Pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, SA (51), diketahui terpapar paham radikal. Dia memamerkan paham itu kepada teman-teman dekatnya di Medan, Sumatera Utara.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, SA (51), diketahui terpapar paham radikal sejak lama. Dia pernah memamerkan paham itu kepada teman-teman dekatnya di Medan, Sumatera Utara.
Alex (39), warga Tanjung Mulia Hilir, Medan Deli, mengatakan, SA terakhir tinggal di kampungnya di Jalan Alfaka VI, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, sekitar tahun 2016. Di sana, SA tinggal bersama istri ketiganya.
Alex mengatakan, SA lahir dan besar di Medan. Ia pernah membuka usaha rental Playstation, usaha isi ulang air minum, sopir angkutan kota, dan membuka bengkel sepeda motor.
”SA dan istri ketiganya tinggal di rumahnya di Alfaka VI selama dua bulan. Setelah itu, SA bersama istri ketiganya pergi dan tidak pernah memberi kabar lagi. Rumahnya pun sudah dirobohkan setelah terkena pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai,” kata Alex.
Alex menduga, SA terpapar paham radikal. SA beberapa kali menunjukkan video militan Daulah Islamiyah kepada Alex. Selain itu, di rumahnya juga ada bendera ISIS. Bahkan, sejak tahun 2010-an, ia melarang dua anaknya sekolah. SA juga tak mau mengikuti pemilu, membenci pejabat negara dan polisi, serta menyebut anti-Pancasila.
Di rumahnya ada bendera ISIS. SA juga tak ikut pemilu, membenci pejabat negara dan polisi, serta menyebut anti-Pancasila.
Menurut Alex, dia sangat tidak setuju dengan paham radikal yang dianut SA. ”Namun, saya tidak mau berdebat karena pahamnya sangat keras,” katanya.
Setelah penangkapan SA di Pandegelang, Banten, sejumlah aparat kepolisian mendatangi Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Mereka memintai keterangan dari kakak ipar SA dan para teman dekatnya.
Kepala Lingkungan V Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Rizaldi mengatakan, aparat kepolisian datang sejak sekitar pukul 14.00 untuk mencari rumah SA. ”Petugas kepolisian memintai keterangan dari kakak ipar dan tetangga yang mengenal SA,” kata Rizaldi.
Rizaldi mengatakan tidak menyangka SA terpapar paham radikal. ”Kami tidak menyangka dia tega melakukan penusukan,” ujarnya. Rizaldi mengatakan, sejumlah aparat kepolisian memintai keterangan dari kakak ipar SA. Selain itu, ada beberapa tetangganya yang diperiksa polisi.