Platform e-dagang berpeluang besar digunakan untuk menggenjot ekspor nonmigas Indonesia, terutama produk usaha kecil menengah.
Oleh
C Anto Saptowalyono / Elsa Emiria Leba
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Platform e-dagang berpeluang besar digunakan untuk menggenjot ekspor nonmigas Indonesia, terutama produk usaha kecil-menengah. Intervensi pemerintah melalui berbagai instrumen perdagangan diperlukan karena pelambatan ekonomi global mulai memengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, tren perdagangan ke depan akan semakin didominasi oleh platform e-dagang. Keberadaan penjualan secara daring ini akan melengkapi penjualan secara luring.
”Sempat ada pertentangan dari luring ke daring, tetapi penjualan daring ini tidak bisa dihindari. Dalam perkembangannya, penjualan justru dapat meningkat jika ada sinergi antara toko daring dan luring,” kata Enggartiasto dalam pembukaan acara e-Commerce Marketplace Go Global di Jakarta, Minggu (6/10/2019).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Dody Edward menambahkan, pemerintah terus mendorong pemilik platform e-dagang untuk mempromosikan dan menjual produk usaha kecil dan menengah (UKM). Namun, pelaku UKM juga perlu membuat produk berkualitas agar tidak kalah dengan produk negara lain.
”Produk itu harus memiliki branding, kemasan yang mencantumkan kandungan bahan, dan pengawasan kualitas. Produk pun dipasarkan dengan cara dan tampilan yang menarik,” ujarnya.
Sejauh ini, sejumlah pelaku usaha telah menggunakan situs atau aplikasi platform e-dagang yang tersedia untuk memasarkan dan menjual produknya. Namun, tak sedikit pelaku UKM yang masih menggunakan media sosial, seperti Instagram dan Facebook.
Produk impor
Sepanjang 2019, pertumbuhan ekonomi dan permintaan pasar global mulai terganggu oleh perang dagang Amerika Serikat-China. Kementerian Perdagangan mencatat, kinerja ekspor nonmigas Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2019 mencapai 101,45 miliar dollar AS, turun 6,67 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.
”Kami mengapresiasi ketika ada pengakuan jujur dari salah satu pengusaha e-dagang. Dia risau karena 90 persen yang dipasarkannya adalah produk asing (impor),” kata Enggartiasto.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Benny Soetrisno mengatakan, e-dagang merupakan keniscayaan seiring perkembangan teknologi. Industri dalam negeri harus terus dibangun agar berdaya saing mengisi pasar.
Dalam acara itu ditandatangani komitmen beberapa asosiasi untuk mendorong pemanfataan e-dagang sebagai sarana produk lokal masuk ke pasar global. ”Selama ini kita tahu banyak platform e-dagang dipakai untuk memasukkan (produk luar) ke dalam negeri,” kata Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Joewono.
Direktur Perdagangan dan Properti PT Sarinah (Persero) Indyruwani Asikin Natanegara menyatakan, pihaknya menyambut gembira penyelenggaraan acara From Local Go Global di Sarinah.
”(Hal ini) karena Sarinah sebenarnya sedang berinovasi seiring perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang saat ini sudah masuk era 4.0. Kami sendiri sangat bergantung pada marketplace untuk memasarkan semua produk Sarinah,” ujar Indyruwani. (CAS/LSA)