Polda Metro Jaya menangkap M (64), satu lagi tersangka terkait kelompok yang akan membuat kerusuhan saat unjuk rasa Sabtu pekan lalu. Total kini ada 10 tersangka.
JAKARTA, KOMPAS— Polda Metro Jaya terus mengusut kelompok yang berencana membuat kerusuhan saat unjuk rasa Sabtu (28/9/2019) lalu dengan meledakkan bom ikan. Dalam pengusutan kasus itu, polisi menangkap M (64) di rumahnya di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, Sabtu (5/10). M diduga ikut dalam pertemuan dengan tersangka lainnya untuk merancang kerusuhan serta merekrut tersangka AB dan S alias L.
Dengan ditangkapnya M, berarti telah ada 10 tersangka dalam kasus ini. Selain M, mereka adalah AB, SS, S alias L, OS, J, A, N, S, dan YF. Polisi juga telah menyita 29 botol bom ikan (sebelumnya disebut bom molotov) yang siap diledakkan. Bom itu ditemukan di rumah AB di Bogor, Jawa Barat.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Sabtu, mengatakan, polisi terus mengusut keterlibatan M dan anggota kelompok lainnya.
Menurut Kasubdit Keamanan Negara Polda Metro Jaya Komisaris Dwiasi Wiyatputera, AB menyuruh S alias L membuat bom dan menyimpan di rumahnya. AB bersama SS juga memberi uang kepada OS untuk biaya operasional dan mencari eksekutor. Peran S alias L adalah merekrut pembuat bom, yaitu J, A, N, dan S. Sementara YF menjadi koordinator eksekutor yang direkrut OS.
Menurut rencana, kata Dwiasi, kelompok ini membuat kerusuhan saat unjuk rasa Selasa (24/9), tapi batal karena para pembuat bom belum tiba di Jakarta. Aksi lalu direncanakan Sabtu lalu. Namun, sebelum rencana itu terwujud, polisi menangkap mereka.
Kepada Kompas, M mengaku terkejut karena tak menyangka AB akan melakukan hal itu. Namun, M mengaku tahu ada rencana untuk membuat kerusuhan saat unjuk rasa 28 September. M dan AB aktif di organisasi Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN). M bahkan jadi salah satu pendiri MKPN yang kegiatannya antara lain menggali dan menganalisis Pancasila.
M menyatakan menyesal memperkenalkan S alias L yang mampu membuat bom ikan dan punya kenalan yang bisa membuat bom ikan. ”Saya bilang jangan (pakai bom), kita ini solusi bangsa bukan masalah bangsa ini,” ujarnya.
Sementara itu, AB mengaku ketiban sial karena polisi menemukan bom ikan di rumahnya. Pada 24 September, seorang bernama R menghubunginya untuk mencari tempat menginap bagi J, A, N, S, dan S alias L.
”Saya dengan polosnya mengatakan silakan menginap di rumah saya. Empat orang itu dan pengundangnya, yaitu S, selanjutnya menginap di rumah saya. Lalu mereka membeli bahan-bahan bom. Saya tidak pernah membayangkan barang seperti itu bisa meledak,” kata AB.
Menurut AB, bom akan diledakkan pada 24 September di pusat bisnis, gudang, dan pabrik. Namun, di tanggal itu para pembuat bom baru datang.
AB menuturkan, alasan menggunakan bom ikan karena keadaan Indonesia semakin runyam. Hukum dan pejabat di Indonesia sudah dibeli. ”Disimpulkan, hal ini tak dapat dibiarkan. Perlu shock therapy,” katanya. (WAD)