logo Kompas.id
UtamaPengalaman di Filipina,...
Iklan

Pengalaman di Filipina, Melihat Warung Halal sampai Penitipan Pistol

Di berbagai pertokoan di Filipina, selain terdapat tempat penitipan tas, juga tersedia tempat penitipan senjata api jika pengunjung hendak berbelanja. Filipina memberikan izin kepemilikan senjata kepada perorangan.

Oleh
Iwan Santosa
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/OOCT_hG4hx_tjJ672QTtxs4XgPI=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FMG_8898_1570192630.jpg
KOMPAS/SRI REJEKI

Suasana kota Manila pada akhir 2012. Jalanan di ibu kota Filipina itu diwarnai dengan angkutan jeepney, bekas jip pada masa pendudukan Amerika Serikat yang kemudian dimodifikasi menjadi sarana angkutan umum.

Republik Filipina, negeri serumpun yang berbatasan laut dengan Indonesia di Laut Sulawesi yang masuk wilayah Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Utara.

Adapun warga negaranya tidak sedikit yang tinggal dan kawin campur dengan WNI di Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Demikian pula dengan WNI yang banyak ditemukan di Filipina Selatan. Hubungan kedua bangsa pun erat.

Dalam perjalanan jurnalistik sejak 2002 hingga sekarang, penulis berkali-kali berurusan dengan warga negara Filipina dan keturunan Filipina yang bermukim di Sabah, Filipina selatan, hingga wilayah Indonesia di Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Di antaranya, terkait dengan peristiwa penyanderaan oleh kelompok Abu Sayyaf.

Filipina lama dijajah Spanyol dengan kedatangan Miguel Legazpi di Cebu tahun 1565, lalu direbut Amerika Serikat pada 1898. Negeri ini memiliki banyak kemiripan dengan Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura sebagai rumpun bangsa Austronesia.

https://cdn-assetd.kompas.id/mCMxVhk6e3FkwTmgwDTgJftZuIw=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20190115DRI05_1570192802.jpg
KOMPAS/ADRIAN FARJIANSYAH

Tampak luar gerbang utama Benteng Santiago di kawasan Intramuros, Manila, Filipina, Senin (17/12/2018). Benteng Santiago adalah benteng pertama yang dibangun penjajah Spanyol setelah menaklukkan kerajaan lokal, Kerajaan Maynila, di Manila pada 1571. Selain itu, benteng itu pernah menjadi tempat pahlawan besar Filipina Jose Rizal dipenjara selama dua bulan sebelum hari eksekusi matinya pada 30 Desember 1896.

Dalam sejarahnya, bela diri zaman Majapahit, yakni ”kali”, yang sudah hilang di Jawa, justru masih lestari di Filipina selatan. Demikian pula dalam buku sejarah Filipina dikenal adanya peperangan dan hubungan dengan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Tondo di Teluk Manila.

Bahkan, Presiden ketiga Republik Indonesia Abdurrahman Wahid dalam berbagai kesempatan menyebutkan, garis leluhur perempuannya yang berdarah Tionghoa datang dari Kepulauan Filipina yang dikenal sebagai Ni Gede Manila.

Dalam sejarahnya, bela diri zaman Majapahit, yakni ”kali”, yang sudah hilang di Jawa, justru masih lestari di Filipina selatan.

Dalam beberapa kunjungan jurnalistik ke Filipina, penulis mendapati banyak kemiripan antara Indonesia dan Filipina. Mirip dengan hubungan antara Indonesia dan Malaysia serta Brunei.

Secara geografis dan budaya, Filipina terbagi dalam tiga wilayah, yakni utara, tengah, dan selatan. Wilayah utara di Pulau Luzon dan sekitarnya didominasi budaya Tagalog, meski juga terdapat budaya lain, seperti Pangasinan dan Pampanga.

https://cdn-assetd.kompas.id/SyxYB9gzr3XS6Am1YozsPoLlfR4=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FPULAU-BORACAY-03-04_1570192931.jpg
RUDY BADIL

Lorong jalan kecil berpasir putih di tepian Pantai Boracay di Filipina tengah ini, meski ramai dengan segala kegiatan ekonomi rakyatnya, masih kelihatan terawat dan cukup bersih.

Wilayah tengah dikenal sebagai kawasan Visayaz dengan pusat di Pulau Cebu, dengan kegiatan wisata bahari di Boracay. Terakhir, wilayah selatan, yang terpusat di Pulau Mindanao dan banyak dihuni masyarakat Muslim, kini memiliki wilayah Otonomi Regional Muslim Mindanao atau ARMM dengan Gubernur Mujiv Hataman.

Sejarawan dari Arsip Nasional Filipina, Ian Christopher Alfonso, menceritakan, banyak kemiripan antara budaya Pampanga dan budaya Nusantara. Dia pun secara khusus menceritakan serdadu-serdadu Pampanga yang mengawal para rohaniwan Katolik dan penjelajah Spanyol di Nusantara.

Baca juga: Tawaran ”Hadiah” Saat Bencana Asap di Kalimantan

”Ada catatan khusus tentang seorang serdadu Pampanga yang mengawal seorang rohaniwan Katolik yang masuk ke tanah Batak,” kata Alfonso yang sedang mengurus peringatan 500 Tahun Pelayaran Magelhaens keliling dunia di Filipina-Indonesia-Malaysia.

Serdadu Pampanga ini berpangkalan di Ternate, Maluku Utara, dan kelak diboyong VOC ke Jawa, di Kota Batavia. Mereka membentuk perkampungan di dekat Sunter dan Tanjung Priok. Kampung Resimen Pampanga tersebut kini dikenal sebagai wilayah Papanggo.

https://cdn-assetd.kompas.id/8Rcl0R1joHlk6uIgTKjRbenbOTk=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20190127AGS11_1570193156.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Warga melintas mural yang mengajak warga untuk rukun dan saling menghargai perbedaan di Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (27/1/2019).

Iklan

Alfonso menceritakan, tidak jauh dari Manila pun terdapat Kota Bernama Ternate. Kota tersebut dihuni orang-orang keturunan Kesultanan Ternate yang diboyong Spanyol pada masa kolonialisme Spanyol dan Portugis berebut rempah di Kepulauan Maluku pada abad ke-16 dan ke-17 Masehi.

Adapun menurut catatan sejarawan maritim Universitas Indonesia, Adrian B Lapian, pengaruh Kesultanan Ternate pun merambah wilayah Mindanao. Semisal kota Illagan dekat kota Marawi, yang digempur NIIS faksi keluarga Maute, merupakan daerah pengaruh Kesultanan Ternate di masa silam.

Kedekatan bahasa

Secara linguistik pun, saya melihat banyak kemiripan bahasa antara Indonesia dan bahasa Tagalog serta berbagai dialek di Filipina, termasuk di selatan. Misalnya, sebutan neng untuk anak gadis dan sebutan mang untuk paman di Mindanao. Anak pun disebut anak dalam Tagalog.

Hidung disebut ilung, paha disebut paah, kerbau disebut karabao, babi disebut baboy, minum disebut inum, dan lain-lain. Jika kita memahami gramatika bahasa Batak, susunan kalimat dalam teks berjalan di televisi Filipina terlihat seperti bahasa Batak.

https://cdn-assetd.kompas.id/BG2I5KiK3dzB6AADIoIcNJSrAv8=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20190115DRI35_1570193253.jpg
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Patung pahlawan besar Filipina, Jose Rizal, bersama istrinya, Josephine Bracken, yang menggambarkan pertemuan terakhir Rizal dengan istrinya sebelum dieksekusi mati pada 30 Desember 1986, di Taman Rizal, Manila, Filipina, Senin (17/12/2018). Jose Rizal dieksekusi dengan cara ditembak mati oleh delapan orang regu tembak utama. Ia mendapatkan hukuman itu karena mengkritik penjajahan Spanyol di Filipina.

Mantan dosen Mindanao State University di Marawi, Suhardi, yang kini mengajar di Universitas Bhayangkara, mengatakan, banyak sekali pertalian budaya antara Filipina dan Indonesia. Bahkan, orang Marawi diketahui memiliki leluhur di Palembang dan Minangkabau. Mereka dikenal sebagai ”orang Padang”-nya Filipina selatan karena piawai berniaga.

Meski lebih dari 94 persen penduduk Filipina menganut agama Katolik Roma (86 persen) dan selebihnya berbagai denominasi Kristiani, tidak sulit untuk mencari makanan halal bagi Muslim di Filipina. Salah satu tipsnya adalah mencari lokasi penukaran uang (money changer) jika kita berada di wilayah utara atau tengah Filipina. Pasalnya, sebagian besar bisnis money changer di Filipina dimiliki warga Muslim asal Filipina selatan.

Tidak aneh jika di mal-mal besar terdapat petugas satpam dengan senjata api. Tidak ketinggalan, di berbagai pertokoan pun, selain ada tempat penitipan tas, juga disediakan tempat penitipan senjata api jika pengunjung hendak berbelanja.

Umumnya di dekat money changer tersebut ada warung makan halal yang menampilkan logo ”halal” dan tulisan ”halal” dalam aksara Arab. Tak ketinggalan, di sekitar lokasi tersebut biasanya terdapat masjid atau mushala. Berbagai menu ayam, ikan, dan sapi serta sayuran yang mirip rasanya dengan di Indonesia bisa ditemukan di warung-warung tersebut. Demikian juga menu sate dan nasi goreng serta rokok produksi Indonesia.

Soal keamanan, Filipina yang memberikan izin kepemilikan senjata perorangan memang unik. Bahkan, terdapat bengkel pembuat senjata api rumahan yang disebut paltik. Pistol FN buatan rumahan tersebut sulit dibedakan dari aslinya yang buatan Fabrique Nationale, Belgia.

https://cdn-assetd.kompas.id/qaxcjmUkvvyrGCtdtlpwc9UCsow=/1024x392/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2Fsayyaf2_1570271471.png
ARSIP KOMPAS

Tulisan Iwan Santosa yang terbit di halaman 1 harian Kompas pada 2 Mei 2016. Tulisan ini hasil peliputan di Zamboanga, Filipina, terkait pembebasan sandera Abu Sayyaf.


Kepolisian Filipina pun mempunyai unit khusus untuk kejahatan penculikan yang sering dilakukan dengan todongan senjata api. Belum lagi kejahatan yang melibatkan penggunaan senjata api, seperti perampokan dengan menggunakan pistol dan senapan serbu.

Terkait itu, tidak aneh jika di mal-mal besar terdapat petugas satpam dengan senjata api. Tidak ketinggalan, di berbagai pertokoan pun, selain ada tempat penitipan tas, juga disediakan tempat penitipan senjata api jika pengunjung hendak berbelanja.

Baca juga: Menjadi Saksi ”Pengkhianatan” Guus Hiddink

Beragam perlengkapan tempur, seperti ransel, pisau komando, dan holster atau sarung pistol, dapat dibeli dengan mudah di seantero Filipina. Terlepas dari soal maraknya senjata api, penculikan, dan narkoba, masyarakat Filipina sama seperti kita, warga Nusantara, adalah bangsa yang hangat dan terbuka.

Untuk hubungan transportasi, ada penerbangan dari Jakarta ke Manila yang dilayani maskapai Philippines Airlines. Selain itu, ada rute Manado-Davao, rute terbaru yang dilayani maskapai Garuda Indonesia. Davao adalah kota terbesar di Pulau Mindanao, yang juga merupakan kota asal presiden Filipina saat ini, Rodrigo Duterte.

https://cdn-assetd.kompas.id/G2yI1eGnut-Pc4ssEm-uWBLZo_8=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20170704ILO03_1570193602.jpg
KOMPAS/HARRY SUSILO

Warga menyesaki angkutan umum di tengah kota Davao, Pulau Mindanao, Filipina, Selasa (4/7/2017). Suasana di Davao berlangsung normal, tidak terdampak krisis yang terjadi di Marawi meskipun berada dalam satu pulau.

Davao, yang juga kota nomor dua di Filipina itu, kini maju pesat dan keamanannya jauh terjamin setelah Duterte muncul memimpin Davao sebagai wali kota yang kini diteruskan putrinya, Sara Duterte.

Warga Filipina di Zamboanga, Jolo, hingga Tawi-Tawi terbiasa berhubungan dengan WNI di pantai timur Sabah hingga Tarakan, Kalimantan Utara. Kehadiran Indonesia dalam upaya perdamaian di Filipina selatan hingga kini sangat diharapkan berbagai pihak di sana.

Editor:
Sri Rejeki
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000