kayu ilegal ditemukan di dalam kawasan hutan gambut terbakar di Kabupaten Muaro Jambi, Rabu (2/10/2019). Tiga pekerja kayu ditangkap, sedangkan enam lainnya melarikan diri.
Temuan itu diperoleh saat Kompas mengikuti patroli tim Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Jambi di sekitar lokasi kebakaran. Dari atas tampak sebagian areal hutan produksi terbatas yang beralas hak pengusahaan hutan telah habis dibakar.
Tak jauh dari situ, tim mendapati kayu-kayu rimba hasil tebangan liar telah diolah dan sebagian besar masih berupa kayu bulat berdiameter hingga 50 sentimeter. Barisan kayu itu disusun masuk ke dalam hutan hingga 6 kilometer. Jalur pembalakan itu pun bercabang-cabang. Di sepanjang jalur tampak kayu-kayu yang telah diolah siap dilansir keluar hutan.
Tiga pekerja kayu ditangkap, yakni SS (39), F (17), dan G (45), yang langsung diterbangkan helikopter patroli untuk ditahan Kota Jambi. ”Para pelaku kami serahkan ke penyidik Dinas Kehutanan dan Kepolisian Daerah Jambi untuk ditangani secara hukum,” kata Kolonel Elphis Rudy, Komandan Satgas Karhutla Jambi, kemarin.
Pada mulanya, tim mencurigai adanya kebakaran menyebar di kawasan hutan itu. ”Kami coba padamkan di satu titik, tiba-tiba muncul lagi api baru di sekitarnya. Ini membuat kami curiga,” ujarnya.
Atas kecurigaan itu, tim menerjunkan pasukan mengendap di lokasi hampir sepekan. Tim akhirnya memperoleh informasi praktik pembalakan di sekitar lokasi kebakaran. ”Mengenai keterkaitan pembakaran dan pembalakan akan ditelusuri penyidik,” lanjutnya.
Pengakuan SS, ia dibayar Rp 100.000 per meter kubik kayu yang berhasil dilansir keluar hutan. Ia menyebut nama pemodal aktivitas itu dan ke mana kayu-kayu itu akan dibawa.
Terkait itu, penyidik Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Barokah, mengatakan akan berupaya mengungkap tokoh di balik aktivitas itu. Kawasan hutan itu memang rawan praktik pembalakan liar. Sebelumnya telah dilakukan operasi, tetapi tak mengungkap pemodal.
Mei lalu, tim Bareskrim Polri menggerebek gudang dan usaha pengolahan kayu di wilayah Tangkit, Muaro Jambi, yang kayunya diduga dipasok dari kawasan hutan yang sama. Pekan berikutnya, aparat menemukan lebih dari 2.000 kayu ilegal dalam jalur kanal dan usaha pengolahan. Pemilik usaha pengolahan itu diringkus Juni lalu.
Pembalakan liar juga marak di lokasi kebakaran Hutan Lindung Gambut yang dikelola menjadi Hutan Desa Sinarwajo, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Kepala Seksi Perlindungan Hutan Kesatuan Pemangku Hutan Tanjung Jabung Timur Edi Suprapto bersama tim mengecek lokasi dan mendapati puluhan meter kubik kayu olahan siap dilansir. Untuk mencegah pembalak mengambil kayu, petugas memotong kayu-kayu itu.
Kawasan konservasi
Di Kalimantan Tengah, sejumlah lahan konservasi masih terbakar. Di Taman Nasional Sebangau yang memiliki total luas 568.700 hektar, 125 hektar di antaranya yang terbakar. Kebakaran di TNS terjadi sejak Juli 2019. Hingga kini, tim pemadam masih berpatroli dan terus membasahi lahan gambut yang terbakar.
Di Kilometer 23, kawasan TNS yang juga berbatasan langsung dengan kebun-kebun warga juga masih terus dijaga. Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengunjungi tempat itu dan semua pasukan dikerahkan untuk membantu pemadaman.
”Petugas masih di lapangan, tetapi dari laporan teman-teman, api sudah dikendalikan. Apalagi sudah ada hujan, bisa dipastikan akan padam,” kata Kepala TNS Andi M Kadhafi.
Kadhafi mengungkapkan, kebakaran tidak hanya di satu hamparan, melainkan di lokasi-lokasi terpisah sehingga tim pemadam terbagi ke beberapa lokasi. Selain tim darat, helikopter melakukan bom air di wilayah TNS.
Sebagian besar wilayah TNS merupakan kubah gambut. Tanah jenis batubara muda memiliki ketebalan 10-15 meter. Selain di TNS, wilayah konservasi lain di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng juga terbakar. Kebakaran sejak awal Juli 2019.
Awalnya hanya 11 titik panas dari kawasan penyangga TNTP yang berbatasan perkebunan masyarakat ataupun perusahaan. Saat ini, 760 ha lahan terbakar di wilayah dengan populasi besar orangutan itu. Total luas TNTP 415.040 ha.
”Saat ini sebagian besar kebakara n mulai padam. Terima kasih juga untuk hujan yang turun terus,” kata Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Balai TNTP Efan Ekananda. (ITA/IDO)