Perkembangan sektor konstruksi mendorong perkembangan industri pendukungnya, termasuk bahan kimia.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan sektor konstruksi mendorong perkembangan industri pendukungnya, termasuk bahan kimia. Pembukaan pabrik ketiga PT Sika Indonesia menunjukkan potensi pasar yang besar sekaligus memperlihatkan Indonesia masih dipercaya investor asing.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Farah Ratna Dewi, dalam peresmian pabrik PT Sika Indonesia di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Senin (14/10/2019), menyampaikan, ada lima sektor usaha yang mendominasi investasi di Indonesia.
Kelima sektor tersebut adalah transportasi serta gudang dan telekomunikasi; listrik, gas, dan air; serta konstruksi. Sektor lain adalah industri makanan serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran.
”Dari lima sektor dominan investasi di Indonesia tersebut, salah satunya adalah konstruksi dan konstruksi didukung produk dari perusahaan ini,” kata Farah.
Farah berharap pembangunan pabrik ini dapat berkontribusi pada target investasi di Indonesia yang sebesar Rp 792,3 triliun pada 2019. Ia mengapresiasi induk perusahaan PT Sika Indonesia dari Swiss yang percaya dan menanamkan modal di Indonesia.
Investasi untuk pembangunan pabrik PT Sika Indonesia ketiga itu sebesar Rp 200 miliar. Kapasitas pabrik tahap I sebesar 150.000 ton mortar yang akan ditingkatkan menjadi 450.000 ton. Mortar adalah bahan kimia perekat bahan bangunan.
Terbesar
Direktur Wilayah III BKPM Aries Indanarto menambahkan, jenis usaha industri di wilayah Jawa Barat kebanyakan terkait otomotif, pergudangan, serta industri makanan dan minuman. Swiss ada di urutan ke-34 dalam nilai investasi di Indonesia, yakni sekitar 4,9 miliar dollar AS.
Pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah Jawa Barat diharapkan menarik semakin banyak investor untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk dari Swiss. Saat ini, industri yang dibangun dengan modal dari Swiss banyak bergerak di bidang kimia dan pendukung industri lainnya.
General Manager PT Sika Indonesia Eddy Sutanto mengatakan, pabrik ketiga PT Sika Indonesia ini merupakan pabrik terbesar Sika di kawasan Asia Pasifik. Pembangunan infrastruktur dengan konstruksi beton yang dijalankan dalam lima tahun terakhir turut mendorong pertumbuhan pabrik kimia untuk konstruksi.
Eddy menambahkan, selain mendukung konstruksi terkait infrastruktur, mortar diperlukan untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat dan perumahan. Dari total kebutuhan 2,5 juta-3,5 juta ton mortar dalam setahun, kebanyakan berada di Jawa, yang sebagian besar di antaranya di wilayah Jabodetabek.
Meskipun saat ini banyak infrastruktur pemerintah yang sudah memasuki tahap penyelesaian, peluang penggunaan mortar masih besar. Selain semakin banyak dibangunnya gedung tinggi, kini sektor properti residensial juga semakin banyak yang menggunakan mortar.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz mengatakan, pendirian pabrik baru PT Sika Indonesia menandakan prospek bisnis mortar untuk konstruksi cerah. Pemerintah Swiss berkomitmen meningkatkan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia di berbagai bidang, termasuk di bidang ekonomi.
Sementara itu, Sika Area Manager South East Asia Gaby El Chaar menuturkan, strategi Sika ambisius. Selain mengakuisisi perusahaan yang dinilai baik, pihaknya juga akan terus membuka pabrik-pabrik baru. Saat ini, Sika memiliki 300 pabrik di 101 negara.
”Itu strategi kami untuk tumbuh dan tentu saja Indonesia sangat menarik untuk berinvestasi,” kata Gaby. (NAD)