Jakarta Atur PKL di Trotoar
Pelebaran trotoar menjadi instrumen untuk membatasi kendaraan pribadi serta berpihak kepada pejalan kaki dan pengguna transportasi massal. Selanjutnya, diperlukan penataan PKL.
Pelebaran trotoar menjadi instrumen untuk membatasi kendaraan pribadi serta berpihak kepada pejalan kaki dan pengguna transportasi massal. Selanjutnya, perlu dilakukan penataan PKL.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menata pedagang kaki lima untuk mendukung keberadaan pejalan kaki. PKL yang berjualan di trotoar tidak boleh menghambat pejalan kaki.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan, keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di trotoar Jakarta masih diperlukan karena memudahkan pejalan kaki untuk memenuhi kebutuhannya di tengah berjalan kaki, salah satunya membeli air minum atau makanan kecil. Penataan PKL harus mendukung keberadaan pejalan kaki, bukan menghambatnya.
”Kami mengusulkan untuk mencoba di car free day. PKL ditempatkan berjauhan satu sama lain. Sehingga nanti pejalan kaki yang mendekati PKL, bukan PKL yang semakin mendekati pejalan kaki,” katanya di Jakarta, Senin (7/10/2019).
Untuk penataan PKL, Dinas Bina Marga DKI berkolaborasi dengan Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI. Menurut rencana, PKL tetap diakomodasi di trotoar, tetapi dengan sejumlah peraturan yang tengah dalam rancangan.
Lapak yang digunakan PKL juga tengah dikaji, akan berupa gerobak, food truck, container box, atau lapak portabel sehingga persoalan limbah juga teratasi. Pemda pun mengkaji penempatan PKL.
Menurut Bambang, pihaknya mendukung pelebaran trotoar oleh Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, konsep yang sebelumnya ia tawarkan adalah membuat Jalan MH Thamrin-Jenderal Sudirman hanya sebagai kawasan pedestrian sehingga kendaraan pribadi tak bisa masuk. Sebab, ruas jalan itu sudah dilengkapi transportasi massal yang memadai, baik bus Transjakarta maupun kereta MRT.
Ia juga menilai, pedestrian di kawasan itu tak membutuhkan penaung karena adanya naungan justru mendorong lebih banyak PKL. Panasnya cuaca Jakarta bisa disiasati dengan jarak halte Transjakarta dan MRT yang berdekatan. Warga juga bisa menggunakan payung sebagai peneduh.
Selain PKL, Bambang menilai, penataan juga perlu dilakukan terhadap ojek-ojek dalam jaringan (daring) yang mangkal di trotoar. ”Perlu ada titik-titik untuk shelter sehingga keberadaan ojek online juga mendukung sistem transportasi sebagai pengantar sampai tujuan akhir yang tak terjangkau kendaraan umum,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho memaparkan, pihaknya akan merevitalisasi trotoar di 31 ruas dalam 2019-2020. Saat ini, fokus revitalisasi dilakukan di lima kawasan, yaitu di Jalan Kemang Raya I, Jalan Satrio di Casablanca, Jalan Cikini Raya, Jalan Salemba dan Kramat Raya, serta Jalan Yos Sudarso di Jakarta Utara.
Percepatan revitalisasi trotoar diprioritaskan pada titik-titik yang terintegrasi dengan transportasi umum massal, yaitu Transjakarta, MRT, dan LRT. Pembangunan ini sudah dikoordinasikan dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta sehingga dirancang untuk konsistensi lajur jalan. ”Lajur jalan akan kami buat konsisten, yang tadinya mungkin jalan lebar akan dipersempit dan trotoarnya dilebarkan,” katanya.
Lajur di Rasuna Said menurut rencana dikurangi dari tiga lajur jalan menjadi dua lajur. Lajur lambat akan digunakan untuk pelebaran trotoar sehingga dari dua lajur cepat dan satu lajur lambat akan dikurangi menjadi dua lajur saja. Begitu pula rencana untuk Jalan MT Haryono dan Gatot Subroto.
Program revitalisasi trotoar melebarkan trotoar Jakarta dari 3-8 meter tergantung posisinya. Trotoar akan terbagi menjadi jalur untuk pejalan kaki, buffer amenities, peneduh, bangku, lampu, dan rambu-rambu.
Kepala Seksi Kelengkapan Prasarana Jalan dan Jaringan Utilitas Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara Libertus Sagala mengatakan, karena perlu diskusi antara pemda dan pemilik gedung, kemajuan revitalisasi trotoar di Jalan Danau Sunter Utara, Jakarta Utara, masih 85 persen. Total jalur pedestrian yang direvitalisasi di kawasan ini sepanjang 2,735 kilometer.
Selain di kawasan Danau Sunter, revitalisasi trotoar di antaranya juga dilakukan di Jalan Plumpang Semper, RE Martadinata, Gunung Sahari, Lodan, Pluit Timur, Pluit Indah, dan Dadap Raya. Total 10 kilometer trotoar yang direvitalisasi di Jakarta Utara.
Trotoar selebar 2,5-3 meter dan dilengkapi ubin pemandu untuk penyandang disabilitas serta bangku taman.
Penataan utilitas
Pelebaran trotoar juga dibarengi penataan utilitas atau kabel udara yang dimasukkan ke bawah trotoar. Langkah ini sudah dilakukan, antara lain, di Cikini Raya kendati menuai keberatan dari Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi. Pemprov DKI meminta perusahaan pemilik kabel untuk menyediakan sendiri boks utilitas guna menempatkan jaringan utilitas mereka.
Libertus mengatakan, saat pemeliharaan dan perbaikan utilitas mendatang, para pemilik kabel internet bisa melakukannya di boks utilitas sehingga tidak membongkar trotoar atau badan jalan.
Namun, belum ada cara selain membongkar trotoar untuk perbaikan utilitas berupa pipa air bersih serta kabel PLN.
Meski demikian, Libertus menjamin, pembongkaran hanya pada satu atau dua titik dengan dimensi yang relatif kecil, yaitu 50 cm x 50 cm, dalam waktu 1-2 hari.
Terkait penataan kawasan Kemang, Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali mengatakan, Kemang akan menjadi destinasi perkotaan yang mengutamakan pejalan kaki. Karena itu, penataan tidak hanya dengan melebarkan trotoar, tetapi juga menanam pepohonan di sekitarnya supaya pejalan kaki ataupun pesepeda merasa nyaman. ”Ada beberapa pohon yang akarnya merusak trotoar dan jalan. (Pohon) Itu akan kami relokasi,” ujarnya.
Camat Mampang Prapatan Nasrudin Abubakar menambahkan, penataan kawasan Kemang juga termasuk penyediaan parkir di badan jalan bagi warga yang bermukim di kawasan ini.
Warga Kemang Timur, Marini (26), berharap saluran drainase dan sungai juga diperhatikan agar di Kemang tidak lagi terjadi banjir. (JOHANES GALUH BIMANTARA/DIAN DEWI PURNAMASARI)