AMBON, KOMPASPemerintah daerah terus berupaya meyakinkan para pengungsi korban gempa di Ambon dan sekitarnya agar mau kembali beraktivitas seperti biasa. Pengungsi diminta tidak terpengaruh dengan kabar bohong bahwa akan terjadi gempa besar dan tsunami. Frekuensi gempa susulan pun semakin berkurang.
Hingga Rabu (2/10/2019), Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, 166.903 warga mengungsi. Mereka tersebar di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Wilayah itu diguncang gempa bermagnitudo 6,5, Kamis (26/8), pukul 08,46 WIT. Sebanyak 31 orang dilaporkan tewas dan 147 orang terluka.
Pantauan Kompas di Desa Liang dan Tulehu, pengungsi membangun tenda di dataran tinggi dekat perkampungan. Anak balita, anak-anak, perempuan, dan warga lansia diungsikan ke sana. Sementara pria dewasa diminta mengawasi rumah dan mengangkat puing- puing reruntuhan pada siang hari. Pada malam hari, mereka kembali ke tenda pengungsian.
Warga Liang pada umumnya semakin cemas lantaran terjadi semburan lumpur dan karang di sejumlah titik. Tim dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah mendatangi lokasi itu. Athanasius Cipta, ketua tim, mengatakan, semburan di Desa Liang itu merupakan likuefaksi. Namun, hal itu tidak berbahaya seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah.
Pemerintah daerah, BNPB dan TNI, serta para sukarelawan kemanusiaan membuka posko kesehatan dan distribusi bantuan di lokasi pengungsian. Pemda juga mendistribusikan air bersih setiap hari. Khusus di Tulehu, TNI Angkatan Darat mendirikan dapur umum.
Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengatakan, pemerintah lewat BNPB dan pemangku kepentingan terkait terus berusaha meyakinkan para pengungsi agar kembali beraktivitas seperti biasa. Dengan demikian, perekonomian yang sempat lumpuh diharapkan bangkit kembali. Sementara pengungsi yang sakit tetap dirawat petugas. ”Prosesnya harus pelan-pelan. Kami tidak bisa memaksakan,” katanya.
Ia berharap pengungsi yang rumahnya aman ditempati agar kembali ke rumah masing-masing. Dengan begitu, pemerintah lebih fokus menangani korban yang terdampak paling parah seperti orang yang luka parah, rumahnya hancur, serta anak balita dan warga lansia yang sakit. Untuk penanganan trauma, pihaknya sudah meminta bantuan tim khusus.
Kemarin, Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat tertutup di kantor Wapres, membahas penanganan bencana di Maluku. Rapat dihadiri Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita dan Kepala BNPB Doni Monardo. Seusai rapat, Doni mengatakan, pemerintah akan menambah alat deteksi tsunami di Maluku. Saat ini hanya ada 3 alat deteksi tsunami di sana. (FRN/INA)