Pola Hidup Tidak Sehat, Prevalensi Penyakit Tidak Menular Meningkat
Tanpa intervensi yang masif, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi dan akhirnya justru membebani pembangunan ke depan.
Oleh
Deonisia Arlinta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prevalensi penyakit tidak menular terus meningkat. Ini diakibatkan pola hidup yang tidak sehat. Sayangnya, penduduk usia produktif banyak yang menerapkan pola hidup itu. Tanpa intervensi yang masif, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana demografi dan akhirnya justru membebani pembangunan ke depan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular yang meningkat dari tahun 2013, yaitu kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.
Prevalensi kanker, misalnya, meningkat dari 1,4 persen (2013) menjadi 1,8 persen (2018). Ginjal dari 2 persen menjadi 5,8 persen. Sementara hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Peningkatan penyakit tidak menular sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, di antaranya merokok, kurang aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur yang kurang.
”Kita pada tahun 2030 sampai 2035 berharap pada bonus demografi. Namun, jika tidak ada perubahan perilaku yang signifikan di masyarakat, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Arianie dalam acara peresmian komunitas dan kampus sehat di Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Data Riskesdas 2018 memperlihatkan, prevalensi merokok pada penduduk usia 10-18 tahun sebesar 9,1 persen. Jumlah ini jauh dari target pembangunan nasional 2019 sebesar 5,4 persen. Selain itu, proporsi kurang aktivitas fisik pada penduduk usia di atas 10 tahun juga naik dari 26,1 persen pada 2013 menjadi 33,5 persen pada 2018. Penduduk umur di atas lima tahun yang kurang mengonsumsi sayur dan buah juga tinggi, yaitu 95,9 persen.
Cut menyampaikan, kondisi yang terjadi saat ini butuh intervensi yang lebih kuat pada kelompok masyarakat usia produktif.
Fungsi pos pembinaan terpadu (posbindu) penyakit tidak menular (PTM) harus lebih gencar digalakkan di lingkungan sekolah dan universitas.
Fungsi pos pembinaan terpadu (posbindu) penyakit tidak menular (PTM) harus lebih gencar digalakkan di lingkungan sekolah dan universitas. Upaya promotif dan preventif bisa dioptimalkan dengan mendekatkan posbindu di lingkungan terdekat penduduk usia muda.
Tujuan utamanya agar empat pilar dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular bisa dijalankan. Pilar tersebut adalah promosi kesehatan berupa edukasi, informasi, dan komunikasi; deteksi dini; perlindungan khusus berupa pemberian vaksin HPV untuk kanker serviks; dan tata laksana kasus ketika ditemukan seseorang dengan penyakit tidak menular.
Kampus sehat
Program kampus sehat yang baru diresmikan oleh pemerintah diharapkan bisa menjadi sarana untuk mendekatkan layanan kesehatan pada penduduk usia produktif. Sebagai uji coba, ada empat kampus sehat yang diresmikan di empat kampus di seluruh Indonesia, yakni Universitas Indonesia, Universitas Nasional Sebelas Maret, Universitas Andalas Padang, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Cut berharap, kampus-kampus lain diharapkan bisa mencontoh penyelenggaraan program kampus sehat ini. Secara bertahap program ini akan dievaluasi dan diperbaiki. Untuk langkah awal, posbindu di kampus sehat sudah bisa melayani pemeriksaan dasar seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan obesitas dengan mengukur indeks massa tubuh, dan pemeriksaan gula darah.
Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis mengatakan, Posbindu Fakultas Kedokteran UI merupakan bagian dari program Kampus Sehat. Terdapat 20 pusat posbindu yang dilayani oleh 140 kader kesehatan yang tersebar di semua fakultas, program, sekolah, dan kantor-kantor di kawasan Universitas Indonesia.
”Program ini bertujuan juga untuk mengampanyekan gaya hidup sehat, mengelola kantin sehat untuk menjamin nutrisi baik, serta menggalakkan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular yang bagi mahasiswa, dosen, staf, ataupun warga di sekitar kampus,” ucapnya.
Kesadaran untuk hidup sehat adalah kunci dari pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Pradana Soewondo menambahkan, kesadaran untuk hidup sehat adalah kunci dari pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Keberadaan posbindu seharusnya bisa lebih luas dan merata di seluruh Indonesia. Dengan jumlah 50.000 posbindu di Indonesia dinilai kurang mampu memenuhi layanan kesehatan untuk pencegahan penyakit tidak menular.
”Periksakan diri untuk cek kesehatan di posbindu atau fasilitas layanan kesehatan lain setidaknya tiga bulan sekali. Deteksi dini diperlukan agar jika memiliki faktor risiko penyakit bisa dikendalikan sejak dini. Makan makanan dengan gizi seimbang dan aktivitas fisik yang cukup juga perlu diperhatikan,” tuturnya.