Pelaku Penyerangan Wiranto Ajak Orangtuanya Ikut Aliran yang Sama
Salah satu pelaku penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Fitria Diana (20), menunjukkan perubahan penampilan yang cukup drastis sejak tiga bulan lalu.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Salah satu pelaku penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Fitria Diana (20), menunjukkan perubahan penampilan yang cukup drastis sejak tiga bulan lalu. Fitria yang sebelumnya tidak bercadar tiba-tiba bercadar. Fitria juga memaksa kedua orangtuanya untuk berpenampilan tertutup dan menjadi pengikut dari aliran agama yang Fitria ikuti.
Para tetangga dan kerabat mengaku terkejut dengan perubahan penampilan Fitria saat terakhir kali Fitria pulang ke Desa Sitanggal, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tiga bulan lalu. Fitria tiba-tiba bercadar dan lebih banyak menghindari komunikasi dengan tetangganya.
Salah satu tetangga Fitria, Kumayah (34), pertama kali melihat perubahan penampilan Fitria beberapa hari menjelang Lebaran Idul Fitri 2019. Sosok Fitria yang dinilai periang dan ramah tiba-tiba berubah menjadi tertutup dan cenderung menghindari komunikasi dengan orang lain.
”Biasanya Fitria itu menyapa saya, terkadang main ke rumah saya. Lebaran Idul Fitri lalu, Fitria tidak main ke rumah saya sama sekali. Saat saya mencoba menyapa, dia diam saja dan cenderung menghindar,” kata Kumayah, Jumat (11/10/2019), di Brebes.
Biasanya Fitria itu menyapa saya, terkadang main ke rumah saya. Lebaran Idul Fitri lalu, Fitria tidak main ke rumah saya sama sekali. Saat saya mencoba menyapa, dia diam saja dan cenderung menghindar.
Kumayah menambahkan, ibu Fitria juga mengeluh kepadanya terkait perubahan yang terjadi pada Fitria. Fitria yang awalnya penurut dan patuh terhadap orangtua tiba-tiba berubah menjadi kasar dan sering marah-marah. Fitria juga memaksa orangtuanya menjadi pengikut aliran agama yang ia ikuti.
”Ibunya Fitria cerita ke saya bahwa Fitria memaksa orangtuanya ikut aliran-aliran begitu. Fitria juga meminta orangtuanya menggunakan pakaian yang serba tertutup. Namun, orangtuanya menolak permintaan Fitria,” ucap Kumayah.
Salah satu bibi Fitria, Rustini (48), mengatakan, keluarga terkejut dengan peristiwa yang menimpa Fitria. Mereka tidak menyangka Fitria bisa tergabung dalam kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi pada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Sebab, selama di Brebes, Fitria tidak pernah bergabung dengan organisasi apa pun.
”Anaknya itu tidak macam-macam, Islam-nya juga Islam Nahdlatul Ulama (NU). Soalnya di Brebes, kan, memang mayoritas NU,” kata Rustini.
Rustini menambahkan, pertengahan Juni 2019, perilaku mencurigakan ditunjukkan oleh kemenakannya itu. Fitria yang pada awalnya mengatakan belum ingin menikah tiba-tiba meminta izin menikah. Fitria meminta izin menikah melalui sambungan telepon kepada orangtuanya.
Menurut Rustini, kepada orangtuanya, Fitria memperkenalkan calon suaminya bernama Syahril Alamsyah alias Abu Rara (51) dari Medan, Sumatera Utara. Namun, orangtua Fitria langsung menolak dan berkata tidak setuju.
”Orang tua Fitria langsung menolak karena karena mereka belum pernah bertemu dan berkenalan dengan calon suami Fitria. Dalam budaya Brebes itu, kalau mau menikah, ada unggah-ungguh. Pihak lelaki harus datang ke rumah orangtua perempuan untuk nembung, tidak main langsung saja seperti itu,” ucap Rustini.
Setelah tahu bahwa hubungannya tidak direstui, Fitria kemudian langsung memblokir nomor polsel seluruh keluarganya. Fitria yang tadinya sering menelpon keluarga menjadi tidak bisa dihubungi sama sekali.
Dikabarkan bahwa Fitria dan Abu Rara adalah pasangan suami istri. Namun, pihak keluarga mengaku, status pernikahan Fitria adalah belum menikah. Berdasarkan catatan Kantor Urusan Agama Kecamatan Larangan juga tidak ditemukan adanya pengajuan pernikahan atas nama Fitria.
Sehari setelah peristiwa penusukan, suasana di sekitar rumah Fitria sepi. Garis polisi yang dipasang pada Kamis (10/10/2019) sudah tidak ada lagi pada Jumat. Pintu dan beberapa jendela di rumah Fitria tertutup rapat. Meski begitu, terdengar ada aktivitas di dalam rumah tersebut.
Sebagian kerabat Fitria yang tinggal di sekitar rumah Fitria juga ikut-ikutan menutup rapat pintu dan jendela rumah mereka. Padahal, Kamis petang-malam, kerabat-kerabat Fitria tersebut cukup terbuka dan mau diwawancara.
Beberapa tetangga melihat, ayah dan ibu Fitria sudah kembali dari Polres Brebes pada Kamis sekitar pukul 23.45. Salah satu bibi Fitria yang kemarin juga ikut dipanggil polisi, Rahyu (32), juga dikatakan warga sudah kembali ke rumah.
”Orangtua Fitria semalam pulang dari Polres Brebes sekitar pukul 23.45. Sementara Rahayu pulang sekitar pukul 23.00,” ucap salah satu tetangga Fitria, Dewi (25).
Kepala Desa Sitanggal Untung Adi Purwanti menuturkan, dalam penggeledahan dan pemeriksaan di rumah Fitria, polisi menyita beberapa buku bernuansa keagamaan serta busur dan anak panahnya.