Perempuan Iran Dapat Menonton Sepak Bola di Stadion
Akhirnya perempuan Iran bisa menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung di stadion meski dengan jumlah tiket yang dibatasi. Mereka membawa masalah ini ke media sosial agar mendapatkan jatah tiket lebih banyak.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
TEHERAN, KAMIS — Untuk pertama kali sejak Revolusi Iran pada 1979, perempuan Iran dapat menonton semua pertandingan sepak bola tanpa rasa takut. Keputusan ini merupakan buntut dari kematian perempuan suporter, Sahar Khodayari, yang membakar diri setelah tertangkap menonton sepak bola di stadion dengan menyamar sebagai pria.
Pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Iran dan Kamboja di Stadion Azadi, Teheran, Iran, Kamis (10/10/2019) pukul 20.30 WIB, akan menjadi saksi sejarah kesetaraan jender tersebut. Perempuan penonton mendapatkan jatah tiket sebanyak 3.500 di stadion berkapasitas 100.000 orang.
Kepala Pendidikan dan Tanggung Jawab Sosial FIFA Joyce Cook memastikan, kebijakan ini tidak hanya untuk satu pertandingan saja, tetapi juga untuk pertandingan lainnya. ”Kami benar-benar fokus untuk memastikan bahwa perempuan dapat menghadiri pertandingan pada 10 Oktober dan pertandingan lokal,” kata Cook kepada BBC Sport.
Ia menegaskan, FIFA memiliki prinsip bahwa semua orang berhak menonton pertandingan sepak bola. FIFA menyadari bahwa keputusan mengizinkan perempuan Iran masuk ke stadion memiliki risiko yang besar. Hal tersebut terlihat dari beberapa orang radikal dan konservatif yang berdemonstrasi di Teheran pada awal pekan lalu untuk memprotes keputusan tersebut.
Iran melarang perempuan penonton masuk ke stadion sejak 40 tahun yang lalu dengan alasan mereka harus dilindungi dari atmosfer maskulin dan melihat pria yang tidak berpakaian secara tertutup. Larangan ini tidak tertulis di dalam undang-undang atau peraturan, tetapi telah diterapkan secara ketat.
Beberapa kali perempuan Iran nekat melanggar aturan tersebut dengan datang ke stadion walaupun harus rela dipenjara. Pada Piala Dunia 2018 pun beberapa perempuan Iran rela datang ke Rusia agar bisa menonton sepak bola di stadion karena dilarang di negaranya.
Salah satu perempuan jurnalis sepak bola Iran, Raha Pourbakhsh, mengungkapkan rasa bahagianya karena dapat meliput langsung ke stadion. ”Saya masih tidak percaya ini akan terjadi karena sebelumnya hanya bisa menonton di televisi setelah bertahun-tahun bekerja di bidang ini. Sekarang saya dapat mengalami semuanya secara langsung,” kata Pourbakhsh.
Pembatasan tiket
Akan tetapi, Pourbakhsh masih kecewa karena ada batasan jumlah tiket untuk perempuan sehingga banyak yang tidak mendapatkan tiket. Para perempuan Iran pun membawa persoalan pembatasan tiket ini ke media sosial agar dapat memperoleh jatah tiket lebih banyak. Mereka didukung oleh Amnesty International yang mengecam pembatasan jumlah tiket tersebut.
Ketika tiket untuk perempuan penonton sudah habis terjual, sejauh ini tiket pria masih tersisa banyak. Dari 70.000 tiket yang disediakan untuk pria, hanya 2.500 tiket elektronik yang terjual.
Meskipun diizinkan masuk, perempuan yang hadir ke stadion akan dipisahkan dari pria dan diawasi oleh 150 perempuan polisi. Kebijakan ini pun menuai protes dari beberapa orang yang ingin aturan ini dihapuskan.
”Saya ingin ada kebebasan bagi perempuan, seperti pada pria, dan bahkan duduk berdampingan tanpa batasan, seperti di negara lain,” kata seorang perempuan bernama Hasti.
Usaha perempuan Iran memperoleh haknya bukanlah perkara mudah dan harus ada sebuah tragedi yang merenggut nyawa salah satu suporter klub lokal Esteghlal FC, Sahar Khodayari. Perempuan yang dijuluki ”Gadis Biru” karena warna klub yang ia dukung tersebut meninggal bulan lalu setelah membakar diri di luar pengadilan.
Desakan penggemar
Ia takut dipenjara karena mencoba untuk melihat pertandingan di stadion. Sahar dilaporkan pada tahun lalu ketika memasuki stadion dengan berpakaian seperti seorang laki-laki.
Kematian Sahar pun memicu kemarahan dan banyak yang menyerukan agar Iran dilarang menggelar pertandingan sepak bola. Alhasil, bulan lalu, FIFA meminta Iran agar mengizinkan perempuan untuk menghadiri pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022.
Akan tetapi, Pemerintah Iran membantah bahwa keputusannya untuk mengizinkan perempuan memasuki stadion karena tekanan asing. ”Kehadiran perempuan di stadion adalah karena tuntutan sosial internal dan dukungan pemerintah terhadap tuntutan itu,” tulis juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, di akun media sosialnya. (AFP/REUTERS)