Rektor Baru Unpad Diminta Konsolidasi Internal Pulihkan Friksi
Rina Indiastuti sebagai rektor Universitas Padjadjaran periode 2019-2024 diminta untuk segera melakukan konsolidasi internal membangun kesolidan guna mencapai target prestasi yang ditetapkan oleh pemerintah,
Oleh
SAMUEL OKTORA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Rina Indiastuti telah dilantik sebagai rektor Universitas Padjadjaran ke-12 periode 2019-2024 di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (7/10/2019). Rektor perempuan pertama Unpad ini diminta untuk segera melakukan konsolidasi internal membangun kesolidan guna mencapai target prestasi yang ditetapkan oleh pemerintah.
Upacara pelantikan dipimpin oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Unpad, Rudiantara, yang juga sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika.
Konsolidasi itu disarankan untuk ditempuh mengingat dinamika adanya friksi pascapenundaan pemilihan rektor selama setahun. “Paling urgen adalah dilakukan konsolidasi internal melihat proses yang mewarnai pemilihan rektor dalam setahun ini." kata Rudi.
Rudi menambahkan, perlu pula dibentuk tim yang kuat berkolaborasi dengan calon rektor lainnya untuk mencapai target yang ditetapkan. "Saya sudah berkomunikasi dengan lima calon rektor yang lain, mereka bersedia programnya yang bagus diadopsi oleh rektor baru, juga bergabung dalam tim. Ini bagus, ciri khas warga Pasundan yang guyub,” kata Rudiantara.
Rina diminta dapat menakhodai Unpad masuk menjadi 500 besar perguruan tinggi dunia. Upaya ini merupakan target pemerintah kepada perguruan tinggi negeri badan hukum (PTNBH).
Lembaga pemeringkatan Quacquarelli Symonds (OS) merilis data pemeringkatan “QS World University Rankings (WUR) 2020”, Unpad meraih peringkat di rentang 751 – 800.
Metodologi penilaian QS WUR 2020 merujuk pada sejumlah indikator, di antaranya academic reputation (40 persen), employer reputation (10 persen), faculty student (20 persen), citations per faculty (20 persen), international faculty (5 persen), dan international students (5 persen).
Di tingkat nasional Indonesia, Unpad berada pada peringkat enam. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil pemeringkatan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang mendudukan Unpad ke dalam Top 10 perguruan tinggi di Indonesia.
Pemilihan rektor Unpad periode 2019-2024 sebelumnya dijadwalkan, tanggal 27 Oktober 2018, dan rektor baru akan dilantik pada bulan April 2019 seiring dengan berakhirnya masa tugas rektor periode 2015-2019, yang dijabat oleh Tri Hanggono Achmad.
Walakin pemilihan saat itu dengan tiga calon, yakni Aldrin Herwany, Atip Latipulhayat, dan Obsatar Sinaga, ditunda. Penundaan terjadi karena terdapat pengaduan dari masyarakat atau pun pemangku kepentingan terhadap rekam jejak calon. Pengaduan masyarakat di antaranya terkait salah satu calon yang diduga melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan mencuatnya isu kesukuan.
Pihak Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi meminta pemilihan ditinjau ulang. Pemilihan rektor kemudian diulang, dari 15 calon diseleksi menjadi 9 orang, hingga mengerucut menjadi 6 orang, yakni Rina Indiastuti, Arief S Kartasasmita, Arry Bainus, Hendarmawan, Keri Lestari, dan Unang Supratman.
Rina dalam sidang pleno terpilih secara aklamasi oleh seluruh anggota WMA menjadi rektor terpilih, Minggu (6/10).
Rina kelahiran Kediri (Jawa Timur) ini merupakan guru besar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad. Rina pernah menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti tahun 2017-2019.
“Secara internal memang harus ada pemulihan supaya guyub di Unpad, supaya bisa menuju peringkat 500 besar perguruan tinggi dunia. Namun rektor tak bisa sendirian, melainkan harus dibantu oleh tim yang kuat, apalagi didukung dengan 2.100 dosen, dan 38.000 mahasiswa, ini bisa menjadi energi yang besar untuk maju, sehingga Unpad memiliki kontribusi bagi bangsa, maupun Jawa Barat,” ujar Rina.
Secara internal memang harus ada pemulihan supaya guyub di Unpad, supaya bisa menuju peringkat 500 besar perguruan tinggi dunia
Target 100 hari
Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga sebagai anggota WMA Unpad mengingatkan agar dalam 100 hari, Rina sudah membentuk Pusat Studi Jawa Barat guna mendukung penyelesaian beragam problematika di provinsi ini dalam lima tahun ke depan.
Salah satu permasalahan itu adalah kesenjangan pembangunan antara wilayah Jabar selatan yang tertinggal dibandingkan dengan wilayah utara.
“Isu Jabar yang lain di antaranya teknologi digital, ketahanan pangan, dan pertanian. Dengan adanya pusat studi ini kerja sama akan lebih terstruktur lewat satu pintu bukan per fakultas. Pemprov juga bisa memberikan dukungan pembiayaan riset,” ujar Kamil.