Tim nasional Jerman dan Argentina sama-sama sedang membangun skuadnya untuk menjemput masa keemasannya masing-masing. Dua finalis Piala Dunia 2014 itu, akan kembali bertemu dalam laga uji coba di Dortmund.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
DORTMUND, SELASA — Tim nasional sepak bola Jerman dan Argentina pernah berada di puncak dunia, setidaknya hingga 2014. Setengah dekade seusai final Piala Dunia Brasil saat itu, kedua raksasa yang terluka itu kembali dipertemukan dengan semangat membangun ulang kejayaannya seperti masa silam.
Laga uji coba Jerman kontra Argentina di Stadion Signal Iduna Park, Dortmund, Kamis (10/10/2019) pukul 01.45 WIB merupakan pertemuan kedua mereka seusai final Piala Dunia Brasil, 2014. Pada laga puncak itu, Jerman menang 1-0 berkat gol Mario Goetze di babak tambahan waktu dan meraih gelar juara dunia keempatnya sepanjang sejarah.
Seusai laga itu, kedua tim hanya pernah bertemu sekali, yaitu pada September 2014. Pada laga uji coba itu, Argentina menang 4-2 untuk membalas kekalahannya di Brasil. ”La Albiceleste” menyambut era barunya bersama pelatih Gerardo Martino yang menggantikan Alejandro Sabella. Tiada pula Lionel Messi yang tengah fokus memulihkan psikisnya pasca-kekalahan di final tahun itu.
Lima tahun berlalu, kedua raksasa itu menjelma tim yang jauh berbeda dari final di Stadion Maracana, 2014 silam. Mereka tidak lagi dominan di pentas dunia. Di Piala Dunia berikutnya, yaitu Rusia 2018, Jerman pulang dengan membawa aib. Mereka gagal lolos dari fase awal, yaitu penyisihan grup, sebagai juru kunci di Grup F. Adapun Argentina tersingkir pada babak 16 besar oleh Perancis, juara dunia saat itu.
Baik Jerman maupun Argentina sama-sama kesulitan menjalani masa transisi atau peremajaan pemain seusai final di Brasil. Tengok saja posisi mereka di peringkat FIFA saat ini. Kedua tim yang sempat lama menguasai peringkat dua besar tim terbaik sejagat itu kini terlempar dari jajaran elite alias lima besar. Argentina, misalnya, hanya bercokol di peringkat kesepuluh, adapun Jerman ke-16.
Nyaris tiada anggota skuad Jerman maupun Argentina saat ini yang memiliki memori duel di Maracana. Dari total 46 pemain kedua tim saat itu, hanya dua di antaranya yang masih bertahan di skuad saat ini. Keduanya adalah kiper Jerman, Manuel Neuer; dan bek Argentina, Nicolas Otamendi. Di Jerman, pemain senior, seperti Toni Kroos, Jonas Hector, dan Matthias Ginter tidak bisa tampil akibat cedera.
Situasi diperburuk dengan absennya pemain penting lainnya, seperti Leroy Sane, Timo Werner, dan Ilkay Gundogan. Pelatih Jerman Joachim Loew pun mengaku kekurangan opsi untuk menyiapkan timnya pada laga ini. ”Saya menghabiskan waktu dengan telepon, Minggu kemarin. Saya tidak mendapat kabar lain kecuali hal buruk. Tidaklah seperti biasanya, situasi saat ini cukup sulit bagi kami,” tuturnya.
Dalam kondisi sulit itu, Loew lantas memanggil lima darah muda yang belum pernah tampil sebelumnya di timnas Jerman. Mereka, antara lain, adalah striker Luca Waldschmidt, gelandang Nadiem Amiri, dan bek Niklas Stark. ”Saya tidak ingin mengeluh dalam kondisi yang tidak ideal ini. Hikmahnya, itu menjadi kesempatan para pemain muda tampil,” ungkap Loew kemudian.
Laga di Jerman itu menjadi kesempatan para andalan baru tim ”Panser”, salah satunya penyerang sayap Serge Gnabry, untuk unjuk gigi. Penyerang 24 tahun itu tengah tajam, baik di timnas Jerman maupun klubnya, Bayern Muenchen. Pekan lalu, ia mencetak empat gol di laga Liga Champions Eropa kontra Tottenham Hotspur. Total lima gol ia cetak di sembilan laga terakhir bersama Bayern. Jumlah gol yang sama ia sumbangkan di sepuluh laga terakhir bersama Jerman.
Seusai laga uji coba kontra Argentina, Gnabry akan menjadi andalan Loew saat Jerman melawan tuan rumah Estonia pada penyisihan Grup C Piala Eropa 2020, Senin (14/10) pukul 01.45 WIB.
Langkah berani
Di lini belakang, Loew juga melakukan langkah berani dengan memilih Marc-Andre ter Stegen sebagai kiper nomor satu Jerman pada laga kontra Argentina. Padahal, selama ini, posisi kiper andalan selalu diisi Neuer yang juga kapten tim Jerman. Publik Jerman memang tengah dilanda perdebatan hangat mengenai siapa yang lebih pantas menjadi kiper nomor satu di tim itu.
”Neuer adalah kiper kelas dunia dan tidak perlu dipertanyakan. Namun, Ter Stegen juga kiper menakjubkan, sama bagusnya (dengan Neuer). Stegen butuh waktu bermain untuk menambah pengalamannya. Namun, Neuer tetap nomor satu,” tutur Christian Ziege, mantan pemain timnas Jerman.
Keberanian besar juga ditunjukkan Lionel Scaloni, pelatih baru Argentina. Scaloni nekat tidak memanggil sejumlah senior yang kembali garang seperti Gonzalo Higuain, Angel Di Maria, dan Sergio Aguero. Padahal, mereka butuh pemain berpengalaman menyusul bakal absennya kapten mereka, Lionel Messi, yang diskors hingga 3 November mendatang akibat komentar pedasnya di Copa America Brasil 2019.
Scaloni memilih memaksimalkan para talenta muda yang tengah naik daun seperti striker Lautaro Martinez. Striker 22 tahun itu tengah berapi-api. Ia selalu mencetak gol di dua laga terakhirnya bersama Inter Milan, yaitu kontra Barcelona dan Juventus. Saat terakhir kali tampil membela Albiceleste, ia bahkan mengemas tiga gol saat timnya melumat Meksiko 4-0 pada laga uji coba September lalu.
”Jalan para pemain muda ini tidaklah akan mudah. Mereka harus menanggung beban yang pernah kami pikul. Mereka harus melanjutkan apa yang telah dimulai yaitu memberikan segala yang dimiliki (seperti di Copa America 2019). Cepat atau lambat, keberuntungan akan menjadi milik kami,” ujar Di Maria, pemain senior Argentina. (AFP/Reuters)