Jaringan pengedar narkoba jenis sabu mencoba membuka pasar baru dan menambah pasokan di Kalimantan Timur yang menjadi calon ibu kota negara baru. Sebanyak 38 kilogram sabu disita.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Jaringan pengedar narkoba jenis sabu mencoba membuka pasar baru dan menambah pasokan di Kalimantan Timur yang menjadi calon ibu kota negara baru. Badan Narkotika Nasional belum lama ini berhasil menyita 38 kilogram sabu yang dipasok dari Tawau, Malaysia.
Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Arman Depari, Senin (7/10/2019), di Balikpapan mengatakan, kecenderungan penambahan pasokan sabu di Kaltim tinggi dalam dua bulan terakhir. Belum lama ini, sabu disita dengan jumlah tertinggi dalam dua bulan terakhir. Ini mengindikasikan adanya permintaan yang meningkat juga di Kaltim.
“Sejak Sabtu lalu, kami mengamankan empat tersangka penyelundupan sabu jaringan internasional. Dari mereka, diamankan sabu seberat 38 kilogram. Sabu itu masuk dari perbatasan melalui Tawau, Malaysia,” kata Arman.
Sejak Sabtu lalu, kami mengamankan empat tersangka penyelundupan sabu jaringan internasional. Dari mereka, diamankan sabu seberat 38 kilogram. Sabu itu masuk dari perbatasan melalui Tawau, Malaysia
Cara mereka menyelundupkan sabu masih sama dengan cara-cara sebelumnya, yakni melalui jalur tidak resmi atau jalur tikus di darat dan laut. Dari Tawau, Malaysia, sabu dibawa melalui jalur laut ke Nunukan, Tarakan, dan Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Setelah itu, jalur darat ditempuh untuk membawanya ke Berau dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Dari Samarinda, barang itu akan diedarkan juga ke Kutai Kartanegara dan Balikpapan, kota terdekat calon lokasi ibu kota baru. Salah satu tersangka, yang menjadi pengendali, ditangkap di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan.
Jika dilihat dari bungkus sabu, diperkirakan ada dua produsen berbeda. Ada 1 kg sabu yang dibungkus di dalam kemasan hijau teh China, sisanya dibungkus plastik hitam. Ini menandakan ada dua sindikat berbeda yang memasok sabu ke Kaltim.
"Selanjutnya kami akan kembangkan, karena dalam kasus narkoba bukan saja penangkapan dan penyitaan tetapi juga memutus mata rantai peredaran," kata Arman.
Dengan penangkapan ini, total sabu yang disita dalam dua bulan terakhir adalah 100 kilogram. Ini menunjukkan peningkatan pe rmintaan dan pengiriman sabu ke Kaltim. Arman mengatakan, Kaltim yang menjadi calon ibu kota baru, ternyata menjadi pasar baru untuk pengedar.
Untuk mengantisipasi peredaran gelap narkoba di Kaltim, ia akan meningkatkan pengawasan di perbatasan Kalimantan Utara dan di sekitar calon ibu kota baru. Kerja sama lintas sektor akan ditingkatkan antara kepolisian, kantor wilayah direktorat bea dan cukai, dan TNI. Selain itu, BNN juga berkoordinasi dengan kepolisian Malaysia.
Direktur Reserse Narkoba Kepolisian Daerah Kaltim Komisaris Besar Ahmad Shaury mengatakan, pola komunikasi yang terputus menjadi tantangan kepolisian untuk mengusut tuntas peredaran sabu. Meski demikian, dari tersangka yang sudah ditangkap, polisi sudah mengantongi nama-nama yang akan dikejar.
“Akan kami kejar bandarnya. Kami juga akan meningkatkan kerja sama lintas sektor di jalur masuk agar wilayah yang luas bisa terpantau dengan baik,” kata Ahmad.
Sementara itu, TNI Angkatan Laut juga meningkatkan koordinasi dan pantauan di perbatasan hingga ke Kalimantan Timur. Di Balikpapan, TNI AL juga memantau berbagai aktivitas melalui jalur laut yang mencurigakan.
“Dari TNI sudah semaksimal mungkin melingkupi semua lini. Para pengedar di perbatasan itu menggunakan kapal yang cukup cepat, tetapi di sana sudah ada TNI AL Nunukan dan tersedia kapal perang TNI AL,” kata Komandan TNI AL Balikpapan, Wahyu Cahyono.
Peredaran narkoba di Kaltim menjadi perhatian khusus. Sebab, angka prevalensi setahun pakai narkotika kalangan pelajar dan mahasiswa di Kalimantan Timur pada 2018 berada pada urutan kedua se-Indonesia setelah Jawa Timur.
Berdasarkan survei BNN dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2018 di 13 provinsi pada pelajar, mahasiswa, dan pekerja, angka prevalensi setahun pakai narkotika di Kalimantan Timur cukup tinggi.
Pada pelajar dan mahasiswa, angka prevalensi setahun pakai narkotika 5,3 persen, di bawah Jawa Timur 7,5 persen di urutan pertama. Selain itu, prevalensi sekali pakai sektor pekerja juga tinggi yakni 2 persen, menduduki urutan ke-5 dari 13 provinsi yang disurvei.