Tim nasional Italia mengusung tema renaisans saat menjamu Yunani pada kualifikasi Piala Eropa 2020 di Roma, Minggu dini hari WIB. Semangat itu diwakili oleh kostum hijau mereka yang langka digunakan.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
ROMA, JUMAT – Pemandangan janggal akan terlihat di kubu tim nasional sepak bola Italia saat menjamu Yunani di Stadion Olimpico, Roma, Minggu (13/10/2019) Pukul 01.45 WIB. Alih-alih mengenakan kostum khasnya yang berwarna biru atau putih, “Gli Azzurri” bakal memilih kostum hijau yang terakhir kali digunakan 1954 silam.
“Akan kita lihat nanti penampakannya (kostum hijau Italia) di lapangan nanti. Bagi saya, itu memang sedikit janggal. Biasanya, kami tampil dengan warna biru yang khas,” ujar Pelatih Italia Roberto Mancini mengenai kostum baru Italia itu seperti dikutip dari ESPN.
Kostum hijau itu diberi nama “renaisans” oleh aparel produsennya, Puma. Terakhir kali Azzurri alias “Si Biru” mengenakan kostum hijau itu adalah pada 1954 silam, yaitu saat menjamu raksasa dunia, Argentina, di Olimpico. Ketika itu, Italia tengah berupaya bangkit dari keterpurukannya menyusul tragedi kecelakaan pesawat Superga.
Tragedi mengenaskan itu merenggut 18 pemain juara Liga Italia, Torino, sekaligus andalan Gli Azzurri di akhir 1950-an. Italia pun sempat gagal lolos dari putaran pertama Piala Dunia 1950 di Brasil akibat melemahnya skuad mereka. Kostum hijau, yang pertama kalinya digunakan pada 1954, dimaknai sebagai “kelahiran kembali” Gli Azzurri. Azzurri menang 2-0 di laga yang disaksikan 80.000 pononton itu.
Ia mengembalikan kepercayaan diri para pemain
Semangat itulah yang ingin dihidupkan kembali saat ini. “Itu (kostum hijau) adalah bentuk harapan akan masa depan cerah Azzurri. Hijau adalah simbol dari harapan, mengingat Italia sempat tidak lolos ke (babak utama) Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah (pada 2018 silam),” ujar Trancredi Palmeri, mantan jurnalis LaGazetta Dello Sport di Italia, lewat akun Twitter-nya.
Seperti dikatakan Palmeri, kostum hijau itu seolah ingin menandakan proses kelahiran kembali Azzurri bersama pelatihnya, Roberto Mancini. Berbeda dengan era-era lalu, terutama saat gagal melaju ke Piala Dunia Rusia, Azzurri kini jauh lebih muda dan berani untuk tampil menyerang. Barisan pemain muda seperti Federico Chiesa, Stefano Sensi, Lorenzo Pellegrini, dan Gianluigi Donnarumma kini menjadi tulang punggung mereka.
Mereka meninggalkan taktik defensif dan pragmatis 5-3-2 ala pelatih lamanya, Gian Piero Ventura, dan beralih ke paham yang lebih ofensif, yaitu 4-3-3. Tranformasi itu berbuah hal positif. Azzurri selalu memenangi tujuh laga terakhirnya di berbagai kompetisi dan uji coba. Mereka pun bercokol di puncak grup J kualifikasi Piala Eropa 2020 dengan koleksi 18 poin dari enam laga.
“Saya suka dengan pendekatan Mancini. Ia menginginkan kami untuk menyerang tim lawan sekuat mungkin dan menguasai bola. Ia mengembalikan kepercayaan diri para pemain. Kami bisa menikmati kembali bermain sepak bola, yaitu menyerang dan menekan tinggi,” ujar Francesco Acerbi, bek Italia, dikutip Football-Italia.
Jika menang atas Yunani dini hari nanti, Italia dipastikan akan menggenggam tiket ke babak utama Piala Eropa 2020 menyusul Belgia, tim pertama yang lolos ke turnamen empat tahunan itu. Menariknya pula, seperti anak-anak muda yang dinamis, Italia terus berevolusi dan enggan stagnan. Mancini akan menjadikan duel ini sebagai uji coba pola 4-2-3-1 sebagai variasi dari sistem ofensif 4-3-3.
Laga penebusan
Menyusul absennya Sensi akibat cedera, Marco Verratti dan Jorginho, akan bertindak sebagai gelandang pivot “kembar” yang bertugas melapis pertahanan sekaligus mengatur pola serangan. Adapun lini depan akan diisi sekaligus empat pemain ofensif dan energik, yaitu Chiesa, Lorenzo Insigne, Federico Bernardeschi, dan Ciro Immobile.
Bagi Immobile, striker Italia, laga itu bakal menjadi penebusan baginya menyusul kegagalan tampil di Piala Dunia Rusia. “Saya berhutang ke Italia. Kami gagal lolos ke Piala Dunia (Rusia) meskipun saat itu saya mencetak 41 gol di level klub (bersama Lazio). Saya ingin melunasinya di laga malam ini dan di atas segalanya, di babak utama Piala Eropa 2020 mendatang,” tutur striker 29 tahun itu.
Selain Italia, Spanyol juga memiliki kans untuk mengamankan tiket ke babak utama turnamen itu. Seperti halnya Italia, mereka juga tampil sempurna di babak kualifikasi sejauh ini. Jika mampu menang atas Norwegia pada laga di Oslo, dini hari nanti, tim berjuluk “La Furia Roja” itu otomatis akan meraih tiket tersebut. Pelatih Spanyol Roberto Moreno juga fokus membangun masa depan timnya.
Ia memanggil sejumlah muka baru alias belum pernah membela Spanyol sebelumnya seperti Sergio Reguilon, Pau Tores, dan Gerard Moreno. “Ada satu pemain (muda) lainnya yang ingin saya panggil, yaitu Ansu Fati (pemain Barcelona). Segala hal yang ia lakukan luar biasa sejauh ini. Saya ingin membantunya menjadi pemain hebat. Sayang, dia cedera,” tutur Moreno kepada Marca.