Paus Fransiskus mengumumkan seorang santo dan empat santa (orang suci) baru pada hari Minggu (13/10/2019). Foto raksasa para santo dan santa baru tersebut digantung di Basilika Santo Petrus selama upacara kanonisasi.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
VATIKAN, MINGGU — Paus Fransiskus mengumumkan seorang santo dan empat santa (orang suci) baru pada hari Minggu (13/10/2019). Santo baru yang diumumkan Paus adalah Kardinal asal Inggris, John Henry Newman, seorang pemimpin Gereja Anglikan yang kemudian berpindah keyakinan menjadi Katolik.
Sejumlah kepala negara dari seluruh dunia menghadiri upacara kanonisasi tersebut. Selain mengangkat Kardinal Henry Newman menjadi santo dalam Gereja Katolik, Paus juga mengangkat seorang perempuan awam asal Swiss dan dua biarawati lainnya, yakni biarawati asal India dan Italia, sebagai santa baru, serta seorang biarawati yang dijuluki ”Bunda Teresa dari Brasil”.
Paus Fransiskus mengajak umat Katolik yang berada di Lapangan Basilika Santo Petrus di Vatikan untuk mengucap syukur atas diumumkannya lima santo dan santa baru tersebut. ”Mereka berjalan dalam iman dan sekarang kita memohon perantaraan mereka,” kata Paus Fransiskus.
Pangeran Charles, yang merupakan pemimpin masa depan Inggris, memimpin delegasi Inggris untuk memberikan penghormatan kepada Newman. Newman merupakan salah satu pemikir terkemuka Gereja Katolik. Paus Fransiskus mengutip Newman yang menggambarkan tentang ”kekudusan hidup sehari-hari”. Dia menyebut orang Kristen itu orang yang ceria, mudah berteman, ramah, lembut, sopan, jujur, tidak berpura-pura, dengan sedikit hal yang tidak biasa sehingga dengan mudah dikenali pada pandangan pertama.
Dilahirkan pada tahun 1801, Newman berusaha untuk ”memperbarui” Gereja Anglikan. Namun, akhirnya dia yakin bahwa Katolik adalah satu-satunya iman yang benar dan dia berpindah keyakinan menjadi Katolik pada usia 44 tahun. Kemudian, Newman menapaki hierarki Gereja Katolik hingga akhirnya menjadi seorang kardinal.
Religius
Foto raksasa para santo dan santa baru tersebut digantung di Basilika Santo Petrus selama upacara kanonisasi yang menarik perhatian puluhan ribu peziarah Katolik di Vatikan. Paus mencatat bahwa tiga santa baru tersebut adalah para biarawati yang religius. Hal ini menunjukkan bahwa hidup penuh bakti kepada Tuhan merupakan ”perjalanan cinta”.
Namun, santa yang keempat, Marguerite Bays, adalah seorang penjahit, seorang perempuan awam asal Swiss yang dikenal karena menderita stigmata (luka yang berkaitan dengan cedera yang diderita Kristus di kayu salib).
”Dia berbicara kepada kita tentang kekuatan doa sederhana, kesabaran, dan pemberian diri,” kata Paus Fransiskus. Bays yang dilahirkan pada 1815 merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Bays menunjukkan iman yang kuat sejak kanak-kanak. Dia sering kali berhenti bermain dengan anak-anak di desanya untuk berdoa sejenak.
Meskipun banyak orang yang menyarankan agar Bays menjadi biarawati, dia malah memilih menjadi seorang penjahit pada usia 15 tahun. Bays kemudian menjalani operasi kanker usus pada tahun 1853 dan berdoa kepada Perawan Maria untuk menyembuhkannya serta menawarkan untuk menukar penyakitnya tersebut dengan rasa sakit yang dialami oleh Yesus. Gereja mengatakan bahwa Bays akhirnya berhasil sembuh dari kanker usus, tetapi diberi stigmata sebagai gantinya.
Umumnya, santo atau santa baru harus memiliki atau mengalami dua ”mujizat” atas nama mereka. Biasanya terjadi penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah dan dikaitkan dengan doa. Newman tercatat menyembuhkan seorang pria Amerika dari Boston yang mengalami gangguan tulang belakang yang mengklaim bahwa pada 2001 dia tiba-tiba bisa berjalan lagi setelah didoakan oleh kardinal asal Inggris tersebut.
”Mukjizat” keduanya adalah terjadi penyembuhan terhadap seorang perempuan dengan ”kehamilan yang mengancam jiwa” yang tak dapat dijelaskan. Penyembuhan kedua ini telah diakui Vatikan pada tahun ini. Kanonisasi Bays bersamaan dengan biarawati asal Brasil, Dulce Lopes Pontes, yang merupakan anggota Misionaris Immaculate Conception yang dianggap sama dengan Ibu Teresa. Karena itu, Pontes juga disebut sebagai ”ibu kaum miskin”.
Dilahirkan pada tahun 1914 dalam keluarga kelas menengah atas di Salvador, Pontes mulai membuka klinik kesehatan yang dikhususkan bagi pekerja miskin. Tak hanya itu, dia juga membuka sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan serta pusat perawatan untuk orang tua dan warga yang cacat. Suster Pontes pun dijuluki sebagai ”malaikat baik dari Bahia”. Dia pun dinominasikan sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1988.
Pontes mendapatkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II di rumah sakit, beberapa tahun sebelum kematiannya. Paus Yohanes Paulus II menyebut apa yang dikerjakan Pontes adalah ”contoh untuk kemanusiaan”. Puluhan ribu orang menghadiri pemakaman Pontes pada tahun 1992. (AFP/REUTERS)