Atlet-atlet yunior cabang angkat besi membutuhkan jam terbang untuk mengasah mental dan teknik sebelum bersaing di SEA Games 2019. Mereka terus dimatangkan untuk menjadi tumpuan masa depan prestasi olahraga nasional.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak delapan lifter Indonesia disiapkan untuk berlomba di Kejuaraan Asia Angkat Besi Yunior dan Remaja IWF 2019. Muhammad Faathir dan kawan-kawan diharapkan bisa memanfaatkan ajang ini sebaik mungkin sebagai uji coba akhir menuju SEA Games 2019 di Filipina.
Kejuaraan Asia Yunior dan Remaja akan bergulir di Pyongyang, Korea Utara, 19-27 Oktober 2019. Atlet-atlet putri terdiri tas Windy Cantika Aisah (kelas 49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), Putri Aulia Andriani (59 kg), dan Tsabitha Alfiah Ramadani (64 kg). Adapun lifter-lifter putra yakni Faathir (61 kg), Mohammad Yasin (67 kg), Rizki Juniansyah (67 kg), Rahmat Erwin Abdullah (73 kg).
Pelatih Kepala Angkat Besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, Kejuaraan Asia akan dimanfaatkan oleh Windy Cantika dan Rahmat Erwin Abdullah untuk mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya menuju Olimpiade Tokyo 2020. “Untuk atlet-atlet yunior lainnya, ajang ini menjadi uji coba menuju SEA Games 2019,” kata Dirdja di Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Dirdja menjelaskan, sebagian atlet yunior Indonesia belum pernah tampil di ajang internasional. Padahal, mereka menjadi harapan Indonesia di SEA Games 2019. Oleh karena itu, Kejuaraan Asia akan menjadi ujian pertama untuk mereka. “Jangan sampai begitu tampil di SEA Games, mereka tidak siap karena tampil di hadapan penonton yang sangat banyak,” kata Dirdja.
Berdasarkan hasil tes progres latihan yang dilaksanakan di Jakarta, Jumat (4/10), jumlah angkatan atlet-atlet Indonesia meningkat. Tetapi, di tingkat Asia Tenggara, jumlah angkatan atlet masih belum cukup aman untuk memperoleh medali.
Saya yakin bisa dapat emas dan melewati rekor pribadi terbaik
Muhammad Faathir, misalnya, mengukir jumlah angkatan 275 kg (snatch 122 kg, clean and jerk 153 kg). Jumlah angkatan lifter asal Kalimantan Timur ini lebih baik dari penampilannya di Kejuaraan Nasional Angkat Besi di Bandung, Agustus lalu. Ketika itu, Faathir mengumpulkan total angkatan 265 kg (snatch 119 kg, clean and jerk 146 kg). Jumlah angkatan lifter berusia 16 tahun ini juga lebih baik dari hasil yang pernah ditorehkan di Kejuaraan Dunia Yunior 2019, Juni lalu.
Namun, di tingkat nasional dan Asia Tenggara, Faathir masih kalah dari seniornya, peraih tiga medali Olimpiade, Eko Yuli Irawan, yang bermain pada kelas yang sama. “Kalau sekarang, memang masih ketinggalan. Tetapi, kami harapkan satu tahun lagi, Faathir bisa mendekati jumlah angkatan Eko,” kata Dirdja.
Faathir mempunyai dasar ledakan kekuatan dan motivasi tinggi yang sangat menunjang penampilannya. Saat latihan, Faathir kerap menantang diri untuk menaikkan jumlah angkatan sebanyak mungkin agar bisa memepet Eko Yuli. Bagi tim pelatih, ini merupakan sinyal positif sekaligus tantangan. “Faathir masih remaja. Kami tidak ingin jumlah angkatannya naik drastis, tetapi prestasinya tidak panjang. Kami harus menyeimbangkan antara motivasi tinggi dengan teknik latihan yang baik,” kata Dirdja.
Selain Faathir, Tsabitha Alfiah Ramadani juga masih harus meningkatkan jumlah angkatannya. Kemarin, Tsabitha mengukir jumlah angkatan snatch 87 kg, clean and jerk 104 kg. Tsabitha ditantang untuk meningkatkan jumlah angkatan hingga 14 kg agar bisa bersaing di Asia Tenggara.
Faathir mengatakan, persiapannya menuju Kejuaraan Asia Yunior sudah mencapai 90 persen. “Minggu ini latihan sudah berkurang karena sudah mendekati kejuraan,” katanya.
Berdasarkan evaluasi latihan sehari-hari, Faathir merasa masih harus mematangkan teknik terutama pada angkatan clean and jerk. Beruntunglah, ia berlatih bersama Eko Yuli Irawan, sehingga bisa selalu berkaca dari penampilan seniornya itu. Di Kejuaraan Asia, Faathir memasang target bisa meraih medali emas. “Saya yakin bisa dapat emas dan melewati rekor pribadi terbaik,” ujarnya.