Kebijakan Meliburkan Sekolah di Palembang Bisa Diperpanjang
Kabut asap yang kembali pekat membuat pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, meliburkan lebih dari 500 sekolah mulai tingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama.
Oleh
Rhama Purna Jati
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Kabut asap yang kembali pekat membuat pemerintah Kota Palembang, Sumatera Selatan, meliburkan lebih dari 500 sekolah mulai tingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama. Kebijakan ini diberlakukan mulai Senin (14/10/2019) sampai Rabu (16/10). Namun, kebijakan itu bisa diperpanjang jika kondisi udara tak membaik.
Kepala Bidang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dinas Pendidikan Kota Palembang Herman Wijaya, Senin, mengatakan, kondisi asap yang kian pekat dan kualitas udara yang memburuk membuat Pemerintah Kota Palembang memutuskan meliburkan kegiatan belajar-mengajar. Kebakaran lahan di Sumsel terus merebak sampai di pinggiran Kota Palembang membuat kualitas udara ibu kota Sumsel itu terus memburuk.
Libur sekolah ini diterapkan bagi siswa dan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) negeri maupun swasta. Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Wali Kota Palembang No 45/SE/Disdik/2019.
Herman menerangkan, keputusan ini untuk melindungi anak-anak dari bahaya paparan asap. Keputusan ini juga mengacu pada Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari dinas Lingkungan Hidup yang menyatakan kualitas udara Palembang pada level tidak sehat dengan nilai 192. Selain itu, konsentrasi partikulat (PM 10) pada Senin pukul 07.00 WIB-09.00 WIB mencapai 576,13-834,05 mikrogram/meter kubik atau masuk dalam kategori berbahaya.
Herman mengatakan, diliburkannya sekolah dari tingkat PAUD sampai SMP mengingat kondisi murid yang sangat rentan terkena penyakit jika terpapar asap. Jika hingga pada hari terakhir libur atau Rabu (16/10) kondisi udara tak kunjung membaik, dia mengatakan libur bisa saja diperpanjang. Ini merupakan kali kedua Pemkot Palembang meliburkan siswa akibat kabut asap. Sebelumnya, kebijakan itu juga diambil pada 23 September lalu.
Ampera "hilang"
Senin (14/10) pagi, kabut asap kembali menyelimuti Kota Palembang. Jarak pandang bahkan sempat kurang dari 50 meter. Akibatnya, Jembatan Ampera pun sempat "hilang" dari pandangan karena tertutup asap. Kondisi ini terjadi karena adanya kebakaran di sejumlah wilayah di Palembang dan Ogan Komering Ilir. Sampai saat ini, kebakaran di Sumsel sudah menghanguskan lahan seluas 144.291 hektar.
Masrul (42), pengemudi kapal cepat di Sungai Musi, mengatakan, jarak padang di sungai yang membelah Palembang itu sempat kurang dari 10 meter. “Untuk melihat kapal saya yang sandar saja sulit, apalagi untuk berlayar,” kata Masrul.
Dia pun baru bisa berlayar pada pukul 09.00 WIB saat jarak pandang sudah lebih baik. “Saya baru berani berlayar ketika jarak pandang lebih dari 200 meter,” katanya. Beberapa kali kecelakaan di sungai terjadi karena kurangnya jarak pandang.
Pantauan Kompas, kabut asap tebal terjadi pada pukul 06.00 WIB-07.30 WIB. Pengendara pun harus menyalakan lampu kendaraan untuk menghindari kecelakaan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, kabut asap pekat yang terjadi di Palembang disebabkan adanya kebakaran di wilayah Jakabaring dan Kertapati, Palembang. “Belum lagi masih ada kebakaran di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang asapnya juga mengarah ke Palembang,” katanya.
Sampai saat ini, lima helikopter water bombing dikerahkan untuk memadamkan api di Ogan Komering Ilir. Dua pesawat juga dikerahkan untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). “Beberapa kali upaya TMC dilakukan, tetapi hasilnya tidak optimal karena tidak adanya awan hujan,” kata Ansori.
Dari 144.291 hektar lahan yang terbakar di Sumsel, kebakaran terluas ada di Ogan Komering Ilir (61.652 hektar), Musi Banyuasin (32.824 hektar), dan Banyuasin (24.845 hektar).
Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), pada Senin, menyalurkan bantuan dari pembaca Harian Kompas kepada warga di Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang. Supriana, warga Gandus, mengatakan, asap pada Senin pagi memang sangat pekat. “Bahkan, jalan sudah tidak terlihat lagi,” katanya.
Akibat asap, mata terasa sangat perih, dada juga sangat sesak. “Mungkin tadi pagi merupakan asap yang paling pekat tahun ini,” kata Supriana. Asap tidak hanya terasa di jalan, tetapi sudah menyeruak hingga ke dalam rumah. “Kami hanya bisa pasrah dan berharap agar asap segera mereda,” katanya.
DKK memberikan 320 kotak masker dan 150 tabung oksigen kepada warga di Kelurahan Gandus. Camat Gandus Ricky Fernandi mengungkapkan, Gandus merupakan daerah yang rawan terbakar karena masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan.
Sebenarnya, pemerintah juga telah melakukan sosialisasi kepada warga untuk tidak membakar lahan. Pelayanan kesehatan juga diberikan di setiap puskesmas selama 24 jam setiap hari. Dirinya pun berharap bantuan dapat diberikan kepada warga lain yang membutuhkan di Kecamatan gandus.