Acara From Local Go Global digelar di Sarinah, Thamrin, Jakarta, pada Minggu pertama Oktober 2019. Kegiatan yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan tersebut bertujuan mendorong produk-produk lokal untuk tampil lebih baik dalam mengisi pasar, terutama pasar global.
Tak dipungkiri, belakangan ini upaya meningkatkan ekspor cukup menantang. Perang dagang antara dua raksasa ekonomi, Amerika Serikat dan China, berdampak pada pertumbuhan ekonomi banyak negara.
Ujung-ujungnya, perdagangan global cenderung melambat ketika terjadi kontraksi ekonomi di berbagai negara. Dampak tersebut kian terasa bagi negara-negara eksportir ketika negara mitra dagang mereka mengalami tekanan pertumbuhan ekonomi global. Kondisi yang serba tidak pasti ini masih ditambah kecenderungan beberapa negara menjadi lebih protektif.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, total ekspor Indonesia pada Januari-Agustus 2019 sebesar 110,07 miliar dollar AS atau turun 8,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018, yakni 120,01 miliar dollar AS.
Ekspor ke tiga negara tujuan ekspor terbesar -yaitu China, AS, dan Jepang- yang mencapai 36,02 persen dari total ekspor periode Januari-Agustus 2019 turun dibandingkan dengan tahun lalu.
Adapun ekspor ke China pada Januari-Agustus 2019 sebesar 15,95 miliar dollar AS atau turun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018, yang sebesar 16,61 miliar dollar AS. Ekspor ke AS pada Januari-Agustus 2019 sebesar 11,51 miliar dollar AS atau lebih rendah dibandingkan dengan Januari-Agustus 2018 yang mencapai 11,71 miliar dollar AS.
Penurunan lebih tajam terjadi pada ekspor ke Jepang yang turun dari 11,18 miliar dollar AS pada Januari-Agustus 2018 menjadi 9,09 miliar dollar AS pada Januari-Agustus 2019.
Penurunan juga terjadi pada ekspor ke 10 negara utama lainnya, yakni dari 38,33 miliar dollar AS pada Januari-Agustus 2018 menjadi 35,15 miliar dollar AS pada Januari-Agustus 2019. Sepuluh negara tujuan ekspor utama itu adalah India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Belanda, Jerman, Australia, dan Italia.
Usaha yang biasa-biasa saja akan sulit untuk menggenjot ekspor. Maka, berbagai upaya dilakukan untuk menjaga, bahkan, jika memungkinkan, meningkatkan kinerja ekspor.
Peningkatan daya saing produk di sisi mutu, harga, dan keberlanjutan pasokan tak boleh diabaikan. Salah satu yang disuarakan bagian perdagangan Kadin Indonesia adalah selalu memproduksi barang yang diminta pasar. Memproduksi dan menjual barang yang diminta pasar dinilai lebih mudah ketimbang memproduksi suatu barang, kemudian berharap pasar akan menyukainya.
Memproduksi dan menjual barang yang diminta pasar dinilai lebih mudah ketimbang memproduksi suatu barang, kemudian berharap pasar akan menyukainya.
Maka, wajar jika setiap negara berupaya menjaga pasar domestik, apalagi pada kondisi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian. Di titik ini, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan keunggulan komparatifnya untuk menggarap kebutuhan produk yang diminta pasar global.
Kemampuan memanfaatkan keunggulan komparatif, misalnya dari sisi bahan baku yang melimpah, menjadi modal untuk menghasilkan produk yang berkeunggulan kompetitif. Saatnya mengasah taji untuk berkompetisi. (C Anto Saptowalyono)