Sebagian warga di bantaran sungai berharap program normalisasi sungai berlanjut. Program ini diyakini membuat banjir tidak lagi singgah ke rumah mereka.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM/AGUIDO ADRI
·3 menit baca
Sebagian warga di bantaran sungai berharap program normalisasi sungai berlanjut. Program ini diyakini membuat banjir tidak lagi singgah ke rumah mereka.
JAKARTA, KOMPAS — Sofian (50), warga RT 011 RW 005 Kebon Pala, Jakarta Timur, mengatakan, Sungai Ciliwung meluap Rabu (9/10/2019) pagi dan merendam rumahnya hingga ketinggian lebih 1 meter.
”Warga lain sudah berkemas menyelamatkan barang ke lantai dua,” kata petugas satuan pengamanan di salah satu kantor pajak di Jakarta Timur itu.
Tak lama, air surut. Setelah itu, warga dibantu petugas PPSU Kelurahan Kampung Melayu membersihkan tumpukan sampah dan lumpur. Di Kebon Pala, luapan Ciliwung utamanya melanda RW 004, 005, 007, dan 008.
”Ini banjirnya masih biasa, belum parah. Tahun kemarin lebih parah, sampai empat meter. Sudah mengungsi ke lantai atas, masih juga kena airnya,” lanjut Sofian.
Warga lainnya, Holil (54), harus merelakan sejumlah barangnya hanyut disapu derasnya Sungai Ciliwung. Hal ini karena rumahnya persis di samping bantaran Ciliwung. ”Saya berharap, Kali Ciliwung yang menghadap Kampung Melayu juga di turap seperti di Kampung Duri, Jakarta Selatan,” kata pria yang sudah tinggal di lokasi ini selama 32 tahun.
Sofian melanjutkan, daerah bantaran Sungai Ciliwung di sekitar Kebon Pala kian padat. Akibatnya, permukiman warga menyentuh bibir sungai.
”Sebelumnya, masih ada jarak kosong sekitar 20 meter antara rumah dari bibir sungai. Warga mulai berdatangan dan membuat rumah di atas kali-kali kecil hingga ke bibir pantai. Ada wacana rumah ini akan digusur agar normalisasi bisa dilanjutkan,” lanjut pria yang lahir di Kampung Melayu ini.
”Kalau saya rela direlokasi demi normalisasi Sungai Ciliwung. Letih juga setiap banjir harus seperti ini. Kasihan anak-anak,” ujar Sofian.
Normalisasi jadi andalan
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, antisipasi banjir secara garis besar masih akan mengandalkan proyek normalisasi sungai dan waduk di Jakarta. Jumat lalu, ia menjanjikan normalisasi beberapa waduk selesai pada November.
Juaini menambahkan, semua sungai dan waduk di bawah tanggung jawab Dinas Sumber Daya Air DKI sudah dikeruk, kendati di beberapa bagian masih dalam proses.
”Pengerukan sudah kami lakukan sejak Juli di waduk, sungai, dan saluran mikro. Sekitar 8.000 petugas siap turun jika diperlukan,” katanya.
Hujan pada Selasa malam diantisipasi dengan mengoperasikan mesin pompa air di setiap sungai. ”Memang curah hujan Selasa semalam tidak ada yang bisa memprediksi. Beberapa wilayah yang saya amati, seperti di Kelurahan Rawajati dan Pancoran di Jakarta Selatan; serta Bidaracina dan Jatinegara, Jakarta Timur, sempat tergenang beberapa jam dan kami berusaha menarik genangan dengan mesin pompa,” katanya.
Sebanyak 300 pompa siap beroperasi di musim hujan.
Saat ini, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, terdapat sekitar 30 lokasi yang rawan genangan di Jakarta. Lokasi ini terdiri dari bantaran sungai serta lokasi-lokasi yang terdampak proyek pembangunan infrastruktur.
Adapun cuaca ekstrem di Jakarta berpotensi terjadi hingga Jumat (11/10). Kepala Subbidang Prediksi Cuaca BMKG Muhammad Fadli mengatakan, cuaca ekstrem di antaranya hujan lebat berdurasi singkat sehingga genangan perlu diwaspadai pada daerah yang rawan, termasuk juga angin kencang.
Bergantung anggaran
Juaini mengatakan, proyek normalisasi sungai ditargetkan tetap berjalan tahun 2020. Pelaksanaannya amat bergantung pada anggaran yang sedang dalam pembahasan.
Tahun depan, menurut rencana, 118 bidang lahan dibebaskan dalam proyek normalisasi Ciliwung, yaitu dari Kelurahan Tanjung Barat hingga Pejaten Timur, sepanjang lebih kurang 1,5 kilometer.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Bambang Hidayah mengatakan, normalisasi Sungai Ciliwung tidak dapat dilaksanakan pada musim kemarau ini karena pihaknya masih menunggu pembebasan lahan yang dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. ”Kami akan mengajukan (anggaran) normalisasi (ke pemerintah pusat) kalau lahannya sudah dibebaskan.”
Lahan yang sudah dibebaskan Pemprov DKI baru 271 bidang atau hanya cukup untuk menormalisasi Sungai Ciliwung sepanjang 2 km. Secara keseluruhan, panjang Sungai Ciliwung yang perlu dinormalisasi 19,9 km.