Kebakaran Lahan di Palembang Dekati Permukiman Warga
Kebakaran lahan terjadi di Kelurahan Srimulyo, Kecamatan Sematang Borang, Palembang, Selasa (15/10/2019). Api bahkan sudah mendekati permukiman warga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kebakaran lahan terjadi di Kelurahan Srimulyo, Kecamatan Sematang Borang, Palembang, Selasa (15/10/2019). Api bahkan sudah mendekati permukiman warga. Pemadaman terkendala keterbatasan air dan embusan angin kencang. Warga memadamkan api dengan peralatan seadanya.
Pada Selasa malam, warga disibukkan dengan kobaran api yang terus membesar membakar lahan yang rata-rata ditumbuhi semak belukar. Warga memadamkan api menggunakan pelepah daun dan bambu. Hal ini mereka lakukan karena air di sumur mereka mulai kering.
Lokasi kebakaran berjarak sekitar 5 meter dari rumah warga.Warga secara bergantian berjaga agar api tidak menghanguskan rumah warga.
”Sejak tiga hari lalu kami begadang agar api tidak merembet ke rumah warga,” ungkap Burhan (52), warga Kecamatan Sematang Borang.
Dia mengatakan, kebakaran menghanguskan lahan gambut di tiga rukun tetangga. Luas lahan yang terbakar diperkirakan 10 hektar. ”Kebakaran terjadi sejak Jumat (11/10/2019). Kebakaran menyebar dan terus meluas karena lahan merupakan lahan gambut. Kebakaran menghanguskan lahan perkebunan warga, seperti pohon pisang, mangga, tebu, dan kelapa sawit,” kata Burhan.
Ini merupakan kebakaran lahan terbesar sejak empat tahun terakhir di kawasan itu. Kebakaran besar terakhir terjadi pada 2015. Kebakaran tahun ini diperparah dengan mengeringnya sumur warga.
”Terpaksa kami memadamkan api dengan pasir, lumpur, bambu, dan dahan pohon,” kata Burhan. Air sumur benar-benar mengering, sementara sumur bor yang telah dibangun tidak berfungsi optimal.
Sumur bor yang telah dibangun tidak berfungsi optimal.
Kekeringan yang terjadi di kawasan itu terjadi sejak lima bulan lalu. ”Sejak saat itu, kami membeli galon untuk mendapatkan air bersih,” katanya. Harga satu galon dipatok Rp 2.000 dan keluarganya membutuhkan delapan galon sehari. Di daerah ini juga belum dialiri air bersih dari PDAM.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, Selasa malam, pihaknya telah mengerahkan petugas untuk memadamkan api di Kecamatan Sematang Borang, Palembang. Pemadaman harus dilakukan karena kabut asap yang terjadi di Palembang juga disebabkan oleh kebakaran yang terjadi di kawasan itu.
Selain Sematang Borang, kebakaran juga terjadi di kawasan Jakabaring, Sukarame, dan Plaju.
Di lapangan, ujar Ansori, petugas mengalami sejumlah kendala seperti jauhnya titik api dengan sumber air. ”Debit air di musim kemarau sangat terbatas sehingga harus mencari sumber air yang terdekat,” katanya. Belum lagi kebakaran lahan di Palembang tersebar di sejumlah wilayah sehingga petugas harus disebar untuk memadamkan api.
Pantauan Kompas, kondisi asap di Palembang kian parah, terutama pada pagi dan sore menjelang malam. Bahkan, pada Selasa, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) sudah memasuki kategori sangat tidak sehat dengan nilai 272. Kondisi ini meningkat setelah empat hari sebelumnya tingkat ISPU di Palembang masuk kategori tidak sehat.
Kondisi ini diperparah dengan kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Kebakaran lahan terjadi di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Tulung Selapan, Cengal, Pedamaran, Riding, dan sejumlah daerah lain. ”Karena intensitas kebakaran di Ogan Komering Ilir cukup besar, operasi pemadaman difokuskan di kabupaten tersebut,” kata Ansori.
Untuk pemadaman itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menambah jumlah helikopter dari yang semula tujuh sekarang menjadi sembilan. ”Ada tambahan unit helikopter dari Riau karena kebakaran di sana sudah mereda,” ungkapnya.
Adapun untuk kebakaran di daerah lain diserahkan ke pihak BPBD dan instansi terkait di setiap kabupaten dan kota setempat. ”Kami akan membantu jika diperlukan,” kata Ansori.