Asian Games Jadi Bahan Pembelajaran Menuju Olimpiade 2032
Dari hasil survei Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Federasi Olahraga Internasional, 97 persen responden akan merekomendasikan dan mendukung Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga internasional.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 dapat menjadi bahan evaluasi untuk persiapan Olimpiade 2032. Indonesia yang akan mengajukan diri sebagai tuan rumah dalam ajang olahraga terakbar di dunia tersebut masih memiliki tugas berat, khususnya dalam pembenahan sistem pembinaan atlet usia dini.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, penyelenggaraan Asian Games 2018 sangat sukses meskipun persiapannya hanya dua tahun.
”Kita mendapatkan banyak apresiasi setelah menyelenggarakan Asian Games 2018. Masyarakat dunia pun semakin mengenal Indonesia,” kata Bambang dalam seminar bertajuk ”Refleksi Satu Tahun Pasca-Asian Games 2018 dan Rencana Peningkatan Prestasi Olahraga Indonesia” di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Asian Games juga membuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia semakin kuat. Semua yang terlibat berpikir bagaimana caranya Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah dan negara peserta kegiatan empat tahunan ini.
Dari hasil survei Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Federasi Olahraga Internasional, 84 persen responden menyatakan Asian Games mengubah pandangan orang tentang Indonesia secara positif. Sebanyak 97 persen akan merekomendasikan dan mendukung Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan kompetisi olahraga internasional.
Menurut Bambang, keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games 2018 dapat jadi pijakan untuk menjadi tuan rumah pada ajang olahraga internasional lainnya yang tingkatnya lebih tinggi.
Berkaca pada Asian Games pula, penyelenggaraan kegiatan olahraga internasional berdampak besar pada peningkatan prestasi olahraga dan pembangunan. Di Asian Games 2018, misalnya, Indonesia mampu meraih 98 medali yang merupakan rekor terbaik Indonesia dari sebelumnya 51 medali pada Asian Games 1962.
Sejumlah infrastruktur seperti fasilitas olahraga juga dibangun sehingga dapat digunakan untuk pengembangan atlet.
Selain aspek olahraga, Asian Games berdampak positif pada kegiatan ekonomi seperti peningkatan pendapatan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pembangunan fasilitas layanan publik seperti moda transportasi.
Meskipun prestasi olahraga Indonesia mengalami peningkatan di Asian Games, masih perlu perbaikan khususnya dalam pembinaan atlet usia dini dan olahraga yang dipertandingkan pada Olimpiade.
Dari 31 medali emas pada Asian Games 2018, hanya 12 medali yang diperoleh dari cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Olimpiade Tokyo 2020. Selama mengikuti Olimpiade, Indonesia hanya meraih medali pada tiga cabang olahraga, yakni bulu tangkis, panahan, dan angkat besi.
Perbaikan sistem
Menurut Bambang, dengan sistem dan organisasi olahraga yang ada saat ini, prestasi Indonesia di Olimpiade tidak akan berkembang. Rendahnya prestasi Indonesia di Olimpiade disebabkan minimnya kompetisi dalam negeri, belum ada lokasi pemusatan latihan atlet nasional yang permanen, serta belum sinergi antara pembinaan olahraga dan pendidikan.
Alhasil, sumber atlet pelapis terbatas dan pembinaan atlet usia muda tidak berjalan. Karena itu, perlu ada strategi baru agar prestasi olahraga Indonesia meningkat terutama di Olimpiade.
Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) Erick Thohir mengatakan, keberhasilan penyelenggaraan Asian Games dapat menjadi motivasi untuk menyongsong Olimpiade. ”Kita sudah siap untuk mengajukan tawaran menjadi tuan rumah Olimpiade 2032,” kata Erick.
Sebelum mengajukan tawaran, ia ingin segala permasalahan olahraga dan aspek lain seperti lingkungan di Indonesia diperbaiki. Persiapan harus dimulai sejak sekarang sehingga perencanaannya lebih matang. Ia menyoroti lambatnya dana yang turun pada Asian Games 2018. Selain itu, persoalan dalam Undang-Undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU SKN).
Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Yayuk Basuki mengatakan, sejak masuk menjadi anggota DPR pada 2014, ia ingin ada perbaikan UU SKN.
Menurut Yayuk, permasalahan utama dalam olahraga di Indonesia ialah pada kelembagaan. Hal tersebut terlihat dari adanya tumpang tindih kebijakan, kurangnya koordinasi antarlembaga, dan buruknya pengawasan.
Selain itu, penghargaan untuk atlet juga masih kurang sehingga mereka lebih tertarik mengikuti perlombaan yang memberikan uang lebih banyak. Mereka tidak akan mengambil risiko karena pemerintah tidak memberikan asuransi ketika cedera.
Pengamat olahraga Fritz E Simandjuntak menambahkan, Indonesia harus memiliki program jangka panjang agar siap saat menjadi tuan rumah ajang internasional bergengsi seperti Olimpiade. Olahraga harus menjadi budaya bangsa sehingga pola pembinaan dapat dilakukan secara menyeluruh sejak dini di tingkat sekolah.
Ia berharap, Indonesia memiliki atlet pelapis pada 2024. Kompetisi selain olahraga populer seperti bulu tangkis, basket, dan sepak bola juga harus diadakan secara rutin serta berorientasi pada bisnis.