Indonesia berpeluang memetik gelar juara dunia bulu tangkis yunior di kelima nomor pertandingan. Kemenangan di sektor beregu menambah semangat para pemain untuk tampil maksimal.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
KAZAN, MINGGU - Gelar juara dunia yunior beregu campuran harus menjadi tambahan semangat bagi pebulu tangkis Indonesia untuk menambah gelar dari persaingan kategori individu, 7-13 Oktober. Dalam kejuaraan bagi pemain berusia 19 tahun ke bawah itu, semua nomor memiliki peluang yang sama untuk menambah gelar bagi Indonesia.
Seperti kategori beregu campuran, pekan lalu, kategori individu Kejuaraan Dunia Yunior ini digelar di tempat yang sama, Kazan Gymnasium Center, Kazan, Rusia. Untuk pertama kalinya, sejak kejuaraan beregu digelar pada 2000, Indonesia membawa pulang Piala Suhandinata, piala yang namanya diambil dari tokoh bulu tangkis Indonesia, Suharso Suhandinata itu.
Pada final yang berlangsung Sabtu (5/10/2019), Tim “Merah Putih” mengalahkan 13 kali juara, China, dengan skor 3-1. Kemenangan diraih pemain-pemain dari nomor ganda campuran, tunggal putri, dan ganda putri. Adapun satu poin yang hilang berasal dari tunggal putra.
Ini menjadi gelar pertama bagi Indonesia dari semua kejuaraan bulu tangkis beregu sejak menjuarai Piala Thomas 2002. Meski gengsinya tak selevel dengan Piala Thomas, Uber, atau Sudirman, gelar dari kejuaraan Piala Suhandinata memperlihatkan potensi pemain Indonesia di kategori yunior.
“Kemenangan beregu bisa menjadi penyemangat bagi pemain untuk kejuaraan individu. Atlet harus lebih siap lagi, baik yang tidak bisa menyumbangkan kemenangan dalam kejuaraan beregu maupun yang meraih poin,” kata Manajer Tim Indonesia Susy Susanti di Kazan, Minggu.
Berbeda dengan kategori senior, yang peluang juara selalu berada di nomor ganda putra, Indonesia memiliki peluang juara dari semua nomor pada persaingan yunior. Indonesia menempatkan pemain-pemain pada peringkat 10 besar dunia di semua nomor, termasuk di puncak peringkat pada ganda putri dan campuran.
Mereka adalah Putri Syaikah/Nita Violina Marwah, keduanya sama-sama menempati peringkat pertama. Adapun pada ganda campuran, Indah Cahya Sari Jamil berada di posisi teratas, diikuti Leo Rolly Carnando. Berbeda dengan pemain senior, daftar peringkat pemain yunior disusun untuk setiap orang pada nomor ganda.
Peluang itu diperbesar dengan gelar yang selalu dibawa dalam dua ajang terakhir, di Yogyakarta 2017 dan di Markham (Kanada) 2018. Pada 2017, gelar didapat Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri) dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari (ganda campuran).
Pemain ganda campuran kembali memperlihatkan potensi untuk meneruskan prestasi senior mereka dengan membawa pulang gelar pada 2018, melalui Leo/Indah. “Kami sudah menyiapkan mereka sejak 1-2 tahun lalu untuk menjadi juara dunia yunior, juga untuk mewujudkan program regenerasi,” kata Susy.
Pada Senin ini, empat tunggal putra Indonesia akan memulai penampilan dari babak kedua. Mereka adalah unggulan kelima, Syabda Belawa Perkasa, Bobby Setiabudi (6), Christian Adinata (8), dan Yonathan Ramlie (13). Adapun tiga tunggal putri, yaitu Aisyah Sativa Fatetani, Yasnita Enggira Setiawan (8), dan Stephanie Widjaja (14) tampil pada babak pertama. Hanya Putri Kusuma Wardani (4) yang memulai dari babak kedua. Adapun pemain-pemain ganda akan tampil mulai Selasa.
Dari turnamen Yuzu Indonesia Masters Super 100 di Malang, Jawa Timur, tuan rumah hanya mendapat satu gelar dari final sesama pemain Indonesia dalam ganda putri. Gelar didapat Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto setelah mengalahkan senior mereka, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta. Pasangan muda yang akan menjadi salah satu andalan Indonesia di SEA Games Filipina 2019, 30 November-11 Desember, itu menang, 23-21, 21-15.
Gelar pada empat nomor lain didapat empat wakil China yang lolos ke final. Mereka adalah Sun Feixiang (tunggal putra), Wang Zhiyi (tunggal putri), Ou Xuanyi/Zhang Nan (ganda putra), dan Guo Xinwa/Zhang Shuxian (ganda campuran).