Perputaran Uang di Ajang Borobudur Marathon Ditargetkan Terus Meningkat
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Bank Jateng terus melakukan berbagai upaya untuk menggenjot perputaran uang dan aktivitas perekonomian warga selama pelaksanaan ajang Borobudur Marathon.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Bank Jateng terus melakukan berbagai upaya menggenjot perputaran uang dan aktivitas perekonomian warga selama pelaksanaan ajang Borobudur Marathon. Selain dengan menambah berbagai acara dan kegiatan terkait Borobudur Marathon, upaya lain yang dilakukan adalah dengan melakukan berbagai pelatihan dan pemberdayaan sumber daya manusia di kawasan Borobudur.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan, pihaknya semakin mengintensifkan kegiatan terkait Borobudur Marathon. ”Tidak hanya berhenti sebelum atau pra-event dan hari-H pelaksanaan maraton, tahun ini, kami akan mulai melakukan pasca-event atau agenda setelah event lari, berupa familirizationtrip,” ujarnya, saat ditemui di sela-sela acara peluncuran jersi dan medali Borobudur Marathon di Plataran Heritage di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/10/2019).
Fam trip tersebut diikuti oleh 100 pelari asing pertama yang mendaftar sebagai peserta Borobudur Marathon 2019. Dalam fam trip yang akan diselenggarakan satu hari pada 18 November mendatang, para pelari diajak berkeliling, melakukan aktivitas wisata di kawasan Borobudur, seperti rafting, menonton tarian tradisional, serta berkunjung ke sentra kerajinan gerabah. Dengan ikut fam trip tersebut, para pelari nantinya dapat tinggal lebih lama, menghabiskan banyak waktu dan berbelanja lebih banyak di kawasan Borobudur.
Tahun lalu, Sinung mengatakan, dengan pelaksanan kegiatan hanya pada pra-event dan pada hari-H pelaksanaan Borobudur Marathon saja, perputaran uang selama tiga hari di kawasan Borobudur bisa mencapai Rp 19 miliar.
Dengan adanya penambahan kegiatan setelah acara lari, perputaran uang pun ditargetkan meningkat hingga Rp 21 miliar. Perputaran uang yang dimaksud adalah pendapatan yang diterima para pelaku usaha, mulai dari warung makan, angkringan hingga hotel dan penginapan di kawasan Borobudur.
”Tidak hanya berhenti sebelum atau pra-event dan hari-H pelaksanaan maraton, tahun ini, kami akan mulai melakukan pasca-event atau agenda setelah event lari, berupa familirizationtrip,” ujar Sinung.
Sinung mengatakan, pihaknya pun optimistis peningkatan perputaran uang akan terjadi karena para pelari sudah bersemangat dan beramai-ramai memesan kamar di kawasan Borobudur dan sekitarnya.
”Terhitung sejak pertengahan Agustus lalu, semua kamar di puluhan hotel, homestay, dan penginapan di kawasan Borobudur sudah full booked,” ujarnya.
Karena kawasan Borobudur menjadi ikon wisata di Jawa Tengah, dampak positif dari ajang Borobudur Marathon tersebut diharapkan bisa berdampak pada daerah dan obyek wisata lainnya, seperti Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Wonosobo serta Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar.
Kunjungan para pelari asing dalam ajang Borobudur Marathon berkontribusi menambah jumlah wisatawan asing ke Jawa Tengah. Jika selama dua tahun terakhir berkisar 770.000-780.000 orang per tahun, dengan ajang Borobudur Marathon, jumlahnya diharapkan bisa memenuhi target 1 juta orang.
Pemberdayaan UMKM
Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng Hanawijaya, mengatakan, tahun ini, pihaknya melakukan pemberdayaan melalui pendampingan dan pelatihan 50 UMKM yang bergerak di bidang pengolahan bahan pangan. Pelatihan tersebut melibatkan koki-koki dari sejumlah hotel di Kota dan Kabupaten Magelang.
”Dengan pendampingan ini, kami berupaya UMKM di kawasan Borobudur dapat menghasilkan makanan yang memenuhi standar kesehatan, enak, dan menarik dari segi penyajian ataupun kemasan,” ujarnya.
Pendampingan tersebut mulai dilakukan minggu ini dan berlanjut hingga pertengahan November. Pada hari-H pelaksanaan lari, UMKM tersebut diberi kesempatan untuk berjualan produk makanannnya di sepanjang rute lari dan berdagang dengan melakukann aktivitas nontunai.
”Dengan pendampingan ini, kami berupaya UMKM di kawasan Borobudur dapat menghasilkan makanan yang memenuhi standar kesehatan, enak, dan menarik dari segi penyajian ataupun kemasan,” ujar Hanawijaya
Selain UMKM yang bergerak di bidang bahan pangan, Hanawijaya mengatakan, pihaknya juga membantu memberikan pinjaman kepada warga untuk mengembangkan homestay.
”Selain untuk memperbaiki atau merenovasi homestay yang sudah berdiri, pinjaman tersebut juga bisa dimanfaatkan, diambil oleh mereka yang ingin memperbaiki rumah dan membuka homestay baru,” ujarnya.
Kami berharap area lari bisa diperluas sehingga nantinya jumlah peserta Borobudur Marathon bisa ditingkatkan menjadi 15.000-20.000 orang, ujar Lukminto
Pinjaman tersebut diberikan melalui program kredit usaha rakyat (KUR). Batasan pinjaman mencapai Rp 500 juta per orang, dengan bunga pinjaman sebesar 7 persen per tahun. Saat ini, baru ada delapan orang yang mengajukan pinjaman, dengan total dana pinjaman yang diberikan mencapai Rp 800 juta.
General Manager Event Harian Kompas Lukminto Wibowo mengatakan, tahun ini, Borobudur Marathon akan diikuti oleh 11.500 orang, di mana 10.000 pelari adalah mereka yang mendaftar dengan sistem ballot dan nasabah Bank Jateng, sedangkan 1.500 orang merupakan tamu VIP dan sponsor.
Animo masyarakat menjadi peserta pelari Borobudur Marathon sangat tinggi. Terbukti, dari pendaftaran dibuka dan diseleksi dengan sistem ballot, terdata 17.029 pelari mendaftar. Menyikapi hal tersebut, penyelenggara mengajukan permintaan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk memperluas area lari di kawasan Borobudur.
”Kami berharap area lari bisa diperluas sehingga nantinya jumlah peserta Borobudur Marathon bisa ditingkatkan menjadi 15.000-20.000 orang,” ujarnya.