Sekolah Jadi Target Percontohan untuk Kurangi Sampah Ibu Kota
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyasar sekolah sebagai salah satu target percontohan dalam upaya mengurangi jumlah sampah di ibu kota.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyasar sekolah sebagai salah satu target percontohan dalam upaya mengurangi jumlah sampah di ibu kota. Upaya pengurangan sampah ini juga dimaksudkan sebagai ajang edukasi siswa yang dampaknya berlangsung secara jangka panjang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih, mengatakan upaya tersebut terimplementasi dalam Peraturan Gubernur Nomor 108 Tahun 2019, tentang Kebijakan dan Strategi Daerah (Jakstrada) dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Dalam aturan ini, salah satu upaya yang dilakukan yakni pembinaan sekolah peduli lingkungan atau program Adiwiyata.
"Program ini bukan hal baru karena di Jakarta sudah ada sebagian sekolah yang jadi percontohan sejak 2016. Tetapi dari program ini diharapkan dampaknya bisa signifikan ke perilaku siswa yang menjadi sadar lingkungan," kata Andono saat dihubungi di Jakarta, Selasa (15/10/2019).
Mengacu dalam Jakstrada, terdapat 195 sekolah yang dibina untuk program Adiwiyata di Jakarta. Sebagian besar sekolah tersebut dibina mulai tahun 2018. Sekolah yang dibina ini dilengkapi program bank sampah dan pengelolaan komposter untuk sampah jenis organik.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Senin (14/10/2019) malam lalu, menyatakan siswa sekolah dibiasakan untuk menabung sampah yang kemudian dikonversi ke dalam bentuk uang. Dengan adanya bank sampah, diharapkan sebagian sampah dari rumah tangga juga terbawa ke pengolahan bank sampah di sekolah.
Anies menyampaikan, Pemprov DKI juga baru saja menandatangani nota kesepahaman untuk bank sampah di sekolah, bekerja sama dengan PT BNI (Persero) dan Otoritas Jasa Keuangan. Rencana ini merupakan kelanjutan dari aksi serupa tahun lalu yang baru sekadar proyek percontohan.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Barat Edy Mulyanto menyebutkan, sebagian sekolah yang menjadi percontohan untuk program Adiwiyata yakni SDN 08 Jelambar dan SMPN 248 Jakarta. Kedua sekolah ini telah didapuk jadi kawasan percontohan pengolahan sampah sejak 2016.
Pemprov DKI telah menandatangani nota kesepahaman untuk bank sampah di sekolah, bekerja sama dengan PT BNI (Persero) dan Otoritas Jasa Keuangan
Saat pertama menjadi kawasan percontohan pada 2016, Kepala Sekolah SDN 08 Jelambar, Dormauli Aisyah mengatakan, sampah yang dikumpulkan di sekolahnya mencapai 5 kilogram setiap pekan. Seiring dengan kebijakan untuk mengurangi kemasan plastik di sekolahnya, jumlah muatan sampah itu kini semakin berkurang.
"Kalau dulu bisa sampai 20 atau 30 kilogram dalam sebulan. Sekarang, kumpulan sampah itu kini jumlahnya hanya 4-5 kilogram saja karena telah banyak berkurang," ujar Dormauli.
Edy mengatakan, sumbangsih pengurangan jumlah sampah dari sekolah memang tidak signifikan bila dibandingkan dengan penambahan total sampah di DKI Jakarta. Apalagi bila mengacu ke dalam Jakstrada, jumlah total sampah DKI meningkat dari 2,99 juta ton menjadi 3,02 juta ton pada akhir 2019.
"Tentunya pembinaan itu untuk jangka panjang agar siswa sadar lingkungan. Pembinaan ini juga akan disandingkan dengan upaya lain, seperti pengurangan sampah dengan mengeluarkan kebijakan," ujar Edy.
Sebagian siswa mengaku menuai manfaat dari fasilitas bank sampah. Mereka berharap program tersebut bisa berkelanjutan.
Fitri (12), siswa kelas 6 SDN 08 Jelambar mengatakan, dirinya kini terbiasa menyisihkan botol plastik kemasan minuman untuk menambah nilai tabungannya. Bulan lalu, sampah plastik yang ia kumpulkan tercatat sebanyak 2 Ons.
Teuku Farrel (12), siswa kelas 6 yang berbeda kelas dengan Fitri, mengaku telah menuai ratusan ribu rupiah dari tabungan sampah sejak kelas 4 SD. Ia berharap dapat mengambil jumlah uang tersebut saat lulus nanti.
"Tabungan sampah ini lumayan untuk menambah uang jajan. Sekarang, kalau ada sampah plastik, saya bawaannya menyimpan sampah itu untuk ditabung," ujar Farrel.
Dormauli mengatakan, ada sebanyak 412 siswanya yang menabung sampah plastik di sekolah. Selain dari sampah plastik, sebagian dari mereka juga menabung sampah organik yang kemudian dijadikan pupuk komposter.