Belasan Rumah di Pesisir Selatan Hancur Dihatam Abrasi, Warga Mengungsi
Sebanyak 18 rumah rusak dan 1 bangunan badan usaha milik nagari rusak dihantam abrasi di Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dalam sepuluh hari terakhir. Sebanyak 157 orang harus mengungsi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PESISIR SELATAN, KOMPAS -- Sebanyak 18 rumah rusak dan 1 bangunan badan usaha milik nagari rusak dihantam abrasi di Kecamatan Batang Kapas, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dalam sepuluh hari terakhir. Sebanyak 157 warga dari 38 keluarga di dua nagari yakni Nagari IV Koto Hilie dan Nagari Koto Nan Tigo terpaksa mengungsi akibat kejadian ini.
Abrasi di Batang Kapas diduga dipicu oleh gelombang tinggi akibat hembusan angin selatan. Di sekitar pesisir, tidak ada batu pemecah dan penahan ombak. Sementara itu, tanaman penahan abrasi, seperti bakau, juga tidak ada.
Adrimi Nopianti (35), warga terdampak abrasi di Nagari IV Koto Hilie, Selasa (8/10/2019), mengatakan, ombak besar mulai mengikis kawasan pesisir sejak Mei 2019. Namun, sepuluh hari terakhir, abrasi semakin parah dan menyebabkan rumah hancur.
Sepuluh hari terakhir, abrasi semakin parah dan menyebabkan rumah hancur. (Adrimi Nopianti)
"Ombak besar menghantam rumah sekitar pukul 04.00 dan pukul 17.00. Sekarang bagian dapur dan kamar rumah sudah hanyut ke laut. Sebelum mulai abrasi, jarak rumah dari bibir pantai sekitar 50 meter," kata Adrimi.
Akibat kejadian ini, Adrimi bersama suami dan tiga orang anaknya terpaksa mengungsi ke rumah orangtuanya yang masih berada di nagari yang sama. Rumah yang biasa mereka tempati tidak dapat lagi dihuni. Adrimi telah mengevakuasi barang-barang berharga dan bagian-bagian rumah yang masih bagus.
Menurut Adrimi, abrasi kali ini merupakan yang terparah di Nagari IV Koto Hilie. Lima tahun lalu juga sempat terjadi abrasi di kawasan itu, tetapi tidak sampai merusak rumah. Adrimi berharap pemerintah segera merelokasi warga terdampak.
Hal serupa juga dialami Vivi Fronika (28), warga terdampak lainnya. Kondisi rumah yang ditempati Vivi delapan tahun terakhir lebih mengenaskan karena hampir tidak ada bagian rumah yang tersisa. Ia bersama suami dan dua anaknya mengungsi ke rumah mertua di Nagari IV Koto Hilie.
Kami berharap ada bantuan rumah dari pemerintah secepatnya. (Vivi Fronika)
"Kami berharap ada bantuan rumah dari pemerintah secepatnya. Kami tidak lagi punya rumah. Kalau bisa, lokasinya tidak jauh dari sini, tetapi aman. Mata pencarian keluarga kami hanya dari melaut," kata Vivi.
Pantauan Kompas di lokasi, Selasa sore, panjang garis pantai yang terkikis ombak sekitar 300 meter. Rumah yang terdampak ada yang meninggalkan puing-puing, ada pula yang tidak tersisa.
Jalan aspal di pemukiman tertutup oleh pasir. Sebagian pasir yang sampai ke pemukiman dijadikan tanggul penahan ombak oleh warga sekitar. Angin kencang bertiup dan ombak relatif besar menghantam tepian.
Camat Batang Kapas Wendra Rovikto mengatakan, kawasan Nagari IV Koto Hilie merupakan yang terparah mengalami abrasi. Terdapat 16 rumah dan 1 gedung badan usaha milik nagari yang rusak parah akibat abrasi. Sementara itu, di Nagari Koto Nan Tigo, ada 2 rumah warga yang rusak parah.
Menurut Wendra, dari total 157 warga dari 38 keluarga terdampak, 35 warga dari 8 keluarga masih bertahan di tenda darurat dekat Masjid Nurul Bahri, Nagari IV Koto Hilie. Mereka umumnya terpaksa bertahan di tenda pengungsian karena tidak ada punya keluarga terdekat.
"Untuk sementara, pemerintah kabupaten sudah membantu sembako dan perbaikan jalan. Bupati sudah mengusulkan pembangunan batu penahan dan pemecah ombak ke Kementerian PUPR. Saya dan wali nagari juga sedang mencarikan tempat untuk relokasi warga," kata Wendra.
Wendra pun mengimbau warga di sekitar pesisir Batang Kapas untuk tetap waspada karena abrasi masih berlangsung. Warga terdampak diminta tidak lagi menghuni rumah yang rusak akibat abrasi. Di Batang Kapas, terdapat sekitar 1.000 keluarga yang tinggal di kawasan pesisir yang tersebar di 4 nagari.
Wilayah pesisir barat Sumatera Barat termasuk daerah rentan abrasi dalam beberapa tahun terakhir. Selama tahun 2019, sejumlah wilayah kabupaten/kota di Sumbar dilaporkan mengalami abrasi, antara lain Padang, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, dan Kepulauan Mentawai.