Washington memasukkan 28 usaha rintisan dari China dalam daftar hitam dengan tuduhan mereka terlibat dalam dugaan pelanggaran HAM atas warga etnis Uighur, Kazakh, dan kelompok-kelompok minoritas Muslim lainnya di China.
Oleh
·3 menit baca
Amerika Serikat memasukkan 28 usaha rintisan China di daftar hitam Washington. Lanjutan negosiasi dagang dengan China dipertaruhkan.
BEIJING, SELASA — Washington memasukkan 28 usaha rintisan dari China dalam daftar hitam dengan tuduhan mereka terlibat dalam dugaan pelanggaran hak asasi manusia atas warga etnis Uighur, Kazakh, dan kelompok-kelompok minoritas Muslim lainnya di China. Beijing tidak terima atas langkah itu dan menilai Washington melakukan klaim tanpa dasar.
Langkah AS tersebut diambil hanya beberapa hari menjelang negosiasi dagang level pejabat tinggi antara AS dan China. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, Senin (7/10/2019) waktu AS, mengumumkan langkah untuk melarang entitas-entitas bisnis China itu. Dikatakan bahwa Washington tidak dapat dan tidak akan menoleransi penindasan brutal terhadap etnis minoritas di China.
Beijing menyatakan ketidakpuasan atas langkah AS tersebut dan menentang dengan tegas penetapan daftar hitam oleh Washington tersebut. Beijing berkeras mempertahankan kebijakan terkait kelompok-kelompok minoritas warganya sebagai urusan dalam negeri.
”Tidak ada yang disebut ’masalah hak asasi manusia’, seperti yang diklaim AS,” kata Geng Shuang, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Selasa (8/10/2019), di Beijing. ”Tuduhan ini tak lebih hanya alasan AS untuk dengan sengaja mencampuri urusan dalam negeri China.”
Sebagian usaha rintisan dan perusahaan yang dimasukkan dalam daftar hitam oleh Washington itu mengembangkan pengenalan wajah dan teknologi kecerdasan buatan (AI). Mereka dituduh terlibat praktik dugaan pelanggar HAM melalui beberapa tindakan terkait detensi massal dan pengintaian dengan teknologi tinggi.
Dengan penetapan daftar hitam tersebut, sejumlah vendor dilarang menjual teknologi AS kepada perusahaan-perusahaan dan usaha-usaha rintisan dari China tanpa izin Pemerintah AS. Larangan itu sebelumnya telah diberlakukan pada perusahaan telekomunikasi terkemuka China, Huawei Technologies Co Ltd, dengan dalih demi keamanan nasional.
Penyedia teknologi AI
Di antara perusahaan China yang masuk daftar hitam terbaru AS, yaitu Hikvision dan Dahua. Keduanya merupakan perusahaan global penyedia teknologi video pengawasan.
Perusahaan-perusahaan AI terkemuka, Sense Time, Megvii, dan iFlytek, juga masuk daftar hitam. Sense Time dan Megvii dikenal dengan teknologi penglihatan komputer yang mendukung produk untuk pengenalan wajah, sedangkan iFlytek dikenal lewat layanan pengenalan suara dan terjemahannya.
Megvii mengatakan, tak ada alasan apa pun bagi Pemerintah AS memasukkan perusahaan itu ke dalam daftar hitam. Megvii menegaskan, mereka tak menerima pendapatan dari proyek di Xinjiang dalam enam bulan hingga 30 Juni. ”Kami percaya dimasukkannya kami dalam daftar itu mencerminkan kesalahpahaman atas perusahaan kami,” demikian pernyataan Megvii.
Hal senada diungkapkan manajemen Hikvision. Hikvision mengatakan, mereka menghormati HAM dan menentang keputusan administrasi Trump.
Langkah terbaru Washington itu mewarnai dinamika perang dagang AS-China yang terus memanas. AS menyatakan, lanjutan negosiasi dagang AS-China akan digelar pada Kamis pekan ini di AS.
Kementerian Perdagangan China mengatakan, Wakil PM Liu He akan pergi ke Washington memimpin delegasinya yang mencakup menteri perdagangan China, gubernur bank sentral, serta regulator bidang industri, teknologi, dan pertanian. (AP/AFP/BEN)