Pemerintah Bergeming dengan Pergerakan Harga Beras
Meski ada pergerakan harga gabah di tingkat petani dan berpotensi terjadi kenaikan harga beras di tingkat konsumen, belum ada langkah antisipatif. Pemerintah masih bergeming menghadapi sinyal itu.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pergerakan harga gabah di tingkat petani telah menjadi sinyal potensi kenaikan harga beras di tingkat konsumen. Akan tetapi, pemerintah masih bergeming menghadapi sinyal tersebut.
Berdasarkan pantauan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto menyatakan, harga beras di tingkat konsumen masih tergolong aman. "Menurut hasil rapat koordinasi dengan Dinas Perdagangan di 34 provinsi bersama dengan Perum Bulog, stok beras masih mencukupi hingga empat bulan ke depan," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (14/10/2019).
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis menyatakan, rata-rata nasional harga beras medium di tingkat konsumen pada Senin ini berkisar Rp 11.650 per kilogram (kg) - Rp 11.900 per kg. Angka ini cenderung lebih tinggi dari pergerakan harga beras selama September 2019 yang berkisar Rp 11.550 - Rp 11.850 per kg.
Jika menilik pergerakan harga beras sepanjang 2019, angka tertinggi pada Januari berkisar Rp 11.850 - Rp 12.050 per kg. Adapun pada masa Ramadhan, harga beras bergerak di rentang Rp 11.550 - Rp 11.800 per kg.
Padahal, Badan Pusat Statistik mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada September 2019 telah naik. Angkanya mencapai Rp 5.012 per kg atau lebih tinggi 3,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 0,43 persen lebih tinggi dibanding September 2018.
Suhanto menyatakan, pihaknya akan terus memantau pergerakan harga beras. Pantauan ini bertujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang tergolong surplus maupun defisit beras.
Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania, kenaikan harga gabah menjadi faktor pada peningkatan harga beras di tingkat konsumen. Dalam rangka menjaga daya beli masyarakat, pemerintah perlu memantau pergerakan harga sebagai parameter ketersediaan beras di pasar.
Berdasarkan analisisnya, Galuh menilai, kenaikan harga gabah telah terjadi dalam lima bulan terakhir akibat kekeringan. Oleh sebab itu, dia khawatir kenaikan akan terus berlanjut hingga akhir tahun.