Tetangga SA di Medan Dipastikan Tidak Terpapar Paham Radikal
Kepolisian Daerah Sumatera Utara telah meminta keterangan dari keluarga, teman, dan tetangga pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kepolisian Daerah Sumatera Utara telah meminta keterangan dari keluarga, teman, dan tetangga pelaku penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto. Polisi tidak menemukan tanda-tanda adanya orang lain yang terpapar paham radikal di lingkungan tersebut.
”Kami telah memeriksa orang-orang di sekitar kampung terduga teroris SA (51). Kami tidak menemukan ada orang lain yang terpapar paham radikal di lingkungan itu,” kata Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Agus Andrianto di Medan, Jumat (11/10/2019).
Alex (39), tetangga sekaligus teman dekat korban, mengatakan, tidak banyak yang mengetahui SA terpapar paham radikal. SA sangat tertutup terkait pahamnya tersebut dan hanya memberi tahu beberapa teman dekatnya. ”SA hanya memberitahukan pahamnya kepada saya dan seorang kerabatnya yang kini bekerja di Batam,” kata Alex.
Alex mengatakan telah berteman lama dengan SA karena sama-sama tinggal di Jalan Alfaka VI, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Menurut Alex, SA tamat dari SMP Negeri 9 Medan, SMA Negeri 3 Medan, dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. ”Saya pernah melihat foto wisudanya tahun 1995,” kata Alex.
Setamat kuliah, kata Alex, SA pernah membuka usaha isi ulang air minum, usaha rental Playstation, menjadi sopir angkot, dan membuka bengkel. Namun, rumah SA di Jalan Alfaka VI telah dirobohkan tahun lalu untuk pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai. SA pun pindah dari kampung itu pada 2016 sebelum rumah itu dirobohkan.
”SA sempat pindah ke kawasan Martubung dan berjualan di sana. Namun, tidak lama kemudian, SA pamit ke saya menyatakan akan merantau ke Jawa,” kata Alex.
Paham radikal
Menurut Alex, SA terpapar paham radikal sekitar tahun 2010-an. Waktu itu, SA meminta dua anaknya berhenti bersekolah. Ia juga tidak mau mengikuti pemilu dan menyatakan anti-Pancasila. Kepada Alex, SA juga menunjukkan beberapa video aksi militan Daulah Islamiyah. Di kamarnya juga ada bendera ISIS.
”SA juga sangat senang ketika melihat ada polisi yang meninggal karena serangan teroris,” katanya.
Menurut Alex, SA terpapar paham radikal melalui media sosial. SA beberapa kali memperlihatkan komunikasinya dalam bahasa Inggris bersama orang-orang di Irak dan Suriah. Sepengetahuan Alex, SA juga pernah pergi ke Malaysia sekitar tahun 2000-an.
SA beberapa kali memperlihatkan komunikasinya dalam bahasa Inggris bersama orang-orang di Irak dan Suriah.
Alex menyadari SA mencoba memengaruhinya. Namun, Alex tidak mau berdebat karena pikiran SA sangat keras. Terakhir bertemu, SA memperkenalkan istrinya kepada Alex sekitar tahun 2016.
Akan tetapi, Alex tidak mengenali wajahnya karena memakai cadar. SA pun pamit berangkat ke Jawa membawa istrinya. ”Dua anak SA dari istri sebelumnya juga kemungkinan dibawa ke Jawa,” kata Alex.
Meskipun telah terpapar paham radikal cukup lama, sebagian besar warga di lingkungannya tidak mengetahui hal tersebut. Dian Susanto (48), tetangga SA, terkejut mendengar berita SA menusuk menteri. Eli (55), tetangga lain, mengatakan, SA merupakan orang yang pintar dan menguasai beberapa bahasa asing.
Kepala Lingkungan V Kelurahan Tanjung Mulia Hilir Rizaldi mengatakan, masyarakat di lingkungan mereka sebenarnya sangat berbaur satu dengan yang lainnya. Tidak ada keluarga yang tertutup karena sebagian besar dari mereka sudah turun-temurun tinggal di sana, bukan pendatang.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun belakangan, SA tampak menutup diri terhadap orang lain. Menurut Rizaldi, SA kemungkinan besar terpapar paham radikal melalui komunikasi intensif di media sosial. Rizaldi tidak pernah melihat ada orang lain yang bertemu SA di rumahnya.