Begh, begh, begh…, suara kepakan sayap yang khas melintas di atas kepala. Seketika Tim Ekspedisi Wallacea Harian Kompas menghentikan langkah dan menengok ke atas. Dipandu tiga petugas Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Manggaweti, berpasang mata menyapu dahan-dahan pepohonan lebat di hutan Billa, Sumba.
”Di sana,” bisik Dominggus Deni Nguru, salah satu pemandu dari taman nasional. Telunjuk kanannya mengarah ke salah satu dahan pepohonan di hutan. Tepat pada sosok julang sumba jantan yang tengah bertengger. Tak menunggu lama, kamera sibuk merekam gambar burung endemik Sumba itu.
Dalam daftar merah badan konservasi dunia (IUCN), status konservasi julang sumba adalah rentan (vulnerable). Status ini diberikan kepada spesies yang rentan mengalami kepunahan. Dari survei pada 2004, populasi julang sumba di alam liar di Sumba diperkirakan tak sampai 2.000 ekor. Julang, di tempat lain dikenal sebagai rangkong, enggang, atau kangkareng.
”Julang dikenal sebagai petani hutan. Burung ini selalu menyebarkan biji buah-buahan yang dimakan. Menariknya, biji yang dibuang julang punya tingkat keberhasilan 99 persen untuk tumbuh,” ujar Koordinator Fauna Sumba pada Burung Indonesia Yohannis Balla Djawarai.
Pohon dan julang ibarat dua sisi mata uang. Julang membantu menyebarkan biji-bijian untuk tumbuh. Sebaliknya, julang sangat bergantung pada pohon-pohon besar, terutama jenis binong (Tetrameles nudiflora). Pohon ini berfungsi sebagai sarang yang penting untuk perkembangbiakan si julang.
Adakalanya julang harus berebut sarang dengan sesama julang ataupun burung jenis lain, seperti kakaktua atau nuri. Burung-burung jenis tersebut memanfaatkan lubang pada batang pohon yang menjulang sebagai sarang. Semakin berkurangnya tutupan hutan akibat alih fungsi atau penebangan liar berpengaruh langsung bagi perkembangbiakan burung, termasuk julang sumba.
Julang sumba tak benar-benar aman hidupnya. Menurut Kepala Balai Taman Nasional Matalawa Maman Surahman, salah satu ancaman serius terhadap populasi julang sumba adalah perburuan liar. Umumnya, perburuan dilakukan oleh pemburu babi hutan yang kadang tidak segan menembak atau menangkap julang ketika dijumpai di hutan.
”Selain itu, penyempitan habitat juga bisa mengurangi populasi julang. Habitat mereka di hutan berkurang lantaran kebakaran, baik yang disengaja maupun tidak,” ucap Maman.
Di hutan Selandia Baru, sekitar 70 persen tanaman tumbuh dari biji-bijian yang disebarkan burung tui (Prosthemadera novaeseelandiae). Selain menumbuhkan berbagai jenis tanaman, burung juga punya peran penting sebagai pembasmi hama jenis belalang dan serangga lainnya.
Setia sampai mati
Julang sumba, menurut Kepala Bagian Tata Usaha TN Matalawa Hastoto, menjadi salah satu daya tarik wisatawan saat berkunjung ke Sumba. Turis yang datang ke TN Matalawa lebih banyak berwisata pengamatan burung (bird watching).
Selain julang, kakaktua jambul kuning (Cacatua sulphurea) dan nuri bayan (Eclectus roratus) adalah beberapa jenis burung paling digemari wisatawan di TN Matalawa.
”Selain wisata pengamatan burung, ada obyek air terjun yang juga menjadi tujuan utama wisatawan saat ke Matalawa,” ujar Hastoto. Burung jenis ini dikenal punya sifat monogami, yaitu hanya berpasangan sekali seumur hidupnya.
Apabila salah satu pasangan mati, julang tidak akan mencari pasangan baru sampai akhir hayatnya. Jantan punya peran penting bagi kelangsungan pasangannya, terutama saat si betina mengerami telur.
Saat mengerami telur, julang betina berjaga di sarang di dalam batang pohon. Ia tidak pernah keluar meninggalkan sarang sampai telurnya menetas. Adalah tugas julang jantan yang memberi makan si betina.
”Apabila julang jantan tertangkap atau mati, ia tidak bisa memberi makan si betina. Si betina tidak bisa pergi dari sarang dan bakal mati kelaparan. Nasib telur atau anak mereka bisa terbengkalai,” tutur Yohannis. (NIT/LUK/APO)