Seorang bocah usia 6 tahun di Manado, Sulawesi Utara, telah hilang selama tujuh hari secara misterius. Kepolisian belum dapat memastikan adanya indikasi penculikan ataupun perdagangan anak.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Seorang bocah usia 6 tahun di Manado, Sulawesi Utara, telah hilang selama tujuh hari secara misterius. Kepolisian belum dapat memastikan adanya indikasi penculikan ataupun perdagangan anak. Dugaan sementara, bocah tersebut tersesat di area perkebunan kota.
Hingga Jumat (11/10/2019), keberadaan Putri Lumentut (6) belum diketahui. Ia terakhir terlihat pada Sabtu (5/10) siang sekitar pukul 13.00 Wita ketika bermain dengan teman-teman sebayanya di sekitar rumah, yaitu di Lingkungan III Kelurahan Singkil II, Kecamatan Singkil, Manado.
Dihubungi dari Manado, Jumat siang, Kepala Lingkungan III yang juga bibi Putri, Selvie Manalip, tengah mencari keponakannya itu di Desa Suwaan dan Desa Kolongan, Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara. Selvie berharap bisa menemukan Putri di rumah salah satu dari beberapa saudaranya yang tinggal di kedua desa itu. Selama ini, Putri tinggal serumah dengannya.
“Sampai sekarang kami masih mencari, belum ada titik terang. Sudah lapor ke polisi dari Selasa kemarin. Tapi, sekarang sudah hari ketujuh dan belum ada kabar lagi,” kata Selvie.
Saat Putri hilang pada Sabtu sore pekan lalu, Selvie sedang tidak berada di rumah. Saat pulang, ia mendapati mertuanya, Neti Lumentut (83), kebingungan mencari Putri. Ia pun segera meminta suaminya serta beberapa kerabat lain untuk mencari keponakannya.
Singkil II adalah wilayah rural yang terletak di area perbukitan. Rumah-rumah bersebelahan langsung dengan wilayah yang ditumbuhi tanaman lebat tanpa pemilik yang jelas. Selvie mengira, Putri hilang dan tersesat di dalam area perkebunan tersebut. Namun, pencarian hingga Minggu (6/10) pukul 03.00 Wita tidak membuahkan hasil.
Selvie juga tidak ingat baju apa yang digunakan. “Ada yang bilang pakai baju warna kuning, tetapi tetangga juga ada yang bilang pakai baju biru. Masih sangat simpang siur,” katanya.
Angel (16), sepupu Putri, juga tidak melihat Putri di hari ia hilang. Ia hanya mengatakan, Putri tidak pernah main di tempat yang terlalu jauh dari rumah. “Paling cuma main dengan teman-temannya di ujung gang,” kata Putri.
Ia menambahkan, tinggi tubuh Putri sekitar 110 sentimeter. Kulitnya sawo matang, sementara rambutnya sedikit ikal dan berponi.
Ani (35), seorang tetangga, mengatakan, Putri bermain dengan anaknya, Afifah (4), sebelum ia hilang di dekat rumahnya. Namun, ia tidak melihat jika ada orang yang menculik Putri.
Saat ini, foto Putri dipasang di papan pengumuman kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Rural Singkil. Kapolsek Singkil Inspektur Satu (Iptu) Parlindungan Aritonang mengatakan, pihaknya menyebar foto dan informasi tentang Putri Lumentut lewat akun Facebook kepolisian serta grup aplikasi obrolan WhatsApp kepolisian.
Di samping itu, kepolisian bekerja sama dengan Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk mencari Putri di area perkebunan sekitar rumahnya. “Belum ada tanda-tanda penculikan anak. Kasus anak hilang seperti ini baru sekali terjadi di Singkil dalam setahun terakhir. Selama itu, kami juga tidak pernah mendapati kasus penculikan anak,” kata Parlindungan.
Belum ada tanda-tanda penculikan anak. Kasus anak hilang seperti ini baru sekali terjadi di Singkil dalam setahun terakhir. Selama itu, kami juga tidak pernah mendapati kasus penculikan anak
Sementara itu, Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Manado Ajun Komisari Marmi Asih menolak memberikan keterangan tentang penyelidikan di tingkat kepolisian kota. Ia juga menolak memberikan data tentang kasus anak hilang, penculikan anak, maupun perdagangan manusia.
“Silakan bilang pada Humas, nanti saya akan bantu kalau saya bisa bantu,” kata Asih dengan tegas ketika dihubungi. Saat dimintai keterangan lebih lanjut, Asih memutus sambungan telepon secara sepihak.
Takut
Bibi Putri, Selvie Manalip, mengatakan, orang tua Putri telah bercerai. Sang ibu (ipar Selvie) bekerja di Surabaya, Jawa Timur, sebagai pembantu rumah tangga, sementara ayahnya telah pindah ke Papua dan telah berkeluarga lagi.
“Anak ini pernah dititipkan pada seorang pendeta waktu masih usia 2 atau 3 tahun. Tapi, hanya dua bulan saja, omanya (Neti) minta dia dikembalikan. Makanya sekarang kami tinggal bersama,” kata Selvie.
Ani, seorang tetangga, mengaku tak begitu mengenal Neti. Ia hanya mengetahui Putri sangat suka bermain di luar rumah seharian bersama Afifah, anaknya. Namun, saat Ani ingin sekadar memberi makan atau memandikan Putri di rumahnya, sang nenek bisa marah.
“Kalau sudah sore, biasanya Oma Neti akan mencari Putri. Tapi, Putri biasanya malah kabur, sembunyi. Sepertinya takut dengan omanya. Saya sendiri tidak tahu, apakah dia sering dimarahi Oma Neti di rumah,” kata Ani.
Kepala Polsek Singkil Iptu Parlindungan mengatakan, pihaknya masih memeriksa Neti. Pernyataannya sering berubah-ubah lantaran usia yang sudah tua. Namun, Parlindungan tidak menemukan adanya indikasi kekerasan terhadap Putri.