Kasus Penyerangan Wiranto, Mabes Polri: Tidak Ada Kecolongan
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, satuan pengamanan sudah melekat pada Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto saat penyerangan Wiranto terjadi.
Oleh
INSAN ALFAJRI dan KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo menyatakan, standar keamanan untuk Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019), sudah memadai. Sementara itu, Ketua Majelis Permusyawarakatan Rakyat Bambang Soesatyo meminta masyarakat tidak terprovokasi atas kejadian penyerangan terhadap Wiranto.
Wiranto diserang di Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) siang. Kedatangan Wiranto itu merupakan bagian dari kunjungan kerja ke sejumlah wilayah di Banten hari ini.
Saat itu, kata Dedi, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersalaman dengan Wiranto. Lalu, dua pelaku penyerangan mendekat dan salah seorang di antaranya menusuk Wiranto. Bagian perut Wiranto terluka oleh senjata tajam.
Kepala Kepolisian Sektor Menes Komisaris Dariyanto yang mencegah penyerangan itu turut terluka di bagian punggung.
Menurut dia, polisi pengawal Wiranto tidak kecolongan. ”Tidak ada istilah kecolongan,” katanya.
Satuan pengamanan dan pengawal sudah melekat pada Wiranto. Di sisi lain, interaksi antara pejabat publik dan masyarakat merupakan hal yang biasa. Bentuk interaksi ini antara lain bersalaman dan saling sapa.
Dua pelaku diamankan itu, yakni FA (perempuan) dan SA alias Abu Rara (laki-laki). Menurut Dedi, terduga pelaku terpapar paham radikal Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Ini merupakan keterangan sementara yang didapat personel Polri Pandeglang dan Detasemen Khusus 88 Antiteror setelah menginterogasi pelaku.
”Yang terpapar paham radikal NIIS memang menyerang pejabat publik, juga kepolisian karena dianggap thoghut,” katanya.
Jangan terprovokasi
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengecam keras penyerangan terhadap Wiranto.
”Kecaman ini bukan karena penusukan ditujukan kepada Pak Wiranto yang kebetulan seorang pejabat publik. Tindakan membahayakan nyawa orang lain, apalagi hal tersebut tidak bisa dibenarkan sesuai aturan hukum dan nilai-nilai Pancasila. Kejadian ini sekaligus menjadi early warning bagi kepolisian yang bertanggung jawab dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat,” tutur Bambang di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (10/10/19).
Pria yang akrab disapa Bamsoet itu berharap masyarakat tidak terprovokasi kejadian tersebut. Dia pun percaya kepolisian bisa segera mengungkap dan menangkap pelaku penyerangan tersebut.
Walaupun kejadian tersebut berdekatan dengan waktu pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2019-2024, tak perlu didramatisir secara berlebihan.
”Walaupun kejadian tersebut berdekatan dengan waktu pelantikan Presiden-Wakil Presiden 2019-2024, tak perlu didramatisir secara berlebihan. Kepolisian harus segera mengusut tuntas motif pelaku agar di masyarakat tidak berkembang berbagai teori konspirasi yang kadangkala justru menimbulkan berbagai prasangka, kekhawatiran dan ketakutan,” paparnya.
Sekalipun ada kejadian penyerangan terhadap pejabat negara, Bamsoet meminta masyarakat, pelaku usaha, ataupun investor tidak khawatir. Kondisi Indonesia masih aman, damai, dan terkendali.
”Selain ada Polri, kita juga punya TNI yang selalu siap sedia menjaga kedamaian Indonesia. Sinergi Polri dan TNI yang sudah berjalan dengan baik harus terus ditingkatkan. Masyarakat juga tetap waspada terhadap berbagai upaya yang berusaha memecahbelah NKRI,” tuturnya.