Dalam beberapa pekan terakhir, banyak drama di kalangan investor dan usaha rintisan.
Oleh
Andreas Maryoto
·3 menit baca
Dalam beberapa pekan terakhir, banyak drama di kalangan investor dan usaha rintisan. Salah satu investor WeWork, usaha rintisan persewaan ruang kantor yang batal menawarkan saham perdana, yaitu Softbank, mencoba mengumpulkan kembali dana dari beberapa investor setelah penawaran saham WeWork batal. Drama lain adalah perusahaan modal ventura dari Amerika Serikat masih terus memasuki China kendati Presiden Donald Trump berusaha menekan agar aliran dana tak lagi masuk ke China.
Softbank menjadi investor yang cukup besar di beberapa usaha rintisan dunia. Mereka berhasil meyakinkan rekannya dari Timur Tengah untuk bergabung, antara lain dana kelolaan kekayaan dari Arab Saudi sebesar 45 miliar dollar AS dan 15 miliar dollar AS dari sebuah korporasi Uni Emirat Arab. Jumlah total dana kelolaan di bawah Softbank yang sudah dikucurkan ke berbagai usaha rintisan mencapai 100 miliar dollar AS, termasuk dana milik Softbank sendiri.
Meski sempat didera beberapa masalah terkait dengan pembatalan penawaran saham perdana WeWork, Softbank menginginkan mencari dana kelolaan lagi. Jumlah yang diinginkan juga 100 miliar dollar AS. Belum diketahui rencana investasi bila dana itu didapat.
Drama yang tak kalah heboh adalah komitmen perusahaan ekuitas General Atlantic untuk berinvestasi 35 miliar dollar AS di usaha rintisan China. General Atlantic memasuki beberapa perusahaan teknologi, keuangan, dan kesehatan. Investasi ini mengejutkan, di tengah upaya Amerika Serikat menekan investasi ke China, sedangkan China malah membuka peluang investasi lebih lebar.
Ketertarikan investasi ke China karena banyak paten baru, pasar yang besar, dan akses internet yang menjangkau lebih dari 800 juta orang. Perang dagang antara China dan Amerika Serikat sepertinya tak berpengaruh pada investasi usaha rintisan.
Perkembangan investasi di usaha rintisan yang tak kalah menarik adalah dana dari China yang masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, meningkat tajam sejak awal tahun hingga Juli lalu. Investasi yang masuk mencapai delapan kali lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018. Peluang pengembangan ekonomi digital di kawasan itu menjadi alasan peningkatan investasi. Akses terhadap internet juga kian meningkat dan pada masa depan pasar kawasan itu akan makin membesar.
Sebenarnya, di balik drama investor itu adalah kenyataan bahwa pendanaan usaha rintisan masih memiliki masa depan cerah. Sejumlah CEO yang diwawancarai meyakini prospek bisnis yang dijalankan usaha rintisan yang telah teruji. Kegagalan yang dialami WeWork—karena valuasinya turun dari 47 miliar dollar AS menjadi sekitar 15 miliar dollar AS—tidak membuat Softbank surut. Mereka tetap optimistis mencari dana dan menyalurkan dana ke usaha rintisan. Apalagi, pengembangan teknologi mendatang semakin bervariasi, misalnya, penggunaan kecerdasan buatan akan makin masif.
Pasar yang unik seperti Asia Tenggara yang sempat kurang diminati karena keragaman kondisi pasar, seperti kerumitan geografis, perbedaan ekonomi, perbedaan permintaan, dan karakter kultur yang berbeda, sempat membuat investor menjaga jarak dengan kawasan itu. Akan tetapi, investor kian melihat ekosistem usaha rintisan di kawasan itu mulai terbentuk sehingga memudahkan investor untuk memilih usaha rintisan dan memastikan investasi bisa berjalan.
Dana besar pun mengalir ke kawasan ini. Investor dari Asia pada akhirnya yakin karena ada beberapa kemiripan usaha rintisan yang berkembang di negaranya yang juga tengah berkembang di Asia Tenggara.
Tentu saja, masih bakal muncul drama-drama lainnya yang akan membuat hiruk-pikuk kalangan investor, usaha rintisan, dan pengambil keputusan di birokrasi. Suasana yang sama sudah mulai dirasakan di kalangan usaha rintisan di Indonesia. Kompetisi yang sepertinya tidak sehat antarusaha rintisan di usaha yang sama mulai kentara dan bakal menjadi drama tersendiri.
Kekuatan lobi telah dipahami usaha rintisan agar bisa menjadi pemenang kompetisi. Rebutan pengaruh juga tampak. Tak mengagetkan bila kabar kabur tentang salah satu posisi menteri di Indonesia yang akan diduduki oleh kalangan muda menjadi gosip meriah. Jabatan itu, melalui pengaruhnya, bisa memperkokoh usaha rintisannya. Di masa mendatang, kita akan melihat banyak drama lagi. (ANDREAS MARYOTO)