Distribusi BBM ke wilayah terdepan, tertinggal, dan terluar meningkat tajam. Rata-rata distribusinya naik 696 persen menjadi 9.976 kiloliter untuk premium dan 570 persen menjadi 4.037 kiloliter untuk solar pada 2019.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
LEMBATA, KOMPAS — Pemerintah berencana melanjutkan program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga hingga 2024. Pada 2019, pemerintah telah menyelesaikan realisasi program BBM Satu Harga di 170 titik penyalur BBM lebih cepat dari target yang ditentukan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan 13 titik penyalur BBM Satu Harga di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kompak 56.862.03, Omesuri, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (11/10/2019).
Turut hadir dalam acara itu Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero) Mas’ud Khamid, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa, Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak, dan Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur.
”Sebanyak 13 SPBU terakhir selesai dibangun pada 2019 sehingga total 170 titik penyalur BBM Satu Harga telah dibangun selama 2017-2019. Saya sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo agar program ini dilanjutkan sebanyak 500 SPBU mulai tahun depan hingga 2024,” kata Jonan.
Menurut Jonan, SPBU BBM Satu Harga di masa mendatang juga dapat berkembang menjadi SPBU komersial. Tidak hanya menjual BBM bersubsidi, SPBU BBM Satu Harga juga menjual BBM jenis lainnya, seperti pertalite dan dexlite.
Selama ini masyarakat di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) sulit menjangkau BBM seharga standar nasional, yakni Rp 6.450 untuk premium dan Rp 5.150 untuk solar. Program BBM Satu Harga bertujuan untuk mengatasi kesenjangan itu agar energi yang berkeadilan terwujud secara merata.
Fanshurullah menambahkan, Pertamina dan PT AKR Corporindo Tbk bertanggung jawab membangun 170 SPBU tersebut. SPBU itu tersebar di seluruh Indonesia, yaitu di Sumatera (31 SPBU), Jawa (3 SPBU), Kalimantan (42 SPBU), Bali (2 SPBU), Nusa Tenggara (25 SPBU), Sulawesi (17 SPBU), dan Maluku-Papua (50 SPBU).
Jauhnya jarak dan beratnya medan membuat kesenjangan harga BBM di wilayah 3T bisa sangat ekstrem. Di wilayah timur Indonesia, harga BBM bisa Rp 100.000 per liter.
Jauhnya jarak dan beratnya medan membuat kesenjangan harga BBM di wilayah 3T bisa sangat ekstrem. Di wilayah timur Indonesia, harga BBM bisa Rp 100.000 per liter.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, dalam tiga tahun terakhir, Pertamina telah berkontribusi dengan membangun 161 SPBU BBM Satu Harga dari target 160 SPBU. Dari jumlah itu, Pertamina membangun 75 SPBU BBM Satu Harga di wilayah Indonesia timur.
Pertamina membangun 25 SPBU di Nusa Tenggara, 17 SPBU di Maluku, dan 33 SPBU di Papua. SPBU yang terbaru, antara lain, berlokasi di Omesuri, Nubatukan, Wolowaru, Ruteng, dan Kodi Utara di NTT, serta Morotai bagian selatan di Maluku Utara.
”Kehadiran SPBU penyalur ini dapat semakin meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di wilayah 3T. Harga BBM yang terjangkau menurunkan harga barang dan biaya transportasi,” tutur Fajriyah.
Eliaser menyampaikan, Lembata menerima jatah BBM 15.108 ton per tahun, sedangkan kebutuhannya 30.875 ton per tahun. Keberadaan SPBU yang baru dapat mendorong wilayah yang sedang berkembang seperti Kabupaten Lembata.
”Kuota BBM perlu ditingkatkan karena Lembata memiliki tiga sektor strategis untuk mendorong perekonomian, yakni pertanian, perikanan, dan pariwisata. Ketiga sektor ini semuanya berhubungan dengan sektor energi, yakni BBM,” tutur Eliaser.
Beragam moda
Fajriyah melanjutkan, penyaluran BBM untuk SPBU BBM Satu Harga dilakukan dengan beragam moda transportasi di darat, laut, dan udara. ”Untuk wilayah yang sulit dijangkau, Pertamina menyiapkan pesawat khusus pengangkut BBM jenis ATR dengan kapasitas 4.000 liter,” tuturnya.
Menurut dia, distribusi BBM ke wilayah 3T meningkat tajam. Rata-rata besaran distribusi naik 696 persen menjadi 9.976 kiloliter untuk premium dan 570 persen menjadi 4.037 kiloliter untuk solar pada 2019.
Distribusi BBM ke wilayah 3T meningkat tajam. Rata-rata besaran distribusi naik 696 persen menjadi 9.976 kiloliter untuk premium dan 570 persen menjadi 4.037 kiloliter untuk solar pada 2019.
Jonan menambahkan, Pertamina perlu menambah jumlah kendaraan darat dan laut yang digunakan untuk menambah lalu lintas penyaluran BBM agar pasokan terus tersedia bagi masyarakat.
”Kendaraan untuk distribusi BBM sebaiknya jangan satu unit saja, tetapi dua atau tiga unit sebagai cadangan,” ucapnya.