Korea Utara menuding Amerika Serikat tidak serius merundingkan denuklirisasi Semenanjung Korea. Akibatnya, upaya perundingan lanjutan di antara kedua negara terancam kembali gagal.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
STOCKHOLM, SENIN — Korea Utara menuding Amerika Serikat tidak serius merundingkan denuklirisasi Semenanjung Korea. Akibatnya, upaya perundingan lanjutan di antara kedua negara terancam kembali gagal. Sebaliknya, AS menilai pertemuan berlangsung baik dan siap melanjutkan di masa depan.
Delegasi AS dan Korut bertemu di luar Stockholm, Swedia, pada Sabtu (5/10/2019). ”Pembicaraan tidak memenuhi harapan kami dan gagal. Saya sangat tidak senang dengan itu,” ujar Kim Miyong Gil, ketua tim perunding Korut, selepas perundingan pada Sabtu malam waktu setempat atau Minggu dini hari WIB.
Ia menyebut, kegagalan sepenuhnya karena AS tidak mau meninggalkan perilaku dan tuntutan lama. ”AS menawarkan harapan dengan menawarkan tanda pendekatan lentur, metode baru, dan solusi kreatif. Akan tetapi, mereka sangat mengecewakan kami dan menghilangkan semangat berunding karena tidak menawarkan apa pun di perundingan,” katanya.
Ia mengatakan, AS tidak berniat menyelesaikan persoalan Korut lewat dialog. Meskipun demikian, denuklirisasi penuh Semenanjung Korea masih dimungkinkan. ”Hal itu hanya akan terjadi jika semua hambatan yang mengancam keselamatan dan mengganggu pembangunan kami sepenuhnya dihilangkan,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus membantah pernyataan Kim. Menurut dia, pertemuan selama 8,5 jam itu berlangsung baik. Pernyataan Kim disebut tidak menggambarkan semangat perundingan. ”AS membawa ide kreatif dan menyelesaikan diskusi bagus dengan mitra Korut,” ujar Ortagus.
Delegasi AS menyajikan sejumlah inisiatif yang akan memungkinkan langkah maju untuk penyelesaian masalah-masalah pokok. Masalah-masalah itu dibahas dalam pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un, di Singapura, Juni 2018.
”AS dan Korut tidak akan bisa menyelesaikan warisan 70 tahun perang dan permusuhan di Semenanjung Korea dalam satu akhir pekan,” kata Ortagus.
AS dan Korut tidak akan bisa menyelesaikan warisan 70 tahun perang dan permusuhan di Semenanjung Korea dalam satu akhir pekan.
Karena itu, AS menyatakan menerima undangan perundingan lanjutan yang disampaikan Swedia. AS dan Korut tidak punya hubungan resmi dan karena itu membutuhkan perantara, seperti Swedia. Kemlu Swedia tidak berkomentar soal perundingan lanjutan yang disampaikan Ortagus.
Perundingan di Villa Elfvik Strand yang terletak di Pulau Lidingo itu merupakan pertemuan pertama setelah pembicaraan Kim-Trump di Hanoi gagal pada Februari lalu. Perundingan di luar Stockholm itu dihadiri Kim Miyong Gil sebagai ketua delegasi Korut dan tiba di sana sejak Kamis. Sementara Utusan Khusus AS untuk Korut, Stephen Biegun, tiba pada Jumat.
AS dan Korut sudah berbulan-bulan mencoba merundingkan program nuklir Korut. Dalam setiap perundingan, termasuk yang gagal di Stockholm, Pyongyang meminta Washington meringankan atau bahkan sama sekali mencabut sanksi ekonomi. Sanksi itu menyulitkan perekonomian Korut walau tidak terlihat menekan program nuklir dan persenjataan negara itu.
Pyongyang juga meminta pernyataan resmi bahwa Perang Korea sudah berakhir. Baku tembak massal Perang Korea berakhir pada 1953. Sejak itu sampai sekarang, secara resmi Korut dan Korea Selatan yang disokong AS dalam kondisi gencatan senjata. Atas alasan itu, AS menempatkan ribuan tentara dengan persenjataan mutakhir di Korsel. Korut menilai penempatan itu sebagai ancaman.
Sementara AS berkeras Korut terlebih dulu melucuti program nuklir dan persenjataannya. Setelah itu terjadi, pencabutan sanksi ekonomi baru bisa dibahas.
Tetap ada hasil
Para analis menilai, pertemuan di Stockholm tetap membawa hasil. Para pemimpin AS-Korut sama-sama berniat mencapai kesepakatan. Walakin, tidak diketahui apakah ada kesamaan pandangan selepas ketegangan dan kebuntuan selama berbulan-bulan.
”Saya kira Korut terlalu berharap bahwa pencopotan (Penasihat Keamanan Nasional AS) John Bolton akan membawa kelenturan sikap AS. Tentu saja kondisi menghilangkan semua tuntutan atau tidak ada kesepakatan sama sekali adalah ketimpangan di antara kedua pihak yang ingin diatasi,” kata Jenny Town, pengelola lembaga 38North, yang mencermati isu Korea Utara.
Nama lembaga itu merujuk pada garis lintang yang menjadi perbatasan Korut dengan Korsel. Town merujuk pada pencopotan Penasihat Keamanan Gedung Putih John Bolton beberapa waktu lalu. Bolton dituding sebagai biang sikap keras AS pada Korut. Trump juga mengakui itu.
Secara terpisah, Perdana Menteri Jepang kembali menyatakan ingin bertemu Kim Jong Un. ”Saya ingin bertemu Kim Jong Un, tanpa syarat apa pun. Berdasarkan analisis pejabat tinggi, saya akan bertindak teguh dan tidak menghilangkan kesempatan apa pun,” ujarnya.
Keinginan itu disampaikan selepas Korut meluncurkan rudal dari kapal selam pekan lalu. Rudal itu jatuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang. ”Mempertimbangan situasi di Korut, kami akan melakukan upaya terbaik untuk melindungi keamanan kami dan terus bekerja sama dengan AS dan komunitas internasional,” ujarnya.
Pyongyang meluncurkan rudal sehari setelah mengumumkan akan berunding dengan Washington. Perundingan yang gagal menurut versi Pyongyang, berhasil bagi Washington.
Dalam tawaran kali ini, Abe tidak menyinggung soal Korsel. Selama beberapa bulan terakhir, Seoul-Tokyo sedang bersitegang dan baku sanksi lewat pembatasan ekspor. Ketegangan dipicu keputusan pengadilan Korsel memvonis perusahaan-perusahaan Jepang bersalah karena secara paksa mempekerjakan warga Korsel. Kerja paksa dilakukan kala Jepang menjajah Korsel. (AP/REUTERS)