NEW YORK, KAMIS -- Perusahaan Facebook Inc, Kamis (3/10/2019), mengumumkan telah menghapus ratusan laman, grup, dan akun di Facebook di empat negara, yakni Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Nigeria. Tindakan itu diambil karena pengelola Facebook mengidentifikasi adanya tindakan pelanggaran yang terkoordinasi.
Tindakan pemblokiran di Indonesia dilakukan terhadap jaringan lebih dari 100 akun palsu di Facebook dan Instagram. Akun-akun itu telah mengunggah konten berbahasa Inggris dan Indonesia yang mendukung atau mengkritik gerakan yang mendorong kemerdekaan di Papua.
”Ini adalah jaringan laman yang dirancang untuk tampil, seperti lembaga media lokal dan organisasi advokasi,” kata David Agranovich, Pemimpin untuk Ancaman Disrupsi Global Facebook.
Agranovich mengungkapkan, timnya telah memantau Indonesia sehubungan dengan meningkatnya ketegangan di Papua. Hal itu mencakup pelacakan akun-akun palsu, yang menyebarluaskan konten, membeli iklan, dan mendorong orang ke situs-situs tertentu.
Sebagaimana diwartakan, terjadi lonjakan protes dan kerusuhan sejak akhir Agustus lalu di Papua. Selain mengakibatkan korban tewas, peristiwa itu telah mendorong evakuasi massal, khususnya dari wilayah pegunungan tengah Papua ke Jayapura.
Para peneliti secara independen telah memperingatkan pada September lalu kepada sejumlah pihak perusahaan media sosial, seperti Twitter dan Facebook. Diungkapkan fakta bahwa telah terjadi peningkatan jumlah akun Twitter dan Facebook palsu di Papua. Akun-akun palsu itu mengunggah konten yang pro ataupun kontra Pemerintah Republik Indonesia.
Kasus di Mesir
Agranovich mengatakan, Facebook juga menghapus akun-akun palsu yang terkait dua jaringan yang tidak saling terhubung di Timur Tengah dan Afrika. Satu jaringan itu, menurut pihak Facebook, berbasis di Mesir. Jaringan itu menargetkan seluruh wilayah dengan mengunggah konten yang mendukung Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir, serta berisi kritik oleh gerakan-gerakan separatis di Qatar, Iran, Turki, dan Yaman.
Pihak Facebook menyatakan, jaringan itu menggunakan akun palsu untuk menyamar sebagai organisasi media lokal di berbagai negara tersebut, sekaligus berupaya memperluas cakupan konten unggahan mereka.
Menurut Agranovich, Facebook menemukan bukti bahwa beberapa laman telah dibeli, dengan kepemilikan yang berubah secara teratur, serta tautan mendalam ke surat kabar Mesir, El Fagr. Media itu dikenal dengan konten- konten sensasional. Sebagai hasil dari penyelidikan, Facebook juga telah menghapus laman media resmi El Fagr dari platform Facebook. Sejauh ini tidak ada tanggapan dari pihak El Fagr. (REUTERS)