Cirebon Masih Menjadi Tempat Persembunyian Terduga Teroris
Wilayah Cirebon di Jawa Barat dan sekitarnya masih menjadi tempat persembunyian terduga teroris. Dalam sehari, dua terduga teroris ditangkap di Cirebon dan seorang lagi di Kabupaten Indramayu
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS - Wilayah Cirebon di Jawa Barat dan sekitarnya masih menjadi tempat persembunyian terduga teroris. Dalam sehari, dua terduga teroris ditangkap di Cirebon dan seorang lagi di Kabupaten Indramayu.
Hingga Senin (14/10/2019) malam, tim Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri masih menggeledah tempat tinggal YF di Desa Bojong Lor, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Penggeledahan dilakukan dengan pengawalan ketat jajaran Polres Cirebon yang bersenjata lengkap. Garis polisi juga dipasang di sekitar rumah YF agar warga tidak mendekat.
Penggeledahan dilakukan untuk menindaklanjuti penangkapan YF pada Minggu (13/10/2019) petang di wilayah Panguragan. Sebelumnya, Detasemen Khusus 88 Antiteror juga menyita sejumlah barang bukti, seperti sejumlah botol dan jeriken berisi cairan kimia.
Kepala Kepolisian Resor Cirebon Ajun Komisaris Besar Suhermanto mengatakan, cairan tersebut diduga menjadi bahan merakit bom. Namun, pihaknya masih menunggu hasil pengecekan Puslabfor Polri.
"YF merupakan pimpinan baru JAD (Jamaah Ansharut Daulah) di Kabupaten dan Kota Cirebon. Dia masih satu jaringan dengan terduga teroris yang ditangkap di Kota Cirebon dan Indramayu," ujarnya.
Suhermanto mengatakan, belum mengetahui apakah yang bersangkutan punya keterkaitan dengan penusukan Wiranto (Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan) atau kegiatan dalam waktu dekat ini, seperti pelantikan presiden dan wakil presiden. "Penyidikan dilakukan oleh Densus 88," ungkapnya.
Suhermanto mengatakan, Cirebon menjadi tempat persinggahan para terduga teroris. "Namun, ini bukan berarti Cirebon sebagai zona merah terorisme. Masyarakat Cirebon terbuka kepada siapa saja, termasuk pendatang," ungkapnya.
Bukan berarti Cirebon sebagai zona merah terorisme. Masyarakat Cirebon terbuka kepada siapa saja, termasuk pendatang
Sekretaris Desa Bojong Lor Tanto Sutanto mengatakan, YF merupakan warga asli Orimalang, desa tetangga. YF sudah sekitar 10 tahun tinggal di rumah istrinya di Bojong Lor. Sehari-hari, bapak dari tiga anak ini membuka layanan servis alat-alat elektronik di rumah istrinya yang menjadi ibu rumah tangga.
"Tidak ada aktivitas lain di rumah yang beraangkutan. Saya hanya bertegur sapa kalau bertemu," ucap Tanto, yang mengaku kaget YF ditangkap Densus 88.
Sebelumnya, pada Minggu malam, Densus 88 juga meringkus BA di rumah keluarganya di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Jaraknya hanya sekitar 900 meter dari markas Polres Cirebon Kota.
Dari BA, Densus 88 menyita antara lain sangkur dan buku-buku terkait jihad. Syarief Rachman, Ketua RW 003 Pagongan Timur Kelurahan Panjunan, mengatakan, BA baru setahun terakhir menetap di Panjunan, rumah keluarga istrinya.
"BA aslinya orang Sumatera Barat. Setelah menikah, dia dan istrinya pindah-pindah kota. Di sini, dia jualan es," kata Syarief.
Menurut dia, komunikasi dengan BA hanya sebatas tegur sapa. BA juga tidak memiliki kegiatan khusus di rumahnya. "Selama ini, tidak ada berita negatif tentang yang bersangkutan," ucapnya.
Densus 88 juga menangkap RF di Indramayu, Minggu malam. Dari penggeledahan, polisi menyita antara lain sejumlah sangkur dan jaket yang berlambang Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Wakil Kepala Polres Indramayu Komisaris Fajar Widyadharma mengatakan, RF masih satu grup Whatsapp dengan terduga teroris yang ditangkap di Bekasi. "Ini berkaitan dengan peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto beberapa waktu lalu," ucapnya.
Penangkapan terduga teroris sudah beberapa kali terjadi di Cirebon dan sekitarnya, seperti Indramayu dan Majalengka. Marzuki Wahid dalam bukunya "Menggagas Fiqh Ikhtilaf Potret dan Prakarsa Cirebon" (2017) mencatat, sebanyak 28 warga Cirebon dan sekitarnya menjadi terduga teroris sejak 2011 hingga 2018. Kondisi itu, menurut dia, menunjukkan Cirebon termasuk daerah darurat radikalisme.