Hoaks, Info soal UMKM di Stasiun MRT Perlu Izin Istri Gubernur DKI
Informasi yang beredar di media sosial mengenai pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang berdagang di dalam stasiun MRT harus memperoleh izin dari istri Gubernur DKI Jakarta merupakan hoaks.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta menyatakan bahwa informasi yang beredar di media sosial mengenai pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berdagang di dalam stasiun MRT harus memperoleh izin dari istri Gubernur DKI Jakarta merupakan hoaks. Ditekankan juga bahwa pelaku UMKM yang mendapatkan tempat untuk berjualan di stasiun MRT itu merupakan hasil kurasi PT MRT Jakarta serta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
”Informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa proses penyewaan kios (UMKM) di semua Stasiun MRT Jakarta harus seizin Ibu Fery Farhati Ganis (Istri dari Gubernur DKI Jakarta) merupakan informasi yang salah, tak mendasar, dan menyesatkan,” kata Sekretaris PT MRT Jakarta M Kamaluddin melalui pernyataan tertulis, Senin (14/10/2019).
Kerja sama dengan Bekraf termasuk kurasinya dalam memberikan tempat bagi UMKM berjualan di stasiun MRT, lanjut Kamal, merupakan komitmen PT MRT Jakarta dalam memastikan integritas, transparansi, serta keadilan. Dengan demikian, dalam kurasi dan seleksi UMKM yang akan berjualan di stasiun, pihak MRT melarang keluarga karyawan dan koleganya ikut terlibat dalam proses.
”Sesuai dengan kebijakan praktik antikorupsi, kolusi dan nepotisme, karyawan MRT Jakarta beserta keluarga dan koleganya tidak diperbolehkan terlibat dalam seleksi dan kurasi UMKM,” ujar Kamal.
Pengumuman, pendaftaran, dan seleksi pelaku UMKM tahap pertama berlangsung pada 24-31 Januari 2019 dan tahap kedua pada 6-8 Februari 2019. Secara total, pada seleksi tahap pertama, ada total 273 pendaftar dan pada seleksi tahap kedua 130 pendaftar.
Setelah proses seleksi, hanya ada 12 pelaku UMKM yang lolos dan dapat berdagang di stasiun MRT. Pada kategori kuliner, ada Lemper Purnama, Kaya Rempah, Delicacies by Melati Bakehouse, Gorjuice, Lox Smoked Salmon, dan Broodmet.
Untuk kategori mode, terdapat Apikmen, KOMMA Basic, dan RA. Terakhir, untuk kategori kriya, ada Batik Shio, Hwan, dan Dekranasda.
”Setiap UMKM terpilih di atas berhak menyewa satu buah booth (gerai) dengan biaya sewa sebesar Rp 1.360.000 per bulan (belum termasuk pajak). Booth itu juga dilengkapi dengan hardware dan software POS (point of sales) yang dapat digunakan secara gratis,” tutur Kamal.
Selain itu, pelaku UMKM yang diseleksi itu akan dibina sehingga bisa memanfaatkan peluang berjualan di stasiun MRT secara benar. ”UMKM yang membuka gerai di Stasiun MRT Jakarta dalam satu tahun akan diamati pertumbuhan bisnisnya. Traffic yang ada di stasiun akan memberikan akses terhadap pasar, serta penambahan publikasi produk,” kata Kamal.
Bagi sejumlah pelaku UMKM, peluang itu merupakan kesempatan baik mereka mengenalkan produk ke penumpang MRT. ”Saya surprise juga, booth-nya cukup gede. Ini sudah kayak toko, ya. Kami termanjakan juga dengan fasilitasnya. Saya bangga bisa join MRT. Enggak semua UMKM bisa join,” kata Elva Fahrima, pendiri Apikmen, ketika ditemui di Stasiun Fatmawati, Jakarta Selatan, Agustus 2019.
Gerai pelaku UMKM mulai dibuka sejak 29 Agustua 2019 di tiga stasiun MRT, yakni Stasiun Lebak Bulus Grab, Fatmawati, dan Dukuh Atas BNI. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar sebelumnya menjelaskan, rata-rata jumlah penumpang MRT terus meningkat sejak dioperasikan pada April 2019. Rata-rata jumlah penumpang sebanyak 79.114-93.165 orang per hari.
Ia juga menyatakan, produk UMKM yang ditampilkan di stasiun MRT merupakan produk unik dan berkualitas yang telah lolos proses seleksi. ”Standar UMKM yang masuk MRT berkualitas dan didukung konsep atau narasi yang kuat. Ada batik yang temanya seperti pakaian Jepang, misalnya. Tema unik seperti itu yang ingin kami tampilkan dan kembangkan,” kata William. (*)