Sumatera Selatan dan Jambi kembali diselimuti kabut asap. Sekolah diliburkan atau jam belajar dikurangi untuk menekan dampak asap terhadap kesehatan.
PALEMBANG, KOMPAS Kabut asap kembali menyelimuti Sumatera Selatan dan Jambi. Hal itu membuat Pemerintah Kota Palembang meliburkan lebih dari 500 sekolah mulai pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama, Senin (14/10/2019) hingga Rabu (16/10).
Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kota Palembang Herman Wijaya, Senin, mengatakan, asap yang kian pekat dan kualitas udara yang memburuk membuat Pemkot Palembang memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar-mengajar. Indeks standar pencemar udara dari dinas lingkungan hidup menyatakan, kualitas udara di Palembang pada level tidak sehat dengan nilai 192. Konsentrasi partikulat (PM 10), Senin pagi, mencapai 576,13-834,05 mikrogram per meter kubik atau masuk kategori berbahaya.
Jarak pandang sempat kurang dari 50 meter. Jembatan Ampera pun hilang dari pandangan karena tertutup asap. Kendaraan harus menyalakan lampu. Hal ini karena kebakaran di sejumlah wilayah di Palembang dan Ogan Komering Ilir. Sejauh ini, kebakaran di Sumsel menghanguskan 144.291 hektar lahan.
”Jika kualitas udara tak membaik, libur bisa diperpanjang,” kata Herman. Tiga pekan lalu, Senin (23/9), Pemkot Palembang juga memutuskan meliburkan sekolah. Masrul (42), pengemudi kapal cepat, mengatakan, jarak pandang di Sungai Musi sempat kurang dari 10 meter. ”Untuk melihat kapal saya yang sandar saja sulit, apalagi untuk berlayar,” katanya. Dia baru berlayar pukul 09.00, saat jarak pandang membaik.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, lima helikopter water bombing dikerahkan untuk memadamkan api di Ogan Komering Ilir. Dua pesawat juga melakukan modifikasi cuaca. ”Hasilnya tidak optimal karena tidak ada awan hujan,” kata Ansori.
Harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas, Senin, memberikan bantuan kepada warga Kelurahan Gandus, Kota Palembang. Bantuan berupa 320 kotak masker dan 150 tabung oksigen. Camat Gandus Ricky Fernandi menuturkan, Gandus merupakan daerah rawan terbakar karena banyak lahan yang belum dimanfaatkan.
Kurangi jam belajar
Di Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi mengurangi jam belajar sekolah di Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur demi menekan dampak kesehatan terhadap anak. Indikator PM 2,5 Kota Jambi sempat di atas 400, yang berarti berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Kepala Biro Humas Provinsi Jambi Johansyah, Senin sampai Selasa, kegiatan belajar-mengajar hingga SMP dimulai pukul 08.30 dari biasanya pukul 07.00. Kepala Taman Nasional Berbak Sembilang Pratono mengatakan, kebakaran menyebar ke kawasan taman nasional itu, khususnya wilayah Sadu dan Sungai Cemara. ”Tim Manggala Agni masih berjuang di lokasi kebakaran,” katanya.
Data BNPB berdasarkan citra satelit modis-katalog Lapan dalam 24 jam terakhir, jumlah titik panas, Senin, terbanyak di Sumsel, yaitu 691 titik. Adapun di Kalimantan Tengah 230 titik, Jambi 117 titik, Kalimantan Selatan 28 titik, Riau 16 titik, dan Kalimantan Barat 12 titik. ”Indikator PM 2,5 di Sumsel mencapai tingkat berbahaya, yakni angka 921. Hal itu seiring jumlah titik panas yang tinggi,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo.
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara Barat masih minim hujan. Sementara yang mendapat hujan dengan curah rendah adalah sebagian besar Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Sisanya mendapat curah hujan cukup hingga tinggi.
Daerah rentan kebakaran meliputi Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Papua selatan. Daerah yang juga rentan ialah sebagian Sumsel dan Lampung. Hutan dan lahan seluas 6 hektar di Gunung Cikuray, Garut, Minggu (13/10) malam, terbakar. Pendaki dan warga diingatkan agar berhati-hati.
Api di Gunung Cikuray sempat dipadamkan pada Senin dini hari, tetapi Senin pagi kembali menyala. Petugas gabungan BPBD Garut, Dinas Pemadam Kebakaran Garut, TNI, Polri, sukarelawan, dan warga kesulitan memadamkan api. Lokasi kebakaran berjarak sekitar 5 kilometer dari sumber air. (RAM/ITA/AIK/TAM)