Diduga dari korek api mainan anak, api berkobar membakar permukiman warga di Tamansari, Jakarta Barat. Meski tak ada korban jiwa, kebakaran ini menyebabkan ratusan warga mengungsi dari tempat tinggalnya.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Api yang berasal dari rumah warga lansia menjalar ke permukiman di sekitarnya. Api yang diduga korek api mainan cucu penghuni rumah menjadi momok yang menakutkan. Puluhan rumah di Kelurahan Maphar, Tamansari, Jakarta Barat, hangus terbakar.
Meski tidak ada korban jiwa ataupun luka, musibah ini membuat ratusan warga mengungsi di tempat aman. Ketua RT 002 RW 007 Maphar, Erni, mengatakan, ada 62 rumah yang terbakar pada Minggu (6/10/2019).
Dari pendataan sementara pada pukul 16.00, jumlah warga yang terdampak kebakaran sebanyak 509 orang. ”Bangunan paling banyak terbakar ada di sekitar RT 001 dan RT 004. Di RT 001, ada 26 rumah terdampak dan sekitar 280 orang harus mengungsi, sedangkan di RT 004 ada 14 rumah dan 106 orang mengungsi,” kata Erni di lokasi kebakaran.
Latif (58), warga RT 004 RW 007 Maphar, yang berjarak tiga bangunan dari rumah Jeje, mengatakan, api itu terlihat sejak pukul 10.00 dan telah menjalar ke belakang rumah Latif. Sejumlah warga yang melihat kebakaran berusaha memadamkan api dengan mengambil air di sungai terdekat.
Latif menambahkan, api yang menjalar sulit padam hingga pukul 12.00 saat mobil pemadam kebakaran datang. Api dari rumah Jeje yang terhalang jembatan dan sungai kemudian terkena angin hingga menjalar ke RT 012 RW 005 Kelurahan Tamansari. Akibat hal ini, sebanyak sembilan rumah di wilayah tersebut turut hangus terbakar.
”Angin kencang tadi siang sehingga api merambat hingga ke rumah-rumah yang ada di seberang sungai. Kabel instalasi listrik juga turut terbakar dan menyambar rumah warga,” ujar Latif.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Kota Jakarta Barat Rompis Romlih mengatakan, pihaknya menurunkan 25 unit mobil pemadam hingga pukul 17.00. ”Hingga menjelang malam, perwira piket di sana belum melaporkan bahwa api telah padam,” kata Rompis.
Denny, petugas piket pemadam kebakaran, menyebutkan, salah satu kendala yang terjadi sejak tadi siang adalah sulitnya menarik sumber air ke kawasan permukiman padat. Hal tersebut juga dipersulit dengan sumber air di sungai terdekat yang kondisinya sedang sangat surut.
Guru Besar Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan Manlian Ronald mengatakan, wilayah Kecamatan Tamansari perlu menjadi perhatian pemerintah provinsi karena frekuensi kebakarannya yang cukup sering. Cara antisipasi adalah dengan memasang stiker rawan kebakaran seperti yang dilakukan saat ini dinilai belum cukup untuk menuntaskan masalah kebakaran di permukiman padat.
”Permasalahan di Tamansari adalah soal tata ruang yang terlalu padat sehingga warga jadi abai dengan soal keamanan dari risiko kebakaran. Hal ini tidak lantas selesai dengan menempelkan stiker di wilayah yang rawan kebakaran,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pemprov DKI saat ini sedang menyusun Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) yang semestinya menjadi strategi dalam mengatasi kebakaran. Dalam rencana tersebut, Pemprov akan mengatur pemetaan wilayah kawasan permukiman padat dan bagaimana upaya pencegahannya.
Camat Tamansari Risan Mustar mengatakan, sejak sore, Dinas Sosial telah mendirikan dua tenda pengungsian untuk warga yang kehilangan tempat tinggal. Warga yang kehilangan harta benda juga diberi makanan dan pakaian selama tinggal di tenda pengungsian.
Risan mengimbau bantuan kepada warga secara luas agar dapat membantu korban kebakaran atas nama persaudaraan. ”Mereka sudah mendapat makanan dan persediaan pakaian, tetapi saya imbau agar warga Ibu Kota turut membantu mereka sebagai saudara yang kehilangan harta benda,” ucap Risan.