Penghargaan Bagi Kemajuan Pengetahuan Alam Semesta
Oleh
Ichwan Susanto
·4 menit baca
STOCKHOLM, SELASA—Penghargaan Nobel bidang Fisika pada 2019 diberikan kepada tiga sosok ilmuwan yang memberi pemahaman baru struktur dan sejarah alam semesta serta pengenalan planet pertama di luar tata surya. Riset dan pemikiran mereka dinilai memiliki kontribusi sangat tinggi bagi kemajuan ilmu pengetahuan terkait evolusi alam semesta dan posisi bumi di dalamnya.
Peraih Nobel bidang Fisika itu adalah James Peebles, Michel Mayor, dan Didier Queloz. Sekretaris Jenderal The Royal Swedish Academy of Science, Goran Hansson, mengumumkannya, Selasa (8/10/2019) di Stockholm, Swedia, yang bisa diakses secara daring di situs resminya www.nobelprize.org. Ketiga peraih Nobel Fisika ini berbagi atas hadiah 9 juta krona Swedia atau sekitar Rp 13 miliar.
James Peebles (84), berasal dari Princeton University Amerika Serikat mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut secara individual. Ia dikenal karena temuan teori kosmologi fisik akan pembentukan alam semesta setelah dentuman besar atau Big Bang.
Michel Mayor (77) dan Didier Queloz (53), dari University of Geneva, Swiss mendapatkan Nobel Fisika karena temuan eksoplanet perdana 24 tahun lalu. Eksoplanet merupakan planet lain di luar tata surya yang dikenal selama ini serta mengorbit pada bintang seperti matahari.
Transformasi kosmologi
Wawasan James Peebles tentang kosmologi fisik memperkaya seluruh bidang penelitian dan meletakkan dasar bagi transformasi kosmologi selama lima puluh tahun terakhir, dari spekulasi atau khayalan menjadi sains. Kerangka teoritisnya, yang dikembangkan sejak pertengahan 1960-an, adalah dasar dari gagasan kontemporer saat ini tentang alam semesta.
Model teori pembentukan alam semesta, Big Bang menggambarkan alam semesta dari saat pertama, hampir 14 miliar tahun yang lalu, ketika itu sangat panas dan padat. Sejak itu, alam semesta telah mengembang, menjadi lebih besar dan lebih dingin.
Hampir 400.000 tahun setelah Big Bang, alam semesta menjadi transparan dan sinar cahaya dapat menempuh perjalanan melalui ruang angkasa. Bahkan sejauh ini radiasi kuno ini masih ada di sekeliling manusia dengan kode di dalamnya dan banyak rahasia alam semesta bersembunyi. Dengan memakai alat dan perhitungan teoritisnya, James Peebles dapat menafsirkan jejak-jejak radiasi ini sejak alam semesta masih bayi dan menemukan proses fisik baru.
Hasilnya, menunjukkan kepada publik sebuah alam semesta yang hanya lima persen isinya diketahui yaitu materi yang membentuk bintang, planet, pohon, dan manusia beserta makhluk hidup. Sisanya 95 persen, adalah materi gelap yang tidak diketahui dan energi gelap. Hal itu menjadi tantangan bagi fisika modern untuk mengungkapnya.
"Energi gelap ini masih misterius. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab," kata James Peebles, dalam telekonferensi seusai dirinya diumumkan sebagai penerima Nobel bidang Fisika 2019.
Energi gelap ini masih misterius. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Sementara Michel Mayor dan Didier Queloz, pada Oktober 1995, untuk pertama kali mengumumkan temuan pertama sebuah planet di luar tata surya. Planet tersebut mengorbit pada bintang serupa matahari di Galaksi Bima Sakti (Milky Way), di mana Bumi menjadi bagian dari galaksi ini.
Planet tersebut ditemukannya di Observatorium Haute-Provence di Perancis bagian Selatan dengan menggunakan instrumen yang dibuat khusus. Mereka melihat Planet 51 Pegasi-B, berbentuk bola gas sebanding dengan Planet Yupiter.
Penemuan ini memulai revolusi dalam astronomi dan kini lebih dari 4.000 eksoplanet telah ditemukan di Bima Sakti. Dunia baru yang aneh masih ditemukan, dengan kekayaan ukuran, bentuk, dan orbit yang beraneka macam.
Temuan ini membuka informasi baru tentang sistem planet dan memaksa para ilmuwan untuk merevisi teori mereka tentang proses fisik di balik asal-usul planet. Dengan sejumlah proyek yang direncanakan untuk mulai mencari eksoplanet, bumi mungkin akhirnya menemukan jawaban untuk pertanyaan abadi terkait kemungkinan kehidupan lain di alam semesta ini.
Pada konferensi pers pengumuman peraih Nobel bidang Fisika 2019, Prof Ulf Danielsson, anggota Komite Nobel Fisika, menggunakan ilustrasi cangkir transparan dengan kopi hitam, menuangkan susu ke dalamnya dan menambahkan sejumput gula untuk menggambarkan karya para pemenang. "Ini adalah energi gelap (kopi), lalu krim dalam jumlah yang cukup, ini adalah materi gelap, dan kemudian hanya sedikit gula. Ini adalah materi biasa. Inilah yang menjadi ilmu pengetahuan selama ribuan tahun," katanya.
Para peraih Nobel bidang Fisika 2019 ini akan bergabung dengan penerima Nobel bidang Kedokteran 2019 yang telah diumumkan Senin kemarin serta peraih Nobel bidang Kimia, Literatur, dan Ilmu Ekonomi, pada seremoni pemberian penghargaan oleh Raja Swedia King Carl XVI Gustaf di Stockholm, 10 Desember, peringatan kematian pendiri hadiah Alfred Nobel pada tahun 1896. Sementara Nobel Perdamaian diberikan di Oslo, Norwegia pada hari yang sama.
Ini adalah Hadiah Nobel Fisika ke-113 yang diberikan sejak 1901, di mana 47 penghargaan telah diberikan kepada peraih individu. Menurut situs Penghargaan Nobel, hingga kini hanya tiga perempuan yang telah dianugerahi penghargaan Nobel bidang Fisika yaitu Marie Curie tahun 1903, Maria Goeppert-Mayer pada tahun 1963 dan Donna Strickland pada tahun 2018. (AP/REUTERS)