Aktivitas Merapi Masih Mengancam, Warga Diminta Tidak Panik
Letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu masih menjadi ancaman. Letusan dan awan panas dapat terjadi sewaktu-waktu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Letusan Gunung Merapi mengeluarkan awan panas, Senin (14/10/2019). Aktivitas vulkanik gunung di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu masih mengancam karena letusan serupa dapat terjadi sewaktu-waktu. Warga diminta tidak panik dan mematuhi rekomendasi untuk tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak.
”Belum teramati potensi ancaman luncuran awan panas hingga di luar radius itu. Masyarakat tidak perlu panik karena aktivitas merapi teramati dengan baik,” ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kasbani, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/10/2019).
Awan panas letusan kemarin berdurasi 250 detik dan amplitudo 75 milimeter dengan kolom letusan setinggi 3.000 meter di atas puncak. Status Merapi masih sama, yaitu Waspada (Level II).
Menurut Kasbani, sistem pemantauan Gunung Merapi merupakan yang paling lengkap di Indonesia. Pos pengamatannya masing-masing memiliki lebih dari 40 stasiun seismik dan pengukur deformasi.
Sistem monitor yang lengkap membuat aktivitas vukanik dan pengamatan visual gunung terpantau dengan baik. ”Kondisi kubah lava masih stabil. Hanya daerah pinggiran saja yang berpotensi terjadi longsor,” ujarnya.
Kasbani mengatakan, volume kubah lava Merapi sekitar 468.000 meter kubik. Volumenya tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan sebelum terjadi awan panas letusan kemarin.
Warga juga diimbau mewaspadai hujan abu vulkanik. Sebab, paparan abu dapat melebihi radius aman yang ditetapkan.
Awan panas letusan terjadi karena akumulasi gas di dalam tubuh Gunung Merapi. Saat ini, gunung setinggi 2.930 meter di atas permukaan laut itu masih mengalami erupsi efusif.
Menjelang musim hujan, Kasbani mengingatkan akan adanya ancaman lahar hujan. Material vulkanik dari puncak berpotensi meluncur dan mengarah ke hulu Kali Gendol. Warga di sekitar kali itu diingatkan lebih waspada saat hujan.
Warga juga diimbau mewaspadai hujan abu vulkanik. Sebab, paparan abu dapat melebihi radius aman yang ditetapkan. Jarak ancamannya tergantung arah dan kekuatan angin.
Letusan kemarin menyebabkan hujan abu di kawasan lereng Gunung Merapi. Jangkauannya teridentifikasi sampai jarak maksimal 25 km dengan intensitas tipis.
Hujan abu dilaporkan di 17 desa di 6 kecamatan di Kabupaten Magelang, Jateng. Enam kecamatan itu adalah Srumbung, Dukun, Salam, Sawangan, Mungkid, dan Muntilan.
Awan panas letusan kemarin adalah yang kedua sejak status Waspada (Level II) pada 21 Mei 2018. Yang pertama terjadi 22 September 2019 dengan amplitudo 70 mm, durasi 125 detik, dan tinggi kolom 800 meter di atas puncak.
”Warga perlu menyediakan masker untuk mengantisipasi hujan abu susulan. Perhatikan arah angin karena paparan abu akan mengikuti,” ujar Kasbani.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho mengatakan, setelah mendapat informasi aktivitas vulkanik Gunung Merapi, pihaknya segera mengecek ke lapangan dan membagikan 2.000 masker ke desa-desa (Kompas, 15/10/2019).
Masyarakat diminta tetap tenang dan dibolehkan beraktivitas di luar rumah menggunakan kacamata dan alat pelindung pernapasan.