Setelah sempat mereda selama dua pekan, kebakaran kembali bermunculan di beberapa wilayah Riau pada Senin (7/10/2019). Dua lokasi kebakaran baru, dengan ukuran besar di Kecamatan Payung Sekaki dan Kecamatan Tambang.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS – Setelah sempat mereda selama dua pekan, kebakaran kembali bermunculan di beberapa wilayah Riau pada Senin (7/10/2019). Dua lokasi kebakaran baru, dengan ukuran besar yakni di Kecamatan Payung Sekaki, 15 kilometer dan Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar berjarak 30 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Pengamatan Kompas di Kelurahan Tirta Siak, Kecamatan Payung Sekaki, terdapat sedikitnya lima titik api dalam satu hamparan luas. Diperkirakan sudah 50 hektar lahan lebih yang dilalap api.
Awalnya, api membakar areal semak belukar, dari arah belakang kebun kelapa sawit warga. Pada Senin sore, api sudah menyebar ke lahan kelapa sawit. Patut diduga kebakaran itu disengaja untuk memperluas areal pertanaman baru.
Terdapat dua regu pemadam dari TNI dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pekanbaru, yang mencoba memadamkan kebakaran. Satgas Penanggulangan Karhutla Riau mengirimkan helikopter untuk membantu pemadaman, namun api belum juga dapat dikendalikan.
Kesulitan pemadaman disebabkan cuaca panas terik, ditambah angin bertiup kencang. Selain itu sumber air dari kanal di lokasi, semakin kering. Mesin pompa acapkali kali mati karena air sudah sangat dangkal.
Brigadir Dua Subagio, Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Kelurahan Tirta Siak yang ditemui di lokasi kebakaran mengungkapkan, kebakaran sudah berlangsung selama tiga hari. Semula api berasal dari semak belukar di pinggir sungai, kemudian menjalar sampai ke kebun warga.
“Hari ini muncul api baru di seberang sungai (masih di Tirta Siak). Belum ada tim untuk memadamkan disana. Api cukup besar,” kata Subagio.
Alan Setiadi dari BPBD Pekanbaru mengungkapkan, pada Senin pagi pihaknya menurunkan satu regu untuk membantu pemadaman di Tirta Siak. Namun pada Senin siang, anggota regunya terpaksa dibagi dua untuk membantu pemadaman di lokasi baru di lokasi yang cukup jauh, namun masih di Kecamatan Payung Sekaki.
“Kami harus segera turun ke lokasi kebakaran baru ini, karena api sudah mendekati bangunan SMP Negeri 33,” kata Alan yang sedang bersiap membawa sebagian anggotanya berpindah tempat dengan membawa satu unit pompa jinjing dan sebuah mobil pemadam kebakaran.
Kami harus segera turun ke lokasi kebakaran baru ini, karena api sudah mendekati bangunan SMP Negeri 33, kata Alan
Secara terpisah, Kepala BPBD Riau Edwar Sanger mengatakan, selain Rimbo Panjang dan Payung Sekaki, titik kebakaran baru yang terdeteksi pada hari Senin terdapat di Kecamatan Kerumutan - Pelalawan, Tasik Serai di Bengkalis dan Kecamatan Rengat Barat di Indragiri Hulu.
“Hari ini kami mengoptimalkan pemadaman dengan helikopter di Rimbo Panjang, Payung Sekaki, Rengat Barat dan Kerumutan. Kebakaran masih menyala, kecuali Kerumutan yang dikabarkan turun hujan pada Senin sore,” kata Edwar.
Selain pemadaman menggunakan helikopter, tambah Edwar, pihaknya juga mengoptimalkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menebar garam di beberapa penjuru angkasa Riau. “Tadi pagi dilakukan penerbangan TMC di angkasa Pelalawan, Indragiri Hulu dan Siak dengan bahan semai sebanyak 800 kilogram garam,” kata Edwar.
Kebakaran di Tasik Serai, kata Edwar, berada di kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil – Bukit Batu. Berdasarkan pemantauan udara, lahan yang terbakar sudah berbentuk kavlingan lahan berbentuk persegi. Cagar Biosfer GSK-BB adalah kawasan hutan gambut terluas di Sumatera yang diakui sebagai situs konservasi oleh badan dunia Unesco.
Berdasarkan catatan Kompas, perambahan di Cagar Biosfer sempat berlangsung secara besar-besaran pada 2014. Perambahan itu menyulut kebakaran lahan seluas 2.000 hektar. Api besar menyebabkan kabut asap pekat di Kota Pekanbaru selama berminggu-minggu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sempat datang ke Riau, untuk memimpin pemadaman.
Setelah 2014, kebakaran di cagar biosfer sedikit berkurang. Namun pembalakan liar tidak berkurang. Kompas berkali-kali memberitakan kasus pembalakan liar disana, sehingga akhirnya dilakukan penertiban secara besar-besaran. Sejak 2016, cagar biosfer jarang terbakar. Namun kini di penghujung musim kemarau 2019, kebakaran besar muncul kembali.