Saat Publik Amerika Takjub dengan Penampilan Musisi Keroncong
Merayakan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat, Indonesia menggelar pertunjukan keroncong di Washington DC sebagai bagian diplomasi budaya. Publik Amerika pun dibuat takjub dengan alunan keroncong
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia melakukan diplomasi budaya dengan musik keroncong di Washington DC, Amerika Serikat. Selain untuk merayakan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan AS, pertunjukan musik keroncong ini digunakan untuk mempromosikan keanekaragaman budaya Nusantara.
KBRI Washington DC dan Galeri Freer & Sackler di Smithsonian Institution menggelar rangkaian festival Performing Indonesia. Salah satu acara yang digelar adalah kolaborasi musisi keroncong Indonesia dan AS di Washington DC, Minggu (5/10/2019).
“Kolaborasi unik antara maestro keroncong Indonesia dan AS ini adalah contoh baik bagaimana seni dan budaya menjadi salah satu faktor utama dibalik rekatnya hubungan Indonesia dan AS. Tahun ini, hubungan kedua negara memasuki usia 70 tahun,” kata Duta Besar Indonesia untuk AS, Mahendra Siregar, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (08/10/2019).
Pertunjukan keroncong tersebut diisi oleh maestro keroncong Indonesia, Endah Laras dan Danis Sugiyanto. Penampilan mereka diiringi oleh grup Keroncong Rumput asal University of Richmond, Virginia, AS. Keroncong Rumput yang dipimpin oleh dosen etnomusikologi Andy McGraw ini memiliki seluruh personil dari warga negara AS.
Berbagai lagu tradisional Nusantara dipentaskan, antara lain Bengawan Solo, Keroncong Moritsko, Jali-jali, Keroncong Kemayoran, Ayo Ngguyu, Gado-Gado, Yen Ing Tawang Ana Lintang, Walang Kekek, dan Jangkrik Genggong. Lirik lagi terdiri dari Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Namun, para penonton yang kebanyakan adalah diplomat dan pakar seni menikmati penampilan para musisi yang tampil secara interaktif.
“Musik keroncong adalah salah satu simbol paling tepat yang menunjukkan keunikan, keragaman, dan kekayaan budaya Tanah Air. Mungkin butuh lebih dari tiga milenium untuk mempertontonkan kekayaan Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau,” ujar Mahendra.
Kurator Seni Asia Selatan dan Tenggara Galeri Freer & Sackler, Debra Diamond menambahkan, jangkauan musik keroncong telah mencapai dunia internasional. “Kami beruntung dapat menyaksikan langsung penampilan bintang keroncong kawakan Indonesia, seperti Endah Laras dan Danis Sugiyanto, untuk berbagi betapa indahnya musik ini,” tuturnya.
Terpukau
Salah satu penonton, Ari Post mengatakan, baru pertama kali melihat dan mendengar langsung pertunjukan musik keroncong. Ia mengaku terpukau.
“Saya sudah pernah mendengar dan membaca informasi mengenai keroncong. Ternyata alunan musiknya menenangkan, tetapi juga bisa rancak dan dinamis sehingga membuat saya merasa larut dalam musik,” tuturnya.
Endah Laras menuturkan, antusiasme warga AS terlihat ketika menonton pertunjukan tersebut. Hampir seluruh penonton memberikan tepuk tangan panjang sebagai tanda apresiasi pada akhir konser.
“Saya sangat takjub melihat antusiasme atas musik keroncong. Kelompok Keroncong Rumput juga sangat mahir sangat bermain keroncong sampai-sampai saya merasa perlu belajar banyak dari mereka” kata Endah.
Adapun Performing Indonesia adalah program Galeri Freer & Sackler di Smithsonian Institution yang menampilkan seni budaya khas Indonesia. Rangkaian festival ini menampilkan musisi, penari, dan artis Indonesia yang berada di Asia dan AS. Mereka berkolaborasi dengan seniman AS dalam menyebarkan dan melestarikan seni pertunjukan bangsa Indonesia. (*)